Mohon tunggu...
Fandi Sido
Fandi Sido Mohon Tunggu... swasta/hobi -

Humaniora dan Fiksiana mestinya dua hal yang bergumul, bercinta, dan kawin. | @FandiSido

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Penginggrisan dalam Kampus

12 Juli 2012   06:06 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:02 3739
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13420754421509336069

[caption id="attachment_193765" align="aligncenter" width="491" caption="Ilustrasi (dok.pri.)"][/caption] Di banyak kampus, penginggrisan banyak istilah mutlak adanya. Mengejar nilai indeks untuk peringkat universitas dunia, misalnya, pemutakhiran tata kelola kampus sampai tetek-bengek tulisan dalam jurnal ilmiah haruslah bertaraf internasional. Efek sampingnya, sebagaimana tertular ke jenjang pendidikan lebih rendah, penginggrisan terjadi di mana-mana. Kita sudah lama mendengar istilah Dies Natalis yang sering dimaksudkan sebagai "hari jadi", meskipun sebenarnya adalah frasa latin yang dalam bahasa Inggris dirujuk dari komposisi musik Gerald Finzi untuk soprano atau tenor solo dan orkestra dawai.Fakultas Hukum di jaket-jaket angkatan ditulis Faculty of Law, sama kerennya dengan Psychology '08 atau Medical 2010. Keren sepintas jika berbaur di tengah masyarakat. Penginggrisan kampus tidak berawal di punggung jaket. Di tingkatan struktur lebih tinggi para dosen pun tak mau kalah.Istilah-istilah dari jurnal ilmiah "asing" sering kali diadopsi dalam pembicaraan kelas. Sebut saja dosen statistika yang lebih senang mengatakan standard deviation alih-alih deviasi standar yang merupakan padanannya dalam bahasa Indonesia. Anehnya, mahasiswa seakan-akan ikut terjebak dalam pemadanan bahasa vokal ke bahasa tulis ilmiah. Walhasil, ditemukanlah banyak skripsi dan makalah memuat istilah standar deviasi. Orok lema yang lahir tanpa struktur pemaknaan yang jelas. Entah siapa yang memulainya. Seperti tren ponsel berfitur sejuta umat, penginggrisan di kampus bahkan menyentuh dewan manajemen fakultas dan rektorat. Gejala ini bisa dilihat dari penulisan nama-nama fakultas yang seperti bingung memadukan istilah ilmiah dengan pemadanan kata umum. Pada 2006, dewan rektorat bersama dekan Fakultas Ekonomi UGM menerima saran dari beberapa pakar bahasa, termasuk dosen akuntansi yang juga penggiat seri bahasa popular Prof. Suwardjono untuk mengubah nama fakultas. Pasalnya, UGM yang saat itu mencatat peringkat lebih baik di daftar Webometrics diprotes oleh beberapa rekan internasionalnya karena tidak memiliki sekolah bisnis. Kemudian dirintislah fakultas ekonomi sebagai pusat riset bisnis. Suwardjono lalu menawarkan nama Fakultas Ekonomika dan Bisnis. Namun beberapa dewan perencanaan waktu itu menentangnya dengan alasan kata ekonomika tidak popular dalam dunia ilmiah Indonesia. Sementara Suwardjono kukuh mengartikan economics yang lazim digunakan dalam sekolah-sekolah bisnis sebagai ekonomika. Sama halnya kata academics menjadi akademika. Setelah melalui perdebatan alot, disepakatilah nama baru Faculty of Economics and Business, menginggriskan tulisan lebih besar di atasnya Fakultas Ekonomika dan Bisnis. Bagian kampus yang kini jadi kebanggaan UGM. Lucunya, di situs resmi masih ditulis Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Di fakultas lain, ada misteri penginggrisan yang menimbulkan kebingungan lebih banyak bagi masyarakat awam. Sebut saja Fakultas Kedokteran yang istilahnya banyak disebut FK di kampus-kampus terkemuka. Bagaimana menginggriskannya? Kalau di UGM ada yang menulisnya: Faculty of Medics dan Medical Faculty. Secara struktur bahasa dan konteks pemahamannya, faculty of medics bisa jadi lebih mengena karena memfokuskan penetasan profesi dokter. Medics terklasifikasi sebagai nomina bentuk jamak yang merujuk kata dokter dalam bahasa Indonesia. Yang artinya, fakultas penghasil dokter-dokter. Sedangkan, medical termasuk kelompok ajektiva merujuk bidang yang merapat pada pemaknaan obat-obatan, berhubungan dengan kedokteran. Kedua frasa ini sering ditemukan di punggung jaket mahasiswa. Tapi apakah ini yang paling tepat? Secara resmi kebanyakan Fakultas Kedokteran disebut sebagai Faculty of Medicine. Yang ini lebih dulu dipakai di luar negeri, sebut saja Faculty of Medicine Toronto University, atau Faculty of Medicine Cairo University. Semuanya bergerak di bidang kesehatan. Oxford Advanced Learner's Dictionary memang memasukkan entri medicine sebagai nomina ilmiah dengan arti ilmu kedokteran, pengobatan, atau obat.

Medicine: 1. (n) The science or practice of the diagnosis, treatment, and prevention of disease (in technical use often taken to exclude surgery). 2. (n) A drug or other preparation used for the treatment or prevention of disease. A drug or other preparation used for the treatment or prevention of disease.

Dibutuhkan keseragaman pemahaman tentang istilah padanan nama fakultas sampai ke kalangan mahasiswa, biar semuanya seragam dan orang-orang lebih paham jika ada yang menulis Faculty of Medic atau Medical Faculty di stiker-stiker kaca belakang mobil. Ada juga yang keren tulisan International Relation yang merujuk maksud jurusan/departemen Hubungan Internasional. Pernah saya temukan juga tulisan semakna berbunyi International Relationship. Ada juga tulisan-tulisan Psycho yang merujuk kelompok pembelajar jurusan psikologi. Betapa beragam dan mengejutkannya kalau tidak ada penyatuan makna yang tepat. Bagaimana dengan civitas academica? Nah, mungkin belum banyak yang tahu. Frasa latin satu ini dipakai hanya di Indonesia, merujuk makna kelompok akademisi yang menganut kepentingan yang sama serta bergerak dengan visi yang sama. Karena itu sering dipakai untuk merujuk nama-nama kampus tertentu. Yang unik, banyak yang memoles frasa ini dengan gaya penulisannya sendiri-sendiri. Ada yang pakai civitas akademika, ada sivitas akademika, dan lain-lain. Kalau dilempar keluar negeri, mungkin akan bisa bersaing dengan Ivy League. Memang masih akan banyak bab jika menuliskan ihwal penulisann istilah keinggris-inggrisan dari dalam pagar kampus. Di samping fenomena penyelenggaraan pendidikannya yang kadang dipertanyakan, ternyata secara mendasar pembelajaran bahasa di dalam kampus masih berwarna karena prosesnya yang terlihat unik dan sebagian lucu. Kalau dipikir kampus adalah tempat orang-orang pintar berkumpul, maka sepenuhnya tidak tepat juga karena beberapa fenomena kecil yang jamak dikira keren semata-mata karena menggunakan kata-kata bahasa Inggris.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun