Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Planmaker; Esais; Impactfulwriter; Founder Growthmedia; Dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Think Different, Create Excellent

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Spesialisasi Menuju Keunggulan Bersaing

16 Januari 2019   15:31 Diperbarui: 16 Januari 2019   15:32 572
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar : http://www.eurokerdos.com

Jumlah penduduk yang terus bertambah dari waktu ke waktu, bermunculannya beragam bidang keahlian, dan menjamurnya bermacam-macam profesi membuat seakan-akan diri kita ini hanyalah bagian kecil dunia ini yang tidak terlalu memiliki nilai spesial. 

Kita dianggap sebagai sosok yang dengan begitu mudahnya diganti peranannya oleh orang lain. Keberadaan kita bukanlah sesuatu yang abadi tanpa adanya orang lain yang siap untuk menggantikan kita kapanpun ada kesempatan. 

Kita tidak terlalu istimewa dan bukan sosok spesial yang unik sehingga mudah dicari pemain penggantinya. Setidaknya hal ini terkait posisi kita dalam suatu profesi, kedudukan di masyarakat, jabatan di sebuah organisasi, atau pemegang mandat di suatu institusi.

Pada era modern seperti sekarang ini, ketika setiap orang saling berkompetisi satu sama lain, memiliki keunggulan dibanding yang lain adalah sesuatu yang mutlak diperlukan. 

Layaknya sebuah persaingan, masing-masing pihak akan berupaya mengungguli yang lain. Pertanyaannya sekarang adalah, hal apakah yang membuat kita pantas dianggap lebih baik daripada yang lainnya? Value apa yang menjadikan kita pantas disebut lebih unggul dari yang lain?  

Dalam buku Linchpin, Seth Godin menyebutkan bahwa pada era penuh persaingan seperti sekarang ini satu-satunya cara untuk menjaga eksistensi diri adalah dengan menjadi luar biasa. Menjadi unik. Menjadi spesial. 

Dengan kata lain, sangat penting bagi kita untuk mem-branding diri kita dengan suatu keahlian khusus. Sebuah spesialisasi adalah satu hal yang akan membuat kita memiliki keunggulan dan nilai pembeda dibandingkan para kompetitor.

Untuk membuat suatu spesialisasi, tahapan awal untuk memulainya adalah dengan mengenali minat kita. Ketertarikan kita pada suatu bidang tertentu bisa jadi memberikan nilai tambah terhadap bidang yang tengah kita tekuni saat ini. Sebagai contoh adalah mendiang Steve Jobs. Sang pendiri Apple, penggagas iPod, pencetus iPhone, dan pioner iPad. 

Steve Jobs memulai bisnis pada perusahaan Apple Computer miliknya itu dengan menggabungkan keahlian teknis dari rekannya, Steve Wozniak, dengan passion seni yang dimilikinya. 

Produk Apple dikemas dengan unik dan memiliki kekhasan tersendiri. Teknologi yang artistik, yang memadukan teknologi dengan keindahan sebuah seni. 

Poin penting inilah yang pada akhirnya membuat Apple mengungguli banyak kompetitornya. Seharusnya hal ini kita sadari dan hendaknya bisa kita adopsi bagi eksistensi diri kita sendiri. Kenali minat diri kita, gali lebih dalam, dan berdayakan untuk sesuatu yang kita inginkan.

Ada begitu banyak orang-orang diluar sana yang mampu merengkuh capaian luar biasa dari minat yang mereka miliki. Minat kita akan sesuatu hal yang terkadang kita remehkan ternyata bisa menjadi sebuah alat luar biasa untuk menjadikan diri kita sosok yang spesial. Mengapa menjadi spesial itu begitu penting? Uraian dari Seth Godin mungkin sudah cukup untuk menjawabnya. 

Akan tetapi, saya ingin memberikan penegasan terkait keutamaan menjadi spesial. Apakah sama bayaran dari Dokter Spesialis dengan Dokter Umum? Manakah yang lebih mahal? Saya kira kita semua sepakat bahwa dokter spesialis memiliki nilai lebih daripada dokter umum. Lantas apakah hal ini tidak membuka pemahaman kita bahwa menjadi sosok spesial itu lebih menguntungkan?

Tentu tidak ada jalan yang mudah untuk menjadi pribadi yang spesial seperti itu. Membutuhkan effort ekstra, keteguhan hati, dan tentunya keyakinan bahwa apa yang dilakukannya akan memberikan impact luar biasa dimasa depan. 

Kepercayaan diri terhadap bidang yang kita yakini adalah syarat yang tidak bisa ditawar. Bagaimana mungkin semesta akan berpihak pada diri kita sedangkan diri kita sendiri tidak memiliki keberpihakan yang baik terhadap diri kita sendiri? 

Salam,

Agil S Habib 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun