Mohon tunggu...
Afriantoni Al Falembani
Afriantoni Al Falembani Mohon Tunggu... Administrasi - Dosen dan Aktivis

Menulis dengan hati dalam bidang pendidikan, politik, sosial, fiksi, filsafat dan humaniora. Salam Sukses Selalu.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Egoisme Fadli Zon, Jurang bagi Prabowo?

26 April 2018   09:31 Diperbarui: 26 April 2018   21:44 956
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tulisan ini tidak bermaksud untuk menunding secara personal tentang sosok seseorang. Tetapi memberikan pendapat yang sedikit berbeda agar dapat menjadi pertimbangan dalam menentukan sikap dalam Pilpres 2019 terutama bagi kelompok Partai yang belum menentukan calon Presiden dan calon wakil Presiden. Intinya,  tulisan ini berusaha mengimbangi wacana tentang majunya Prabowo dalam kontestasi Pilpres 2019 mendatang.

Sejarah mencatat keberhasilan Prabowo bisa maju Pilpres 2009 sebagai calon wakil presiden bersama Megawati tidak terlepas dari kedekatannya dengan Megawati, potensinya sebagai anak seorang tokah nasinal, eratnya hubungan dengan rezim orde baru, pernah maju konvensi Calon Presiden dari Partai Golkar, pendiri Partai Gerindra, dan lain sebagainya. Semua bukan karena Fadli Zon.

Mega-Pro benar-benar menawarkan pilihan alternatif bagi rakyat untuk melawan kelompok Islam dan Petahana (SBY). Walau akhirnya kalah melawan SBY. 

Namun yang jelas secara garis partai dan tujuan politik hanya pada kekuasaan. Perlu umat Islam tahu bahwa identitas Gerindra bukan partai berpihak kepada umat Islam. Hal ini menunjukkan bahwa Partai Gerindra bukan Partai Islam, hanya kebetulan dekat dengan Prabowo yang hari ini pro Islam demi kepentingan politik umat Islam. Sekali lagi bukan karena Fadli Zon.

Kenaikan peroleham suara Partai Gerindra pada pemilihan legislatif 2014 lalu ini sebenarnya sebuah loncatan besar. Alasan kemenangan ini karena Prabowo pernah memimpin HKTI dan pada tahun 2009 konsolidasi partai bersama HKTI cukup efektif, karena faktor masyarakat perdesaan membuat partai lebih cepat dikenal, walaupun keberpihakannya terhadap rakyat belum nyata. Bahkan banyak petani dan tokoh senior HKTI kecewa atas perilaku Prabowo ini, karena Fadli Zon.

Terakhir suksesnya Prabowo dengan menghantarkan kader terbaiknya menjadi gubernur DKI yakni Ahok. Semua ini Fadlli Zon tidak begitu berkontribusi.

Dinamika politik ini menyebabkan Prabowo meningkat elektabilitasnya menjelang Pilpres 2014. Padahal nama-nama top lain bermunculan: Abdurrahman Somad, Dahlan Iskan, Anas Urbaningrum, Rizal Ramli, Yusril Ihza Mahendra, Marzuki Alie, dan sebagainya.

Namun nama-nama itu lenyap seketika karena Prabowo telah berhasil memenangkan kontestasi Pilgub DKI Jakarta Jokowi-Ahok melawan kubu SBY. 

Dalam konteks pasca kemenangan dan menjalankan pemerintahan DKI Jakarta, Jokowi-Ahok menjadi harapan baru, disukai, namun banyak yang mengatakan Jokowi-Ahok lupa diri, padahal sesungguhnya internal partai Gerindralah yang "gaduh".

Sebenarnya, Ahok sangat baik sekali dalam menjalankan pemerintah dan dianggap sukses baik sebagai anggota DPR RI, wakil Gubernur, maupun Gubernur. Popularitas Ahok akan mengancam mereka yang ada di sekeliling Prabowo, salah satunya Fadli Zon. Faktanya, polemik internal Gerindra yang mendorong akhirnya Ahok keluar dari Gerindra.

Ada beberapa alasan egoisme Fadli Zon menjadi sorotan dan menjadi catatan penting bagi perpolitkan menjelang Pilpres 2019 kali ini. Egoisme adalah sikap yang mengepankan pandangan pribadi dan diri sendiri. Walaupun pemikiran Fadli Zon terkadang rasional. Tetapi tidak selalu benar untuk dapat diperhitungkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun