Mohon tunggu...
Agatha Carolina
Agatha Carolina Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Ilmu Komunikasi

Produktif melalui karya untuk sesama

Selanjutnya

Tutup

Music

Menilik Pengaruh K-Pop: Awas, Indonesia Terancam Krisis Budaya!

7 September 2020   11:55 Diperbarui: 7 September 2020   12:23 744
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Istilah "K-pop" tidak lagi asing terdengar di telinga masyarakat Indonesia terutama dalam kurun waktu beberapa waktu terakhir. K-pop merupakan singkatan dari Korean Popular Music sehingga istilah K-pop merujuk pada aliran musik yang berasal dari Korea Selatan (90 DAY KOREAN, 2020). Antuasisme masyarakat Indonesia terhadap fenomena K-pop tidak hanya terbatas kepada lagu-lagu yang dihasilkan tetapi juga boy band dan girl band Korea Selatan seperti Super Junior, BTS, EXO, BLACKPINK, SNSD, dan TWICE. Tentunya para pembaca sudah tidak asing dengan nama grup-grup musik tersebut, bukan?

Yuk, simak beberapa fakta mengejutkan terkait kepopuleran K-pop di Indonesia! Berdasarkan analisis Google Trends pada tangggal 7 Januari 2020 lalu, Indonesia berada pada urutan ke-6 sebagai negara yang menghasilkan istilah K-pop dalam lalu lintas internet global (Putri, A., W., 2020). Indonesia bahkan berhasil mencapai posisi ke-2 sebagai negara dengan stan K-pop terbesar di dunia karena meraih 9,9% dari keseluruhan grafik penonton konten K-pop pada platform Youtube ("Inilah 10 negara", 2019).

Kepopuleran fenomena K-pop bukannya tidak membawa pengaruh bagi kehidupan masyarakat Indonesia. Pengaruh fenomena K-pop akan ditilik menggunakan Teori Kolonialisme Elektronik oleh Herbert Shiller. Teori Kolonialisme Elektronik merupakan teori yang berfokus pada bagaimana media global memengaruhi cara orang berpakaian, berpikir, dan bertindak. Menurut Teori Kolonialisme Eelektronik, media global memiliki dampak bagi pikiran dan perilaku konsumsi masyarakat global (McNair, B., 2011).

 Kalau begitu, lalu apa saja pengaruh fenomena K-pop bagi masyarakat Indonesia?

1. Menurunnya antusiasme terhadap lagu lokal dan nasional

Teori kolonialsme elektronik menyatakan bahwa paparan media terhadap suatu fenomena secara terus-menerus akan memengaruhi perilaku individu bahkan tanpa disadari (McNair, B., 2011). Seiring dengan meningkatnya paparan media mengenai K-pop maka semakin meningkat pula perilaku konsumsi musik K-pop oleh masyarakat Indonesia dan semakin menurun antusiasme masyarakat terhadap music lokal dan nasional. 

Berdasarkan data dari Wrapped, BTS berada pada urutan 1 sebagai penyanyi yang paling didengarkan dalam Sportify Indonesia, mengalahkan Tulus yang berada pada urutan 4 dan Fiersa Besari pada urutan 5 ("Tulus, BTS among Indonesia's", 2019).

2. Budaya Berpakaian yang berorientasi pada Tren Korea Selatan

Teori Kolonialisme Elektronik menyatakan bahwa media global dapat memengaruhi cara berpakaian individu (McNair, B., 2011). Dengan mengonsumsi video musik dan mengikuti idol-idol Korea Selatan, maka secara tidak sadar selera dan cara berpakaian seseorang dapat berubah mengikuti gaya berpakaian masyarakat di Korea Selatan. 

Hal tersebut dapat menumbuhkan kekhawatiran dikarenakan tidak setiap gaya berpakaian di Korea Selatan sesuai dengan budaya berpakaian masyarakat Indonesia. Rok Pendek dan Crop Top yang biasa digunakan oleh masyarakat Korea Selatan dalam keseharian tidak selalu dapat digunakan oleh masyarakat Indonesia dalam kesehariannya.

3. Perubahan Perilaku dan Pandangan Masyarakat Mengikuti Budaya Korea Selatan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun