Mohon tunggu...
Aghry Amirul Salman
Aghry Amirul Salman Mohon Tunggu... Lainnya - Hi I'm Here

tulisan merupakan pelarian dari liarnya pikiran

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Pendakian

13 November 2020   10:39 Diperbarui: 13 November 2020   10:46 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Dokumentasi pribadi

Pukul setengah 1 siang kami mulai melanjutkan kembali perjalanan menuju basecamp, dan jam 1 siang kami sampai di basecamp gunung Burangrang, ya betul gunung yang akan kami daki saat itu adalah gunung Burangrang, gunung yang tidak terlalu rendah juga tidak terlalu tinggi, cukuplah untuk pendaki pemula seperti kami. Burangrang memiliki beberapa jalur pendakian, tapi setahuku jalur Legok Haji yang kami datangi merupakan satu-satunya jalur yang di kelola secara resmi. 

Setelah sampai kami langsung melakukan segala persiapan dan juga mengecek kembali barang-barang sembari mengisi SIMAKSI yang harus di penuhi, dan juga beristirahat sejenak mengingat perjalanan yang cukup lumayan jauh, dengan kontur jalan yang dipenuhi tanah merah membuat kami kesusahan saat masuk ke area basecamp.

Tepat pukul setengah 2 siang, kami mulai mendaki dari kaki gunung via Legok Haji, di perjalanan sudah terlihat betapa besar dan indahnya gunung Burangrang ini, hanya saja pada saat itu sedang musim penghujan jadi jika di lihat dari bawah, puncak selalu tertutupi oleh kabut yang cukup tebal, tapi itu semua tak menutupi keindahan dari gunung Burangrang.

Trek pendakian di awali dengan beberapa perkebunan warga yang cukup luas, tapi entah kenapa baru saja jalan sekitar 15 menit awal, kaki ini sudah sangat pegal.

"dasar lemah, kaki payah, tak bisa di andalkan ayo semangat." Begitulah kira-kira percikan cacian untuk diri sendiri agar tetap semangat.

 

Dan benar saja di 30 menit awal kami berhenti sejenak untuk menurunkan tensi lutut yang sudah mulai kepanasan, tapi memang begitu biasanya di 30 menit awal kaki benar-benar pegal tapi setelah itu mulai lah kita bisa menikmati, memang perlu pemanasan. Kami beristirahat sekitar 5 menit, suasana hutan belum tentu terasa, masih seperti kebun-kebun biasa belum terdapat pohon-pohon besar. 

Setelah itu kami mulai melanjutkan pendakian, di 15 menit awal mulai lah masalah datang, ternyata gunung Burangrang memiliki trek yang terus menanjak, kami hanya menemukan sedikit trek landai, di tambah jalanan yang licin akibat hujan yang tak berhenti-henti di bulan itu. beberapa kali kami terpeleset jatuh, tapi untungnya masih bisa kembali berdiri. 

"aduh bro, kesalahan ini mah harusnya kesini mah jangan musim hujan." Keluh Derin berbicara paling belakang.

"Semangat perjalanan masih panjang, kalo ada yang cape bilang, satu berhenti semua berhenti." Begitu kataku kepada Derin menyemangati dan memberikan penegasan untuk semua.

Karena salah satu prinsip pendakian berkelompok adalah ketika satu orang lelah maka yang lain harus berhenti. Setidaknya itu yang bisa kita lakukan agar tetap bisa bersama-sama, apalagi ketika kita tidak tau jalur pendakian, bisa menjadi hal fatal jika sampai tertinggal dengan rombongan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun