Mohon tunggu...
Afriantoni Al Falembani
Afriantoni Al Falembani Mohon Tunggu... Administrasi - Dosen dan Aktivis

Menulis dengan hati dalam bidang pendidikan, politik, sosial, fiksi, filsafat dan humaniora. Salam Sukses Selalu.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Poros Baru, Mungkinkah Terbentuk?

25 April 2018   07:56 Diperbarui: 25 April 2018   09:40 665
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Rencana poros baru memang terbuka lebar. Pergerakan elit partai pun mengindikasikan ke arah sana. Manuver-manuver telah ditunjukkan dengan ragam respon, positif dan negatif. Terus apa perlu terbentuk poros baru atau kuda hitam?. Benarkah poros baru akan terbentuk?.

Sebenarnya saya tidak percaya akan terbentuk poros baru. Namun menarik mencermati diskusi heboh di ILC malam tadi (Selasa, 24/4/2018) tentang kuda hitam bertajuk "Mencari Capres dan Cawapres, Siapa Kuda Hitam?". Tema ini seolah menggiring opini untuk demokrasi dan jangan sampai hanya terdapat calon tunggal.

Kemungkinan poros baru itu bisa diinisiasi oleh partai yang belum jelas menentukan sikap politik mereka. Mulai dari PKS, PAN, Demokrat, sampai PKB. Mereka masih belum menentukan sikap dukungan dalam Capes dan Cawapres 2019 mendatang. Mereka intensif melakukan komunikasi politik dengan berbagai elit partai untuk melihat secara objektif persoalan bangsa.

Misalnya PKB sebagai partai pendukung pemerintah menerima kebijakan presiden sampai akhir jabatan, itulah komitmen.Namun diluar pemerintahan PKB terus bekerja keras melakukan manuver Capres atau Cawapres 2019. Cak Imin terus  mengisi waktunya bersama PKB untuk konsolidasi organisasi dalam konteks keumatan dan kekinian.

Anehnya, gerakan gencar Cak Imin menawarkan visi keumatan juga dilakukan tanpa mengurangi simpati Jokowi, cantik sekali. Menurut Cak Imin saat sekarang ini animo umat Islam meningkat tajam untuk mendukung hadirnya kelompok Islam. Terutama PKB akan mendapat dukungan penuh kelompok masyarakat yang tergabung dalam NU yang sangat dekat dengan PKB menjadi modal strategis memuluskan keinginannya dan PKB dalam kontestasi Pilpres 2019 mendatang.

Bukan hanya PKB beberapa Ketua umum dari partai lain pun telah  bermunculan sebagai mitra kompetisi, karena untuk sampai menjadi Capres maupun Cawapres partai perlu dipubliksikan agar bisa disukai, pada akhirnya dipilih.

Sementara itu, PAN dan Demokrat sampai sekarang belum menunjukkan apa keinginan tetapi dengan politik "aji mumpung"nya membuat kedua partai dalam dilema. Bisa jadi jika kuatnya tekanan dan perubahan arah politik, poros baru bisa saja terbentuk. Tapi ingat poros ini bisa untung dan bisa rugi. 

Sebaliknya dengan Gerindra dengan keyakinan penuh menawarkan Prabowo sebagai Calon Presiden mereka. Mereka harga mati Prabowo. Sementara PKS "mati matian" menawarkan  Cawapres kepada Gerindra yang membuat partai lain menjadi "galau", karena mereka punya nama untuk dijual misalnya Zulkifki Hasan (PAN) dan AHY (Demokrat). Tarik menarik ini sebagai bentuk finalisasi yang baik agar beberapa partai yang bersedia bergabung dengan Gerindra ridho siapa pun Cawapresnya.

Melihat alotnya koalisi dari Prabowo ini tampaknya diduga kuat benar apa kata Fadli Zon tentang kuda hitam. Menurutnya kuda hitam itu bermula dari,"Tidak diketahui rekam jejaknya atau track rekord sebenarnya. Tidak diketahui latar belakang, tidak diperhitungkan, tapi sudah ada di gelanggang dan akhirnya bisa menang". Mengingat beberapa analisis tentang majunya Prabowo bisa memenangkan kontestasi Pilpres ini maka Fadli menegaskan "Tidak ada kuda hitam itu. Posisi tahun sekarang 2019 hanya ada dua nama atau pasangan yang lain tidak akan keluar".

Saat ini posisi keempat partai yang belum resmi mengusung Capres dan Cawapres patut diperhitungkan untuk terbentuknya poros baru dan menjadi kuda hitam. Bisa saja terbentuk poros PAN, PKB dan Demokrat sebagai poros penengah. Walaupun poros ini justru akan bernasib sama di Pilkada DKI Jakarta ketika AHY kalah dengan angka dibawah 20%. Mengingat itu, tentu SBY tidak akan gegabah menginisiasi poros baru, walaupun poros baru itu pun diinisiasi oleh Demokrat.

Paling jelas adalah poros baru yang akan dibentuk pun tidak sepenuhnya bisa menjawab kebutuhan publik secara luas. Poros baru itu belum mempunyai potensi dan kekuatan besar untuk tampil mengejutkan. Sekalipun membawa nama Gatot Nurmantyo, apalagi mengangkat nama ketua umum partai poros baru tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun