Mohon tunggu...
Agavia Syifa Rivani
Agavia Syifa Rivani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Negeri Jakarta

hi!

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Hubungan Keberadaan Tuhan dalam Penciptaan Alam Semesta

17 Juni 2021   06:47 Diperbarui: 17 Juni 2021   07:19 2265
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto oleh Chait Goli dari Pexels

Oleh: Agavia Syifa Rivani (1405620085)  & Amanda Alfi Fala Faustina (1405620055) Pendidikan Sosiologi A

Manusia lahir ke bumi tanpa membawa apapun. Menyapa dunia dengan suara tangis yang kencang, kemudian mengalami perkembangan baik dari segi fisik mulai dari bayi, balita, remaja, dewasa, tua, hingga akhirnya meninggal dunia. Yang sebelumnya belum mengenal apa itu dunia, kemudian mampu mengenal dunia dengan bekal keilmuan yang dimilikinya seiring dengan proses menuntut ilmu itu sendiri. Dalam perkembangannya itu pun manusia dengan akalnya mencoba untuk mempertanyakan mengenai bagaimana alam semesta dan seisinya ini tercipta? Dan siapakah yang menciptakannya?


Kata 'alam ( (secara bahasa berarti seluruh alam semesta. Jika dikatakan alkauny ( :(al-'alamy ( (artinya yang meliputi seluruh dunia. Dalam bahasa Yunani, alam semesta atau jagat raya disebut sebagai "kosmos" yang berarti "serasi, harmonis". Dari segi akar kata, "'alam" (alam) memiliki akar yang sama dengan "'ilm" (ilmu, pengetahuan) dan "'alamat" (alamat, pertanda). Alam semesta dalam persfektif Al-Qur'an dapat dipahami sebagai perbentangan unsur-unsur yang saling mempunyai keterkaitan.


Di dalam Al-Quran terdapat banyak bukti yang memberikan informasi dasar mengenai beberapa hal seperti penciptaan alam semesta. Pembicaraan Al-Qur'an tentang proses penciptaan alam semesta dapat ditemukan dari ayat-ayat yang tersebar dalam beberapa surat. Namun, informasi itu hanya bersifat garis besar atau prinsip-prinsip dasar saja, karena al-Qur'an bukanlah buku kosmologi atau buku ilmu pengetahuan yang menguraikan penciptaan alam semesta secara sistematis.  

Mengenai metafisika penciptaan, Al-Qur'an menegaskan bahwa alam semesta beserta segala sesuatunya hendak diciptakan oleh Allah SWT sesuai dengan firmannya yang Artinya: Allah Pencipta langit dan bumi, dan bila Dia berkehendak (untuk menciptakan) sesuatu, Maka (cukuplah) Dia hanya mengatakan kepadanya: "Jadilah!" lalu jadilah ia. (QS. Al-Baqarah: 117)


Pada QS. Hud/11: 7 Allah juga menegaskan bahwa Dialah Sang Pencipta alam semesta (langit dan bumi serta segala isinya). Sebelum proses penciptaan dimulai, Allah telah memiliki 'arasy (singgasana) yang berada di atas air ketika menciptakan alam semesta. Allah menguji manusia siapa yang paling baik amalnya (dalam memanfaatkan ciptaan-Nya) supaya mereka mendapatkan balasan atas amal perbuatan mereka.


Dalam surat Fush-shilat (41:11) Artinya: "Kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi: "Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa". keduanya menjawab: "Kami datang dengan suka hati".


Kata asap dalam surat tersebut menurut para ahli tafsir adalah merupakan kumpulan dari gas-gas dan pertikel-partikel halus baik dalam bentuk padat maupun cair pada temperature yang tinggi maupun rendah dalam suatu campuran yang lebih atau kurang stabil.


Didalam Al-Quran dijelaskan tentang terbentuknya alam ini yaitu pada (QS Al-Anbiya : 30) Artinya: "Dan Apakah orang -orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu (sebingkah penuh), kemudian Kami pisahkan antara keduanya. dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka Mengapakah mereka tiada juga beriman".


Matahari adalah benda angkasa yang menyala-nyala yang telah berputar mengelilingi sumbunya sejak berjuta-juta tahun. Dalam peroses perputarannya dengan kecepatan tinggi itu, maka terlontarlah bingkahan-bingkahan yang akhirnya menjadi bumi dan beberapa benda angkasa lainnya dari bingkahan matahari itu. Masing-masing bingkah beredar menurut garistengah lingkaran matahari, semakin lama semakin bertambah jauh, hingga masing-masing menempati garis edarnya. Dan seterusnya akan tetap beredar dengan teratur sampai batas waktu yang hanya diketahui oleh Allah SWT.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun