Mohon tunggu...
Afrizal Ramadhan
Afrizal Ramadhan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis

Bekerjalah pada keabadian

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Angin yang Ngembara

6 Juni 2021   22:25 Diperbarui: 6 Juni 2021   22:28 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Dari angin yang mengembara

Aku dipaksa kembali untuk sebuah kepulangan

Tubuh bergetar, bibir yang menggigil 

Mata haru dan pikiran beku mendingin

Rumahku musim yang hilang

1998, jiwaku terserak di tanah pengasingan

Tak ada melati dan aku tidak benar-benar mati

Aku ikut ngembara bersama angin

Sepanjang jalan yang tak kukenal

Betapa perih, hatiku merasa senyap sekali

Wajah yang kurindukan, aku ingin memeluknya

Bunda, bunda, terdengar pekik menangis.

Jakarta, 2021

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun