Mohon tunggu...
Afrizal Ramadhan
Afrizal Ramadhan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis

Bekerjalah pada keabadian

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Yang Berdetak Merana

18 April 2021   21:20 Diperbarui: 18 April 2021   21:51 210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Betapa sangsinya  awan hitam

Dalam malam 

Mengukir garis-garis mendung

Sebab memperhati seseorang duduk merenung

Tiada kini lagi disangsikannya

Kilat-kilat berperang merona

Di depan matanya kosong

Seperti dunia dilihat hanyalah

kesepian yang sombong

Apa yang paling menyeramkan

dalam hujan gemuruh berkilatan?

adalah seseorang yang berdetak

merana di bawah kesedihannya.

jakarta, april 2021

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun