Mohon tunggu...
Sitha Afril
Sitha Afril Mohon Tunggu... Freelancer - Student of Master Degree - Diponegoro University

Saya hanya seorang pembelajar yang terkadang "absurd" dalam menyikapi fenomena di sekitar. Jadi, jangan terkejut jika tulisan-tulisan saya pun "absurd", he-he!

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Adu Tangis di Ruang Tamu

8 Februari 2021   23:19 Diperbarui: 8 Februari 2021   23:25 367
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Serius apa? Serius untuk menentang takdir lagi?" responsku ketus.

"ANJING!!!!" teriaknya sembari menonjok tembok dengan penuh amarah. Napasnya tak terkontrol, matanya mengisyaratkan amarah yang bercampur kecewa. Kaget, aku pun berdiri dan mencoba untuk menjauhinya karena aku takut dia gagal mengontrol emosi.

Ingatanku melayang pada kejadian-kejadian lampau, tepatnya di waktu aku harus menghadapi amarahnya yang tak terkontrol. Aku takut dilempar rokok lagi, aku trauma dibentak lagi. Perlahan, aku melangkah untuk semakin menjauhinya. Namun, dengan sigap dia menarik tanganku dan mendekap tubuhku erat. Meronta aku berupaya untuk melepaskan dekapnya, namun dayaku tak sekuat tenaganya. Harap-harap cemas, aku pun mencoba untuk memeluknya balik. Bukan karena terbawa suasana, tapi aku hanya ingin menenangkan dirinya dan berharap agar tidak terjadi hal buruk lagi.

"Aku minta maaf, nggak seharusnya aku berharap lebih," lirih dia bicara.

Terdengar jelas isaknya saat bertutur dan air mataku pun turut jatuh menetes. Kini, isak kami pun saling beradu nyaring di ruang tamu kosku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun