Malam ini begitu bergema suara takbir, sekelilingku sibuk memperhatikan akan bagaimana situasi besok untuk menyambut hari raya Idul Fitri. Aku biasanya menempati kesunyianku sendiri di dalam kamar, berbeda dari kebanyakan orang. Momen ini menjadi waktu paling pas menurutku untuk membangkitkan ingatan terhadap apa saja yang sudah kulakukan sepanjang hidupku ke belakang. Perasaan-perasaan apa saja yang telah membuatku terus berkembang.
Aku selalu menuntut kebebasan pada saat ini, aku selalu ingin melakukan apa saja yang kusukai. Ah, hidup memanglah pantas untuk selalu disyukuri dan nikmati. Sementara malam semakin larut, dunia seakan melambat serta tenang, aku ingin mulai mengenang.
***
Dahulu, aku permah punya kebiasaan mencari kesenangan yang bodoh karena ketidaksadaran, aku pernah punya kelicikan untuk tetap bermain pada ketololan. Masa-masa yang begitu cepat berlalu dan pada detik ini ia (diriku yang dulu) membicarakanku terang-terangan sambil tertawa. Pada detik ini ia beritahukan apa saja yang paling buruk yang pernah dilakukan. Meski sebatas hayalan, ini tidak bisa aku debatkan.
Sekarang, ruang-ruang terbuka lebar dan penuh macam-macam taman. Aku kini yang berbekal ingatan membawa sepucuk surat untuk masa depan, untuk diriku yang akan berjalan melewati waktu yang tak tetap dan selalu berlalu dengan singkat. Kudekati satu pintu yang bercahaya terang, kumasuki dan sebuah padang luas penuh bunga terhampar, udara sejuk yang terhempas, aku tiba berdiri di ambang keindahan ini.
Suratku kutaruh pelan-pelan sebelum hembusan angin membawanya terbang entah ke mana. Hanya saja segalanya ada di sana, aku berharap bahwa yang tertulis di sana akan terwujud dengan baik sehingga ketika khayalan ini hilang, ketika mataku perlahan mulai terbuka, aku bisa menatap langit malam ini dari luar jendela kamar dengan teguh. Karena ingatan-ingatan itu kembali untuk membuatku lebih teguh dan lebih hidup untuk sebuah masa yang akan datang.
mei, 2021