Mohon tunggu...
inal lubis
inal lubis Mohon Tunggu... -

Pegiat lingkungan hidup berbasis kearifan tradisional.

Selanjutnya

Tutup

Politik

3 Menteri Pendusta Mengorbankan 2,5 Juta Petani Rotan

10 November 2011   03:57 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:51 362
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

3 Menteri Pendusta Mengorbankan 2,5 Juta Petani Rotan Saat sebagian besar umat manusia di indonesia bahkan di dunia ini melaksanakan ibadah Qurban, yang maknanya antara lain adalah berkorban untuk kepentingan orang banyak. Tapi 3 Menteri ini justru mengorbankan kepentingan 2,5 juta petani rotan di daerah-daerah hanya untuk kepentingan sepihak para industri rotan di Cirebon. Melalui SKB (Surat Keputusan Bersama) yang akan ditandatangai oleh Menperin-Menhut-Mendag. (Menteri Perindustrian - Menteri Kehutanan - Menteri Perdagangan), akan mengeluarkan kebijakan sesat STOP EKSPOR ROTAN. Menteri dan Wamen Pembohong Bohong! Wakil Menteri Perdagangan, Bayu Krisnamurthi, yang menyatakan hampir 100 persen rotan dipetik dari hutan belum budidaya. Bohong! Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan yang menilai penghentian ekspor bahan baku rotan dapat menyelamatkan Indonesia dari eksploitasi hutan secara berlebihan. Bohong! Menteri Perdagangan, Gita Irawan Wirjawan, yang menegaskan bahwa penghentian ekspor rotan bukanlah keputusan yang dilakukan sepihak oleh pemerintah tapi mempertimbangkan seluruh pemangku kebijakan. Ini buktyinya : Rekan saya dari penggiat lingkungan menyatakan "Inilah kinerja pertama kabinet hasil Reshuffle SBY, membuat Petani dan Pedagang Pengumpul Rotan MENDERITA dan SENGSARA. Semua justifikasi yang melatar belakangi rencana kebijakan baik dari Menteri Perdagangan, Menteri Perindustrian dan Menteri Kehutanan adalah nonsen dan ilogis". Tambah rekan tadi "Mereka semua hanya didikte oleh segelintir industriawan rotan yang berbasis di Pulau Jawa (khususnya Cirebon) yang selama ini memainkan harga rotan asalan/mentah dari daerah utama penghasil rotan (Kalimantan dan Sulawesi). Saat kebijakan kran ekspor rotan asalan & setengah jadi dibuka beberapa tahun terakhir mereka jadi kelabakan karena kehilangan nikmat (profit) besar hasil permainan mereka selama ini". Wamendag, coba baca ya! Di DAS (Daerah Aliran Sungai) Kedang Pahu (masuk dalam wilayah Kabupaten Kutai Barat) terdapat sekitar 34 jenis rotan baik yang tumbuh secara alami di rimba-rimba maupun yang sudah dibudidayakan oleh masyarakat setempat. Hingga sekarang, rotan yang paling banyak dibudidayakan di daerah Suku  Benuaq dan Tunjung adalah Sega (Calamus caesius Bl), Jahab (Calamus trachycoleus Becc), Pulut merah (Daemonorops crinita Bl). Beberapa jenis rotan lain ditanam hanya secara sporadic seperti misalnya rotan Manau, Seletup, Pulut putih dan Kehes. Budidaya rotan dilaksanakan oleh masyarakat lokal secara individual di lahan milik mereka yang merupakan areal ladang. Oleh karenanya pola penyebaran kebun rotan juga sesuai dengan pola penyebaran ladang masyarakat. Rotan masih merupakan mata pencaharian tambahan berjangka panjang bagi masyarakat lokal, disamping pekerjaan utama berladang. Penanaman rotan di lahan bekas ladang disamping sebagai usaha sampingan juga sebagai tanda kepemilikan individual dari lahan tersebut. Masyarakat telah menerapkan sistem tata batas yang disepakati bersama antara kedua individu yang memiliki kebun rotan yang berbatasan. Tanda batas tersebut berupa pohon-pohon yang ada di sekeliling batas kebun rotan. http://kpshk.org/index.php/artikel/read/2010/02/19/613/budidaya-rotan-ala-p3r-bagian-1.kpshk Jadi Wakil Menteri Perdagangan, Bayu Krisnamurthi, yang menyatakan hampir 100 persen rotan dipetik dari hutan belum budidaya, ini asbun alias ngaco banget. Menhut coba baca ya! Rotan merupakan komoditas yang dihasilkan dari hutan alam dan hasil budidaya masyarakat. Rotan ada dua kelompok, pertama: sifatnya solitair (berdiri sendiri namun bergerombol), kedua: sifatnya klaster (tumbuh merambat bergerombol pada pohon pelindung lainnya). Sifat rotan yang tumbuhnya menjalar memanjat pada pohon pelindung yang bila dipotong/dipanen secara rutin dan teratur maka akan menumbuhkan tunas-tunas baru yang lebih banyak sehingga membantu menjaga kelestarian tumbuhan rotan (Latar Belakang pelaksanaan Permendag No.36/2009). Masih tersedianya rotan alam di sekitar dan di dalam kawasan hutan mengindikasikan masih adanya tegakan hutan di kawasan tersebut. Hal ini juga diperkuat oleh pernyataan Kepala Dusun Sisere, Alirman, yang juga sebagai pencari rotan, "Kami bergantung hutan, rotan ini kami bisa cari di hutan sana, hutan habis rotan akan habis. Rotan tak ada, kami orang tak bisa bertani kakao," ujar Alirman, Kepala Dusun Sisere, di kediamannya. (Warga Rotan Sisere, tJong-KpSHK, Juni 2010). http://kpshk.org/index.php/artikel/read/2010/07/23/1052/rotan-hutan-dan-redd.kpshk Jadi Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan yang menilai penghentian ekspor bahan baku rotan dapat menyelamatkan Indonesia dari eksploitasi hutan secara berlebihan. Ini juga asbun dan ngaco juga. Padahal Dinas Kehutanan Katingan saja telah melakukan pemberdayaan kepada petani rotan budidaya dengan membagikan 200.000 bibit rotan kepada masyarakat. http://kpshk.org/index.php/berita/read/2010/10/13/1159/visi-rotan-katingan.kpshk Jadi kebijakan Stop Ekspor Rotan ini, bau dengan bangkai politik, dan keberpihakan pada pengusaha industri mebel rotan di Cirebon. Kenapa juga kebijakannya berupa SKB, karena Mendag takut digantung sendirian kalau kebijakan ini salah dan justru membuat jutaan petani rotan menderita. Takut kebijakan stop ekspor rotan ini terbukti membela kepentingan pihak tertentu. Makanya Mendag mengajak Menperin dan Menhut supaya kalau digantung nanti sama-sama digantung. 3 Menteri ini jelas tidak punya telinga untuk mendengarkan aspirasi jutaan petani rotan di daerah-daerah berikut ini : Para petani rotan berunjuk rasa yang berasal dari Kabupaten Kapuas, Kotawaringin Timur, Kotawaringin Barat, Katingan, Gunung Mas, BaritoSelatan, Barito Utara dan Murung Raya Koodinator aksi asal Katingan Sarwapin menyebutkan rotan merupakan hasil kebun, bukan hasil tanaman hutan seperti yang tercantum dalam Undang-Undang. Penghentian ekspor rotan mulai menimbulkan dampak ekonomi. Di Pelabuhan Trisakti Bandarmasih, Banjarmasin, Kamis (3/11), terlihat tumpukan rotan yang jumlahnya diperkirakan mencapai lima ribu ton. Ribuan ton rotan itu tidak hanya menumpuk di Pelabuhan Trisakti Banjarmasin. Berdasarkan informasi yang didapat pengelola pelabuhan Trisakti, sebaran tumpukan rotan petani Kalteng itu juga ada di sejumlah gudang-gudang petani di Kabupaten Kotawaringin Timur. http://sindikasi.inilah.com/read/detail/1792787/petani-rotan-demo-di-kantor-gubernur-kalteng Hal senada juga disampaikan Zulkifli, perwakilan pendemo. Zulkifli mengatakan, petani di Kotim 78 persen bergerak di bidang perkebunan rotan, apabila ekspor rotan dihentikan, akan banyak masyarakat yang menjadi pengangguran. http://media.hariantabengan.com/index/detailspiritkaltengberitaphoto/id/18253 Rekan di milist lingkungan menenangkan, "Sudahlah rekan Aftrinal Lubis, para jurnalis kita nggak tertarik kok untuk ekspose masalah yang akan diderita oleh petani & pedagang pengumpul rotan akibat dampak negatif kebijakan larangan ekspor tersebut, mereka lebih tertarik mengekspose alasan/justfikasi dari para Menteri itu kok". Rekan di milist lain menyarankan untuk melakukan SOMASI. Somasi tersebut memberikan perintah yang jelas kepada kementerian yang bersangkutan untuk segera mereview atau mencabut keputusan tersebut dalam batas waktu tertentu. Tapi apabila tidak ada tanggapan konstruktif dan positif dari kementerian terkait, somasi otomatis naik menjadi upaya dan langkah hukum dapat ditempuh. Saran ini akan coba ditempuh oleh para penggiat lingkungan beserta masyarakat adat senusantara. (Inal Lubis).

[caption id="attachment_141334" align="aligncenter" width="614" caption="2,5 Juta Petani Rotan di Daerah-Daerah Terancam Menderita"][/caption]

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun