Mohon tunggu...
Subarja Wahdini
Subarja Wahdini Mohon Tunggu... -

semangat dan jangan pernah menyerah

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Dolar AS Menguat, Apa yang Perlu Dilakukan?

14 Oktober 2018   19:48 Diperbarui: 14 Oktober 2018   20:23 687
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Tercatat sejak Senin (8/10/2018) nilai tukar mata uang rupiah masih merosot di kisaran Rp 15.110-15.240 per dolar AS. Bisa diperkirakan menguatnya dolar alias melemahnya nilai rupiah ini akan terus bergejolak dan berfluktuasi karena diakibatkan banyak faktor penyebab.

Faktor eksternal antara lain membaiknya ekonomi Amerika Serikat dan kebijakan Bank Sentral Amerika (The Federal Reserve/The Fed) menaikkan suku bunga acuan tahun ini telah mendorong para investor menarik dananya dari negara-negara berkembang dan dialihkan ke asset berdenominasi dolar telah menjadikan posisi rupiah semakin melemah.

Ditambah lagi masih berlangsung perang dagang (trade war) AS-China, atau belum terjadi negosiasi antara kedua negara tersebut berdampak pada penurunan profit di banyak negara berkembang, termasuk Indonesia.

Sedangkan kondisi internal kurang mendukung seperti besarnya impor dibanding nilai ekspor ikut mempengaruhi lemahnya rupiah saat ini. Naiknya harga minyak mentah dunia (dimana kita masih impor) semakin menekan rupiah. Ini pastinya bergantung pada kebutuhan dalam negeri, ketergantungan pada minyak menjadikan dolar AS akan terus menguat.

Langkah pemerintah dalam hal ini Bank Indonesia (BI) sebagai regulator telah mengintervensi atas kenaikan dolar AS, sudah dilakukan melalui cadangan devisa - namun belum mampu membendung sehingga melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS masih cenderung akan berlangsung.

Dampak menguatnya dolar AS ini perlu dipahami dan disikapi. Terutama bagi pelaku usaha bisnis dan industri dibidang tekstil, farmasi, besi baja, atau industri-industri lain yang sebagian besar bahan bakunya bergantung impor akan terkena imbas. Ini logis, karena perhitungan neraca perdagangan mengalami defisit akibat harga bahan bakunya ikutan meningkat.

Lantas apa yang perlu dilakukan?

Bagi pelaku usaha, secara garis besarnya efisiensi (penghematan) menyangkut perhitungan biaya produksi dengan perolehan profit perlu ditata/direncana ulang. Mengutamakan pengeluaran penting dan memangkas pengeluaran yang kurang penting sebagai pilihan taktis untuk menjamin usaha supaya berkelanjutan.

Seiring dengan itu peningkatan daya saing produk perlu dilakukan. Dalam hal ini dibutuhkan kualitas, kreativitas, inovasi produk unggulan disertai kinerja ekspor sehingga produk Indonesia laku terjual di lingkup internasional.

Dalam kondisi seperti sekarang (dolar AS menguat) pemerintah juga harus rensponsif, membuat kebijakan-kebijakan yang dapat melindungi kepentingan perekonomian dan meminimalisir imbas yang kemungkinan merembet pada kehidupan rakyat di lapisan paling bawah.

Upaya pengendalian impor perlu terus dilakukan, termasuk swasembada berkait kebutuhan pokok seperti pangan didorong untuk terus tumbuh dan meningkat guna mencukupi kebutuhan dalam negeri. Dengan kata lain, jika swasembada ini berhasil maka kita tidak harus banyak melakukan impor.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun