Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Planmaker; Esais; Impactfulwriter; Founder Growthmedia; Dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Think Different, Create Excellent

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

"Angpau" Akal Sehat

6 Februari 2019   13:26 Diperbarui: 6 Februari 2019   13:28 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar : www.antarafoto.com

Momentum imlek memberikan hikmah dan pembelajaran tersendiri bagi yang merayakan. Terlepas dari penyikapan yang dilakukan oleh masing-masing orang, satu hal yang mungkin sudah familiar bagi banyak orang adalah tradisi untuk berbagi rezeki atau yang populer disebut bagi-bagi angpau. 

Bagi sebuah keluarga yang ikut merayakan imlek, berbagi dengan sanak kerabat adalah pilihan yang paling sering dipilih. Meski banyak juga yang melakukan bagi-bagi angpau ini kepada siapapun yang dianggap tepat untuk menerimanya.

Sebagai contoh ada cukup banyak perusahaan yang melakukan tradisi membagikan sejumlah uang kepada para karyawannya atau kepada penduduk sekitar sebagai wujud berbagi kebahagiaan dan juga kenikmatan yang selama ini dirasakan. Angpau memiliki makna berbagi kebahagiaan dan kenikmatan.

Esensi dari memberi adalah harapan agar si penerima dapat merasakan bahagia meskipun hanya sesaat. Bagaimanapun juga, angpau bukanlah nominal tak terbatas yang kemudian dibagi-bagi kepada mereka yang dianggap tepat menerimanya. 

Sehingga seringkali hanya bertahan dalam jangka waktu cukup singkat sebelum kemudian hilang tanpa bekas. Sama halnya dengan pemberian fasilitas jangka pendek oleh seorang penguasa kepada rakyatnya. 

Bagi-bagi sepeda, sembako, dan sejenisnya adalah cara yang umum ditempuh oleh penguasa untuk menarik simpati rakyatnya dengan harapan bisa tercipta kesan pemimpin yang peduli. 

Padahal jika kita perhatikan lagi, pemberian itu tidak akan bertahan lama. Sembako paling hanya bertahan beberapa hari, sepeda mungkin bisa beberapa tahun sebelum rusak, apalagi uang yang bisa lebih cepat lagi periode menghabiskannya. Kita membutuhkan pemberian yang bertahan lama dan memberikan manfaat dalam jangka panjang. Apa itu? Akal sehat.

Menjadi penguasa, pemimpin, atasan, atau siapapun yang memiliki kekuatan lebih daripada yang lain hendaknya mampu memberi asupan otak atau diri orang-orang yang dekat mereka dengan kecakapan untuk berfikir, pengajaran untuk memberdayakan akal sehat.

Biasanya banyak pemimpin yang tergoda untuk mengambil jalan pintas memikat hati bawahannya dengan memberi hadiah baik berupa cinderamata tertentu atau sejumlah nominal uang. 

Akan tetapi pemberian itu tidak akan membekas lama mengingat ia berwujud dan hanya berfungsi sekali atau beberapa kali pakai saja. Lain halnya apabila pemberian itu berupa pemikiran yang lugas, nalar yang kritis, dan kemampuan berfikir secara kreatif. Hal ini akan bertahan jauh lebih lama didalam benak seseorang yang pernah tercerahkan olehnya. 

Seperti yang kita tahu, investasi terbaik yang layak dilakukan oleh setiap orang adalah investasi leher ke atas. Dengan kata lain, pikiran kita, akal kita, dan kreatifitas kita merupakan aset yang sangat berharga bagi diri kita. Seseorang bisa saja kehilangan aset tampak berupa tanah, gedung, penghasilan, kendaraan, dan sejenisnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun