Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Planmaker; Esais; Impactfulwriter; Founder Growthmedia; Dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Think Different, Create Excellent

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menemukan "Reiwa" Indonesia?

8 April 2019   07:39 Diperbarui: 8 April 2019   07:45 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Indonesia adalah sebuah banga yang memiliki potensi besar akan keindahan, kedamaian, ketertiban, dan harmoni (Ilustrasi gambar : https://aws-dist.brta.in )

Seberapa besar perkembangan bangsa kita sejauh ini? Mungkin akan banyak sekali silang mendapat dalam menilai pencapaian bangsa kita sedari masa kemerdekaan hingga sekarang. 

Namun jika melihat potensi besar yang kita miliki sebagai bangsa Indonesia, semestinya kita mampu berkembang sepesat dan bahkan lebih baik dari banga Jepang. Siapa yang berani memungkiri kekayaan alam Indonesia? Siapa yang akan memungkiri besarnya warisan budaya bangsa kita? Lantas apa yang membuat kita seakan kini jauh tertinggal dari bangsa Jepang ataupun bangsa-bangsa lainnya?

Sebuah lirik dari lagu Indonesia Raya mungkin memberikan gambaran tentang satu hal penting yang seharusnya lebih diutamakan daripada yang lain. Bangunlah jiwanya, bangunlah badannya untuk Indonesia Raya. 

Jiwa bangsa adalah tahap awal yang mesti diperhatikan. Ketika Jepang hancur akibat bom atom tahun 1945, Kaisar Hirohito yang waktu itu berkuasa bertanya kepada rakyatnya, "Berapa guru yang masih hidup?" Ia tidak menanyakan berapa jumlah angkatan perang yang masih tersisa atau berapa banyak sumber-sumber penting seperti kendaraan, senjata perang, sumber daya alam, atau sejenisnya. 

Mengapa guru yang menjadi prioritas pertanyaan sang kaisar? Karena Kaisar Hirohito menyadari pentingnya membangun kualitas pemikiran bangsa, dan itu hanya bisa dilakukan apabila mereka memiliki tenaga pendidik yang memadai. 

Nama era kekaisaran disaat Kaisar Hirohito berkuasa adalah "Showa" yang bermakna harmoni yang tercerahkan. Sebuah era dengan makna filosofis untuk menciptakan tatanan bangsa yang penuh harmoni. Terlepas dari kebijakan bangsa Jepang waktu itu yang menginvasi sebagian bangsa asia lain, harus diakui bahwa bangsa Jepang telah berhasil membangun bangsanya dan bangkit dari keterpurukan masa lalu.

Mambangun Jiwa Indonesia

Jiwa bangsa adalah prioritas utama, baru kemudian badan mengikuti. Dengan kata lain, membangun manusia itu harus lebih diprioritaskan daripada sekadar membangun infrastruktur, membangun jalan tol, membangun rumah-rumah, membangun bendungan, atau membangun mercusuar. Percuma saja memiliki fasilitas megah tapi jiwanya rapuh. 

Percuma saja memiliki infrastruktur modern tetapi pemikiran dan jiwa masyarakatnya terbelakang. Jika kita secara jernih melihat perkembangan pendidikan bangsa Indonesia maka kita tidak akan memungkiri bahwa masih sangat banyak ditemui saudara-saudara kita yang sulit mendapatkan akses pendidikan atau menerima pendidikan bermutu rendah. 

Jiwa bangsa kita harus diutamakan pembangunannya, itulah amanah yang disampaikan oleh bapak pendiri bangsa kita melalui sebaris kalimat pada lagu Indonesia Raya.

Membangun jiwa bangsa Indonesia adalah prioritas pertama membangun peradaban bangsa (Ilustrasi gambar : www.aida.or.id)
Membangun jiwa bangsa Indonesia adalah prioritas pertama membangun peradaban bangsa (Ilustrasi gambar : www.aida.or.id)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun