Mohon tunggu...
afri meldam
afri meldam Mohon Tunggu... Freelancer - penyuka jengkol, ikan segar, dan rempah

Lahir di sebuah desa kecil di pedalaman Sumatra. Menghabiskan masa kanak-kanak dengan mandi di sungai dan bermain lumpur di sawah. Mempunyai ikatan dengan ikan-ikan. Kini tinggal di Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Isi Ulang Daya ke Banda Neira

10 September 2019   16:06 Diperbarui: 10 September 2019   18:15 150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pemandangan dari puncak Banda Api sangat panoramik. Anda bisa melihat pulau-pulau di Banda Naira dengan jelas. Banda Besar, Naira, Pulau Pisang (Syahrir), Karaka dan Rozengain (Hatta) di sebelah timur, sementara di sebelah barat terdapat Pulau Ai, Run dan Nailaka.

Matahari hari itu bersinar garang, seolah menyambut kami dengan berkah kesehatan yang tak terhingga. Terik matahari timur yang berkolaborasi dengan kawah-kawah api mini yang menganga di puncak Banda Api, membuat tubuh kami basah oleh keringat. Tubuh terasa segar dan sehat - meski tentu saja kami dapat bonus kulit gosong dan bau matahari yang aduhai.

Saya membayangkan, ratusan tahun silam para penduduk yang diusir secara paksa oleh para penjajah menyusun taktik di puncak Banda Api. Lalu saat para kompeni tertidur, mereka dengan pedang terhunus bergerak ke bawah, lalu menyeberang ke Naira: merebut pulau tempat mereka lahir dan dibesarkan. Perang berkecamuk. Darah berceceran. Bunyi letusan bedil di mana-mana.

Namun tentu saja hal itu hanya dalam imajinasi saya saja. Memang terjadi penyerangan dari penduduk Banda yang mengungsi ke pulau-pulau di sekitar Naira dan Banda Besar semasa pendudukan Belanda, namun dengan skenario yang berbeda - tentu saja. Tapi satu hal yang pasti: pala yang menjadi primadona rempah yang pernah membubungkan nama Banda Naira ke langit Eropa telah membawa petaka bagi penduduknya sendiri kala itu.

Para ilmuwan, pelaut, bangsawan dan saudagar dari Eropa berlomba-lomba mencari sumber rempah-rempah yang semula hanya bisa mereka dapatkan dari para pedagang Cina dan Arab. Spanyol, Portugis, Inggris dan Belanda menggelontorkan uang yang tidak sedikit untuk membiayai ekspedisi penemuan pulau rempah-rempah. Tak sedikit korban jiwa yang tercatat dalam upaya penemuan "harta karun" ini.

Orang-orang Banda yang semula mengganggap pala sebagai sumber kehidupan pun mau tak mau mulai menerima kenyataan bahwa kutukan telah beranak-pinak di setiap butir buah pala. Ketamakan bangsa berkulit pucat dari benua jauh yang dengan cara apapun ingin menguasai sumber daya di bumi mereka. Mereka terusir dari tanah mereka sendiri. Semua demi pala.

Begitu zaman bergulir, dan pala tak lagi menjadi primadona, Banda Naira pun 'ditinggalkan', menjadi halaman belakang negeri ini. Bahkan, Banda pernah dijadikan sebagai tempat pembuangan tokoh-tokoh bangsa yang dianggap 'berbahaya' bagi Belanda, seperti Hatta, Syahrir, dan Iwa Kusuma Sumantri. Rumah-rumah yang pernah mereka tempati kini dialihfungsikan menjadi museum.

Ke mana orang-orang asli Banda itu pergi? Konon mereka dibawa ke Jawa, dijadikan pekerja paksa. Banyak yang mati -- tentu saja.

Lukman bercerita bahwa penduduk Banda hari ini adalah campuran dari berbagai etnis yang datang dari berbagai pelosok Tanah Air. Setelah genosida yang dilakukan Belanda di Banda, mereka mendatangkan para pekerja dari Jawa. Orang-orang inilah yang kemudian beranak pinak dan menghuni pulau-pulau di Banda Naira.

Kami turun dengan semangat dan perspektif baru tentang hidup. Belum habis perahu yang mengantar kami pulang bersandar di pinggiran dermaga kecil, hujan turun dengan tergesa. Titik-titik air yang kemudian mengepung seantero pulau dengan hentakan kaki-kaki raksasa yang begitu perkasa.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun