Mohon tunggu...
Subarja Wahdini
Subarja Wahdini Mohon Tunggu... -

semangat dan jangan pernah menyerah

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Menuju Ketahanan Pangan yang Berkelanjutan

18 Oktober 2018   11:31 Diperbarui: 18 Oktober 2018   12:02 202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Peringatan Hari Pangan Sedunia (HPS) yang upacara puncaknya akan berlangsung 18 s/d 21 Oktober 2018 di Kalimantan Selatan merupakan momentum bagi kita sebagai negara agraris untuk membangun dan mengurus soal pertanian.

Diberitakan (Kompas.com - 26/08/2018), bahwa Kementerian Pertanian dalam event ini hendak menunjukkan keberhasilan Indonesia memanfaatkan potensi lahan tidur/lahan rawa lebak menjadi lahan pertanian produktif. Gelar teknologi budi daya padi di lahan rawa seluas 4.200 hektar (ha) yang disulap menjadi lahan pertanian produktif di Kalimantan Selatan.

Disebutkan pula pemanfaatan lahan rawa tersebut, berhasil membangunkan lahan yang sebelumnya tidak termanfaatkan menjadi lahan pertanian produktif (menghasilkan beras) sehingga lahan rawa kini menjadi obat paceklik.

Disatu sisi ini merupakan sebuah langkah maju yang telah kita tunjukkan bahwa kita mampu memberikan terobosan baru untuk memenuhi ketersediaan pangan di negeri sendiri. Secara tidak langsung juga berkontribusi dalam memperkuat apa yang disebut ketahanan pangan.

Namun pada sisi lain, membincang masalah ketahanan pangan bukan hanya pada tingkat ketersediaan pangan saja. Mengingat banyak faktor yang perlu mendapat perhatian berkait  ketersediaan pangan mulai dari produksi, distribusi, soal kepemilikan tanah/lahan, pengelolaan pertanian hingga panen.

Itupun dapat dipengaruhi oleh perubahan iklim, temperatur dan curah hujan sehingga setiap tempat dengan karakter geografisnya yang berbeda harus diperhitungkan secara cermat supaya kelayakan dan kelangsungannya terjamin dalam jangka panjang.

Dari pemanfaatan lahan seringkali terjadi degradasi, kasus-kasus alih fungsi lahan pertanian berubah menjadi area yang tak sesuai peruntukannya. Jalur-jalur hijau yang dulunya khusus untuk lahan pertanian berubah menjadi "tanaman beton" berupa perumahan/pemukiman baru, berdirinya gedung/pabrik-pabrik, kawasan industry baru yang dimiliki para pemodal -- sehingga gejala ini perlu mendapat perhatian bilamana bidang pertanian dapat berjalan secara lestari.

Demikian halnya mengingat kondisi iklim/cuaca yang kadang berubah secara drastis, lingkungan hidup yang cenderung rusak, semuanya berpengaruh terhadap persediaan air/irigasi serta energi sebagai penunjang utama usaha pertanian. Termasuk serangan hama/penyakit tanaman yang dapat mengganggu produksi pangan.

Memperkuat ketahanan pangan tidak terlepas dari masalah distribusi. Betapapun ketersediaan pangan mencukupi, tetapi jika tidak disertai kelayakan penyimpanan, pemrosesan, ditunjang transportasi, pengemasan, dan pemasaran bahan pangan sama halnya kebutuhan pangan tidak berlangsung optimal. Akses untuk memperoleh pangan yang kurang merata (termasuk harga) jangan sampai terjadi daerah mengalami kekurangan/rawan pangan, karena bila tidak terkendali bisa terjadi ancaman kelaparan.

Perlu diakui bahwa kita seringkali menyebut bahwa Indonesia sebagai salah satu negara agraris, namun hingga kini impor beras masih berlangsung untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri dan menjaga stabilitas pangan.

Mengutip data Direktorat Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan, total persetujuan impor beras periode 2018 kepada Perum Bulog hingga saat ini mencapai 2 juta ton. Persetujuan impor beras untuk Bulog tahap I dan II sendiri telah keluar pada Februari dan Mei 2018, masing-masing jumlahnya 500.000 ton.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun