Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Planmaker; Esais; Impactfulwriter; Founder Growthmedia; Dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Think Different, Create Excellent

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Pilihan

BRT Menuju Layanan Bintang Lima

29 Januari 2019   08:53 Diperbarui: 29 Januari 2019   09:05 181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar : jateng.tribunnews.com

Sebagai salah satu moda angkutan publik, Bus Rapid Transit (BRT) merupakan sebuah sarana transportasi yang memiliki peranan begitu penting dalam menunjang mobilitas warga kota. Seperti kita ketahui bersama, mobilitas warga di kota-kota besar cukup tinggi dan hal itu tentunya membutuhkan sarana dan prasarana pendukung yang memadai. 

Lebih dari itu, setiap orang yang menjalankan aktivitas tentu mendambakan kenyamanan serta keamanan selama prosesnya. Sehingga keberadaan transportasi publik yang bersahabat, memberikan rasa aman, dan tentunya menjamin kenyamanan para pengguna merupakan sesuatu yang tidak bisa ditawar-tawar lagi.

Kemacetan masih menjadi problem klasik yang belum sepenuhnya teratasi, khususnya di kota-kota besar. Semakin bertambahnya jumlah kendaraan pribadi tak ayal semakin mempersulit penyelesaian permasalahan ini. Agar kemacetan dapat dikurangi tentu kita tidak bisa melarang setiap orang  membeli kendaraan atau memerintahkan perusahaan-perusahaan otomotif berhenti produksi, itu bukan solusi bijak. 

Bagaimanapun juga, kriteria utama dari penggunaan moda transportasi adalah yang paling bersahabat, memberikan rasa aman, dan menjamin kenyamanan penggunanya. Bersahabat bisa dikaitkan dengan biayanya yang murah dan terjangkau. 

Apakah transportasi publik yang ada saat ini bisa dikatakan lebih murah dan terjangkau oleh masyarakat? Jika kriteria ini diberikan kepada BRT maka jawabannya adalah iya. Dengan nominal ongkos yang masih dikisaran angka Rp 2.000,- hal ini bisa dibilang sangat bersahabat bagi kantong pengguna. Bandingkan berapa banyak ongkos yang harus dikeluarkan apabila memakai kendaraan pribadi, khususnya pada saat menempuh jarak yang cukup jauh atau ketika terjebak dalam kemacetan. 

Terkait dengan kemacetan ini pula BRT memiliki keunggulan yang signifikan dibandingkan moda transportasi jalan raya lain, yaitu keberadaan jalur khusus. Selain itu, fasilitas yang ditawarkan oleh BRT dengan keberadaan tempat duduk yang nyaman,  sistem informasi yang lengkap, dan kendaraan ber-AC seharusnya merupakan jaminan akan hadirnya rasa nyaman dalam bertransportasi. Hanya saja hal itu masih belum sepenuhnya terjadi.

Beberapa kali menjadi pengguna sarana transportasi BRT ini saya merasakan antrian yang cukup panjang seringkali terjadi. Terlebih jika di pusat kota dengan jumlah penumpang yang lebih banyak. Tidak hanya itu, ketika sudah berada didalam BRT kondisi penuh sesak hampir selalu terjadi. Berdiri dengan tidak nyaman, berdesak-desakan, atau tubuh sedikit "terpelanting" ketika bus berhenti atau akan melaju kembali.

Terlepas dari desain BRT yang memang dimaksudkan untuk mempermudah mobilitas penumpangnya ketika naik atau turun, aspek kenyamanan dan keamanan penggunanya juga mesti lebih diperhatikan lagi. 

Seharusnya kita tidak lantas berpuas diri dengan model BRT yang ada saat ini, saya kira masih ada banyak peluang-peluang perbaikan agar BRT lebih baik lagi. Menambah frekuensi keberangkatan di halte-halte yang memiliki jumlah penumpang yang banyak, serta memberikan batas jumlah penumpang agar tidak sampai penuh sesak mungkin bisa dipertimbangkan. Panjangnya antrian harus dipangkas, masa menunggu harus dipersingkat, dan kondisi berdesak-desakan harus dihilangkan. 

Kecenderungan masyarakat kita adalah terburu-buru dan bosan menunggu. Antrian yang panjang adalah permasalahan yang klop dengan kecenderungan ini.  Selain itu, setiap orang memiliki dorongan kuat untuk lebih mengedepankan egonya masng-masing, tidak mau kalah, dan selalu menang sendiri. 

Hal ini bisa kita lihat dengan adanya perilaku "main sikat" saat memasuki BRT. Sedikit mendorong tubuh orang didepannya, dan terus merengsek masuk meski sudah terlihat penuh sesak. Tidak mau berhenti sampai benar-benar tidak bisa masuk lagi. Batasan maksimal jumlah penumpang dalam satu armada belum jelas, atau mungkin sudah ada tapi tidak berjalan baik dalam implementasinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun