Hal ini akan membuat mereka memasuki tahap kedua, terpaksa. Tahap ketiga, bisa. Setelah menjalani keterpaksaan dari sebuah sistem, maka kompetensi akan muncul. Mereka menjadi bisa. Selanjutnya ditahap keempat mereka menjadi biasa. Kebiasaan yang dijalankan, diulangi, dipantau, dan diperbaiki terus-menerus akan melahirkan budaya baru seperti yang diharapkan.Â
Dari penjelasan ini kita bisa melihat bahwa peserta PKH menjalani fase dimana mereka dipaksa untuk menjalankan kewajiban melakukan pemeriksaan rutin di faskes untuk ibu hamil, seorang pelajar harus hadir di kelas, atau lansia yang harus secara rutin mengecek kondisi kesehatannya. Pemaksaan disini bukan berkonotasi negatif, karena pemaksaan tersebut dimaksudkan untuk memastikan kualitas kesehatan ibu hamil, mutu pendidikan anak sekolah, kesehatan psikologi penyandang disabilitas berat, dan juga untuk memastikan keadaan lansia supaya baik-baik saja.Â
Seiring berjalannya waktu, pemaksaan yang positif ini akan membuat peserta PKH menjadi pribadi yang lebih baik dalam disiplin perilaku. Pendampingan yang konsisten dilakukan melalui Family Development Session (FDS) kepada peserta PKH akan menjadi bentuk masukan berharga sekaligus indoktrinasi positif yang apabila ini dilakukan dalam jangka waktu lama maka dampak positif yang dihasilkannya akan sangat luar biasa.
Pendidikan memegang peranan luar biasa dalam meningkatkan kualitas hidup seseorang. Pendidikan berkontribusi terhadap pembentukan pola pikir positif seseorang, mengasah kreativitas, dan membangun kedisiplinan. Mindset (pola pikir) positif, kreativitas, dan kedisiplinan merupakan sesuatu yang diperlukan untuk menunjang eksistensi seseorang. Terkadang seseorang itu miskin bukan karena tidak punya kemampuan (skill), akan tetapi bisa juga karena ketiadaan kemauan atau keinginan yang kuat.
Kemauan yang kuat akan terlahir dari mindset yang positif dalam memandang segala sesuatu. Dengan memiliki mindset yang tepat maka ini akan menjadi pondasi kuat dalam melakukan langkah selanjutnya.Â
Terkait dengan kreativitas dan disiplin, hal ini akan melengkapi kepercayaan diri yang dibangun oleh mindset yang tepat tadi sehingga lahir keberanian untuk menghadapi setiap tantangan.Â
Selain itu, pendidikan melahirkan kesadaran terhadap kesehatan. Sehingga secara tidak langsung perbaikan kualitas pendidikan akan memperbaiki kualitas hidup seseorang. Pendidikan disini tidak hanya tentang matematika, fisika, bahasa, atau biologi. Akan tetapi juga pendidikan karakter, dan hal ini telah menjadi concern utama PKH dalam setiap pengelolaannya.Â
Durasi masa kepesertaan PKH selama enam tahun merupakan bentuk komitmen nyata bahwa mentransformasi karakter seseorang, karakter keluarga, dan karakter sebuah bangsa itu membutuhkan waktu tidak sebentar.Â
Bahkan ada yang berpendapat bahwa untuk membangun sebuah budaya itu membutuhkan waktu  tidak kurang dari tujuh hingga delapan tahun. Akan menjadi sebuah hal yang sia-sia setiap bantuan finansial yang diberikan pemerintah apabila tidak disertai adanya karakter yang hebat dalam mengelola  sumber daya tersebut. Pada akhirnya, PKH adalah cara yang tepat menuju transformasi keluarga harapan Indonesia.
Salam hangat,
Agil S Habib