Mohon tunggu...
Ageng Yudhapratama
Ageng Yudhapratama Mohon Tunggu... Lainnya - Pengangguran profesional

Seorang manusia yang sering sambat mengenai banyak hal.

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Artikel Utama

Visi Non-Motorized Transportation untuk Jogja

4 September 2020   23:58 Diperbarui: 6 September 2020   15:46 860
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Becak dan sepeda melintas di Jl. Malioboro (Foto: Tribun Jogja/Wahyu Setiawan Nugroho)

Lantas Pemkot perlu menata ulang desain trotoar di seluruh penjuru kota agar nyaman dan menarik orang agar mau berjalan kaki sejauh 500 meter sampai 1 kilometer. 

Jangan hanya membangun trotoar dengan kondisi seadanya. Hindari pula membangun trotoar tergesa-gesa hanya karena bertujuan mengejar target penyerapan APBD di kuartal keempat. 

Di titik-titik yang trotoarnya tidak layak karena terlalu sempit, buatlah proyek pelebaran trotoar. Sebab sudah sangat jelas trotoar yang lebar itu membuat orang merasa nyaman dan betah berjalan kaki daripada trotoar yang sempit. 

Warga Jogja tentu tidak perlu memiliki trotoar selebar kawasan pedestrian Malioboro. Namun setidaknya lebar setiap ruas trotoar harus memadai bagi dua kursi roda lewat berpapasan dengan mudah dan aman. 

Pastikan pula di tiap ujung-ujung trotoar ada jalur melandai yang tidak curam sebagai fasilitas pengguna kursi roda untuk bisa turun dari trotoar.

Khusus untuk jalan-jalan yang terlalu sempit dan trotoarnya benar-benar tidak bisa dilebarkan lagi dengan cara apapun, trotoar bisa dilebarkan dengan memanfaatkan jalur sepeda. Sehingga jalur sepeda tidak lagi di atas aspal, tetapi ditempatkan di mix-used trotoar.

Lalu Pemkot perlu mengingat juga kalau trotoar merupakan jalur khusus bagi pejalan kaki, pengguna kursi roda, dan pesepeda (dalam kasus tertentu). Trotoar idealnya tidak dipakai secara tumpang tindih sebagai space jalur hijau (misal: pot tanaman) atau utilitas kota (misal: tiang listrik dan rambu lalu lintas).

Pot-pot tanaman eksterior jalan untuk jalur hijau, tiang-tiang listrik, atau rambu lalu lintas, idealnya berada di space tersendiri di samping trotoar. Apabila tidak cukup ruang untuk menyediakan space khusus jalur utilitas kota dan jalur hijau, Pemkot bisa menanam kabel utilitas di dalam tanah dan menerapkan konsep parklet sebagai jalur hijau. Konsep parklet juga bisa dimanfaatkan untuk meletakkan street furniture berupa bangku-bangku panjang dan keran air minum.

Terakhir jangan lupakan kalau Jogja ini kota di negara tropis dengan suhu yang panas dan lembab. Maka tak ada salahnya Pemkot menyediakan pergola/kanopi trotoar sebagai kelengkapan trotoar. Contoh pergola yang ideal bisa dilihat seperti yang ada di kampus UNY.

Pergola di trotoar UNY (Foto: ekspresionline.com)
Pergola di trotoar UNY (Foto: ekspresionline.com)

Sebenarnya tidak terlalu susah untuk mewujudkan sistem NMT di Jogja. Sebab akarnya memang sudah tertanam kuat di kota ini. Sekarang ini yang dibutuhkan hanyalah kepemimpinan yang kuat dan goodwill dari pemangku kebijakan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun