Mohon tunggu...
Aghry Amirul Salman
Aghry Amirul Salman Mohon Tunggu... Lainnya - Hi I'm Here

tulisan merupakan pelarian dari liarnya pikiran

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Imaji Mimpi

24 Februari 2021   10:39 Diperbarui: 24 Februari 2021   10:44 543
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"ibuu ibu tidakk papa?." Ares membangunkan ibunya yang telah terjatuh. Ia mencoba beberapa kali tapi sayang, orang tua satu satunya yang di miliki Ares kini sudah tak lagi menapakan kakinya di muka bumi, badannya yang sudah pucat, nafas nya yang sudah tak lagi bekerja membuat Ares berteriak di aliri bendungan air mata, ia berteriak meminta tolong berharap ada seseorang atau tetangganya yang mendengar,teriakan anak muda yang sedang terkapar memeluk ibunya sembari terus berusaha membangunkan ibunya bagaikan seseorang yang tak mampu menerima kenyataan, lagi pula siapa yang mampu untuk rela di tinggalkan oleh seseorang yang kita miliki apalagi satu satunya. Ares kemudian berlari keluar meminta pertolongan, hari itu Ares benar benar hancur padahal baru saja ia menuai harapan ketika melihat ibunya pagi itu telah sehat, tapi ternyata Tuhan memiliki rencana di luar kendali manusia, seseorang yang sangat sangat Ares cintai kini telah pergi bisnis yang ia rintis kini telah tiada, mimpi yang selama ini nyata kini terasa fatamorgana saat ini ia hanya memliki Ezer.

Tadi malam bumi di terpa hujan angin, Ares yang tak bisa tidur malam itu hanya mampu meratapi nasib pahit di usia mudanya, ia menyerah pasrah mengaku kalah pada semesta, mentalnya kini sedang di bentuk. di ujung malam ia berpasrah pada Tuhan mencari secercah harapan. 

"apapun yang engkau rencanakan di masa depan semoga berbanding pas dengan apa yang ku kerjakan hari ini Tuhan, aku tak kuasa untuk merubahnya, hanya dirimulah yang kini patut ku harapkan, semoga semua lelah dan proses selama ini mendapatkan hasil, serta semangat dalam diri semoga selalu menyertaiku." Ares berdoa dengan sungguh sungguh dini hari kala itu, tampaknya setelah satu tahun lebih kepergian ibunya kini ia telah berdamai dengan diri. Kini tekadnya kembali membara ia tidak peduli lagi jika kedepannya gagal, dengan nekad ia mencari pinjaman ke sana kesini. Mimpinya membuka kedai cafe langsung ia wujudkan dengan pinjaman yang besar nyawanya di pertaruhkan, mungkin jika ia gagal saat ini tak ada lagi kemungkinan bisa hidup. Berbekal seluruh pengalaman pengetahuan 2 tahun lebih ia kembali membuka usahanya. Sebuah kedai cafe di tengah kota, belum sampai 6 bulan ternyata ia sudah mampu melunasi semua hutang pinjamannya, kini titik terang nampaknya sudah di depan. Ezer yang sudah hampir di wisuda terus membantu temannya. 

Dua tahun berjalan kini Ares sudah bisa membuka cabang kedai baru, mimpinya selama ini sudah di depan mata Ares akhirnya berhasil di usia mudanya menggapai mimpi mimpi yang ternyata bisa ia capai jika dengan kerja keras, perjalanan menuju mimpinya sangat mulus. Rumah mewah istri cantik serta satu anaknya kini persis dengan apa yang pernah ia mimpikan saat dulu kala, sedangkan Ezer kini sudah bahagia ketika melihat temannya sukses, ia kini kehilangan arah tak memliki tujuan apa apa lagi, kabarnya tak terdengar selama satu minggu ini kepada Ares. Ares yang penasaran mencoba menghubungi Ezer, tapi tak di angkat olehnya. Karena ia penasaran akhirnya ia pamit kepada istri dan anaknya untuk pergi ke rumah Ezer yang cukup jauh, karena kini Ares lebih memilih tinggal di pinggiran kota. Dengan cemas Ares mendatangi rumah Ezer dari kejauhan terlihat orang-orang berkerumun di depan rumahnya, Ares memarkirkan mobilnya di sebuah lahan yang cukup besar sebelum rumah Ezer, Ares mendatangi kerumunan tersebut ia terkejut ketika mendengar pembicaraan orang-orang tentang Ezer ia tidak terlalu mempedulikannya, saat ia mencoba masuk kedalam ternyata Ezer sudah terbaring tak bernyawa di dalam peti mati , dengan luka merah di bagian lehernya. Ares yang tak tau akan kejadian sebenarnya menangis di hadapan sahabat sejatinya, ia merasa berdosa karena belum melakukan apa apa untuk Ezer, perjuangan dan bantuan Ezer tak dapat ia bayar sedikit pun. Ares yang tak menyangka orang terdekatnya kini sudah pergi, setelah kepergian ibunya beberapa tahun lalu kini sahabatnya menyusul entah karena apa, yang jelas kebaikan dan seluruh pengorbanan nya akan selalu Ares kenang, demi menghargai pengorbanan teman sejatinya itu ia membuka sebuah kedai cafe yang di beri nama "Ezer heroes."

Ares menunggangi kuda putih dengan cepat menuju pohon besar di tengah sabana dengan hatinya yang sedih dia mencoba menutupi dengan raut wajahnya yang bahagia. Langit biru cerah berawan, mentari sejajar di atas kepala, membuat siang itu terasa gersang. Tapi untungnya rerumputan hijau yang tingginya tidak lebih dari mata kaki, di tambah angin yang cukup kencang, dan pepohonan yang cukup banyak mengelilingi sabana, menambah suasana menjadi lebih sejuk dan sempurna. Sesampainya di bawah pohon ia mengikat kudanya ke dahan pohon yang tidak terlalu tinggi sembari melihat lihat sekitar, nampaknya ia tidak asing lagi dengan tempat tersebut. Pria itu lalu berbalik membelakangi pohon dan mulai turun bersandar menekukkan kakinya, ia menarik nafas panjang dan membuka topi koboi yang di kenakan di kepalanya.

"Terimakasih Tuhan nikmatmu memang takan pernah bisa ku bayar sedikit pun, dan untuk orang-orang yang ku cintai di atas sana semoga kau bisa bahagia." Katanya bergumam di dalam hati sembari tersenyum. Selang beberapa detik jatuh buah berwarna merah yang berukuran sebesar kepalan tangan orang dewasa di atas kepalanya, dan itu adalah buah apel, ternyata pria tersebut sedang duduk di bawah pohon apel. Untungnya pada saat itu Newton sudah menemukan teori gravitasinya, jadi pria tersebut tidak perlu memikirkan lagi kenapa apel itu bisa jatuh. Tanpa berpikir panjang ia mengambil apel itu lalu memakannya.

Jam berlalu begitu cepat matahari yang tadinya berada di atas kini mulai turun perlahan meninggalkan sebelah bagian bumi. Suara sayup-sayup teriakan seorang anak kecil dari kejauhan membangunkan pria itu, ternyata ia sampai tertidur pulas di bawah pohon setelah memakan apel. Ia menoleh ke sebelah barat sembari mengucek-ngucek matanya, di sana berdiri anaknya yang masih kecil dan istrinya yang cantik, melambaikan tangan kepadanya. begitu indah kehidupannya dengan segala kebahagiaan dan kesuksesan yang sedang ia rasakan setelah melalui perjuangan yang cukup panjang. Lalu Ares mulai berdiri dan melepaskan tali pengikat kuda putihnya, namun entah kenapa karena mungkin masih setengah sadar dari tidurnya, ia pun terjatuh saat kaki kanannya salah meletakkan pijakan di atas sanggurdi. 

Seketika semua memori masa kecilnya berputar dan teringat di pikirannya, semua perjuangan yang pernah ia lalui sangat detail terjadi tahap demi tahap. lalu ia tersadar melihat dedaunan pohon apel tadi dan melihat anak serta istrinya yang menanyakan keadaanya, lalu Ares memeluk mereka berdua lalu tersenyum sembari berkata "ternyata ini bukanlah mimpi."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun