Mohon tunggu...
Afriantoni Al Falembani
Afriantoni Al Falembani Mohon Tunggu... Administrasi - Dosen dan Aktivis

Menulis dengan hati dalam bidang pendidikan, politik, sosial, fiksi, filsafat dan humaniora. Salam Sukses Selalu.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Jokowi vs Prabowo, Bakal Seru?

27 April 2018   08:33 Diperbarui: 27 April 2018   11:01 859
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: https://www.rappler.com/

Pada 11 April 2018 lalu, Partai Gerindra telah meresmikan Prabowo sebagai Capres untuk maju pada Pilpres 2019 mendatang. Sebelumnya beberapa partai pendukung pemerintah mulai dari PDI P, Nasdem, Golkar, dan Hanura juga telah mendeklarasikan akan mendukung Jokowi. Pertarungan ini akan seru karena bertemunya dua petarung pada Pilpres 2014 lalu, kini bakal terulang tahun 2019 mendatang.

Kemungkinan majunya Prabowo bukan hal yang baru. Fadli Zon orang yang paling semangat agar Prabowo maju. Disisi lain, walaupun Prabowo tidak begitu bersemangat menghadapi Pilpres 2019 ini. Tetapi Prabowo masih berniat untuk menjadi Presiden. Hanya saja semangat sekarang agak berbeda dengan masa 2014 lalu.

Dulu dukungan Hatta yang notabene dari PAN dan besan SBY menjadi motivasi tersendiri. Bukan hanya itu kemenangan Pilkada DKI Jakarta Jokowi-Ahok sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur. Semua bagian dari pemanasan menjelang Pilpres 2014 lalu.

Selain itu tokoh politik dan partai politik menambah amunisi luar biasa bagi Prabowo. Mulai dari Partai Golkar, PPP (Djan Farid), dan PKS komitemen mendukung Prabowo. Sedangkan untuk Demokrat telah memposisikan diri sebagai penyeimbang.

Perang gagasan pada tahun 2014 ini memang sangat mencolok pada saat itu. Ditambah lagi gagasan revolusi mental dan salam dua jarinya membuat dukungan sangat luar biasa. Dukungan relawan juga menambah kekuatan dukungan untuk Jokowi.

Tidak kalah kubu Prabowo pun berusaha membunuh karakter Jokowi, mulai fitnah agama orang tua, komunisme, asli orang cina, dan sebagainya. Kasus tabloid obor menjadi saksi sejarah dinamika Pilpres 2014 lalu.

Semua amunisi perangkat beberapa menteri dan jaringan Prabowo-Hatta sangat mungkin memenangkan kontestasi ini. Anehnya mereka kalah. Malah menuduh Jolowi sebagai anti Islam.  Walaupun akhirnya melalui KMP berhasil merebut parlemen secara total.

Efuoria politik itu tidak berlangsung lama. Semua berubah dengan sendirinya. Golkar keluar dari KMP dan mendukung pemerintah. Demikian juga dengan PAN telah berhasil mendudukkan kader Muhammadiyah sebagai menteri.

Kini pertarungan dua kubu ini akan kembali berlaga. Tapi, dalam situasi dan kekuatan yang berbeda inilah yang membuat Prabowo menghitung ulang untuk maju atau menjadi "king maker".

Majunya Prabowo bagi Jokowi disikapi dengan biasa saja. Baginya semua hak politik setiap warga, dan tidak masalah. Hanya kubu lawan Jokowi yang menghiperbolis kalau Prabowo maju Jokowi takut. Aneh itu namanya.

Pertarungan bakal seru jika betul bergabung PAN dan PKS dengan Prabowo. Sebab untuk PKB tampaknya lebih condong pro Jokowi. Sedangkan Demokrat akan memilih mendukung Jokowi atau tetap menjadi penyeimbang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun