Mohon tunggu...
Eko Setiaone
Eko Setiaone Mohon Tunggu... Freelancer - Human-Center Oriented Activism, Participatory Planner, Story Teller, Free man

"Kesalahan besar bangsa ini adalah seringkali melupakan sejarah, dan mengabaikan aspirasi orang-orang kecil. Dunia sudah modern, seharusnya tak menjadi penghalang. Saya memelajari sejarah dan mencari aspirasi dari masyarakat marginal untuk melawan kesembarangan pemerintah/ perusahaan/ pelaku usaha. Dunia tak akan adil jika semua orang menjadi kapitalis"

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Sekilas Aku, dan Platform Pergerakan Kemahasiswaan Baru

2 November 2019   18:10 Diperbarui: 2 November 2019   18:19 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Awal yang membahagiakan tentu berkecimpung di tengah persoalan praktis masyarakat. Beberapa alasan yang menjadikan aku betah disini tentu karena perjumpaan yang tak sengaja dan persaudaraan yang begitu harmoni.

Memori ku masih ingat betul, ketika dipertemukan dengan orang-orang yang satu frekuensi saat bulan romadhon di dekat lapangan rumput salman. Perjumpaan yang tak sengaja itulah, menjadi alasan ku untuk terus bergerak hari ini. Tentu setiap kali perjumpaan ada kenangan yang tak dapat dipisahkan. Tentu ada sesuatu atau bahkan seseorang yang paling berkesan dalam hidup, itulah perjumpaan yang kiranya cukup aku dan kawan-kawan ku yang saat itu berjumpa. Ia adalah alasanku untuk tetap berkegiatan karena tanpa ia aku tak mungkin mengatur dan mengontrol masalah pengeluaran (cash flow) anggaran.  (sekian)

Selanjutnya, soal persaudaraan yang begitu harmoni, rasanya tak jauh dari persaudaraan saya dengan orang-orang di Kecamatan Coblong. Dari temen-temen LPM Kelurahan, Karang taruna dan Ibu-ibu PKK di coblong yang amat hafal dengan muka ku sampai dengan hari ini. Termasuk adik-adikku di Relasi masyarakat, seperti Amas (MB 17), Gandhi (PL 17), Jeffri (PL 16), Faishol (MB 18), Wiji (PL 17) dll. Berkat mereka lah, kami dari Kabinet KM ITB bisa mendapatkan harga yang cukup memorable dari pak walikota tahun 2018.

sobat-relasi-km-itb-x-pemkot-bandung-apresiasi-kinerja-km-itb-5dbd62d5097f366e3f7428c2.jpg
sobat-relasi-km-itb-x-pemkot-bandung-apresiasi-kinerja-km-itb-5dbd62d5097f366e3f7428c2.jpg
Sumber : LFM ITB, 2018

Alasan-alasan itu, justru semakin meyakinkan saya bahwa pergerakan mahasiswa hari ini, harus memiliki esensi, tak cukup soal sensasi. Kita harus tau mengalokasikan uang dengan bijak, memilih rekan yang strategis dan membangun serta membangun tim dalam organisasi pergerakan.

 

Platform Baru

Tulisan saya ini, akan saya tawarkan kepada rekan-rekan mahasiswa di Indonesia (hari ini), yang kebetulan hidup di era revolusi industri 4.0. Sebagai seorang kakak atau teman yang pernah hadir dan merasakan hal serupa, mungkin aku hanya lebih dahulu merasakan. Senior-junior hanya masalah waktu. Gagasan ini tentu ingin saya kembalikan kepada rekan-rekan sebagai bahan dialektika yang positif dan membangun untuk kehidupan bergerak dan pergerakan mahasiswa. Saya akan bicara dalam ruang lingkup pergerakan internal, dan eksternal. Dengan penjabaran ruang lingkup, yang sudah saya tekankan arahnya.

Pertama, di lingkup internal. Kita akan tau soal bagaimana membangun tim dan kekeluargaan antar pengurus dan anggota dengan baik, bagaimana membangun kepercayaan publik atas organisasi yang kita bangun dan bagaimana membangun kemandirian organisasi.

Tim dan keluarga yang baik, tentu akan menghasilkan kader yang baik. Definisi yang baik, saya akan persilakan pada masing-masing orang yang mengelolanya. Disini, yang harus dicatat, bahwa membangun keluarga dan tim seringkali menjadi dilemma satu sama lain. Tim yang baik, belum tentu memiliki jumlah yang banyak. Akan tetapi tim yang baik, adalah tim yang bisa kerja, efektif bekerja dan saling pengertian. Benarkah begitu? Sebaliknya keluarga yang baik, adalah keluarga yang dapat merekat sebanyak-banyaknya orang untuk ikut dalam platform organisasi yang akan kita pimpin, menjaga satu sama lain dan melindungi nama baik satu sama lain, benarkan?

Seringkali dalam persoalan organisasi mahasiswa, krisis kepercayaan kepada pengurus/ pemimpin bisa kita alami bersama-sama. Kadangkala, hal itu berubah-ubah. Masalah itu dinamis, itulah yang menjadikan kedinamisan kampus karena sejatinya, ia yang melahirkan masalah, ia pula yang harus pandai mengelolanya. Kedinamisan kampus ini sangat sentral untuk diurus sehingga orang yang benar-benar tau masalah kecil dan besar atau masalah turunan yang berpola, orang-orang yang mengikuti kaderisasi dengan patuhlah yang tau-menau soal ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun