Afriantoni
(Pemerhati Pendidikan)
Saya tidak tahu, apakah pernyataan "guru juga harus menjadi konselor" itu benar. Karena tidak semua guru mengusai teori konseling. Tetapi, haruskah guru menjadi konselor?. Setidaknya, guru mampu mendidik siswa dan menjadi dari solusi atas permasalahan siswa.
Faktanya, tidak semua guru memiliki kapasitas dan kemampuan untuk menjadi konselor bagi siswanya. Padahal, guru yang juga bertindak sebagai konselor dapat mengembangkan kepribadian siswa. Saat ini, guru masih kesulitan menghadapi problematika kesiswaan zaman sekarang yang rumit, ketimbang mendidik siswa zaman dulu yang masih dalam lingkungan positif.
Pada zaman sekarang, siswa banyak yang manja, menyendiri, berperilaku lebih dewasa, berpikir kritis, tidak mau kecapekan, pemikiran dan tindakan pragmatis, gizi buruk, dan pengalaman sempit.
Disisi yang berbeda, fitrah seorang guru menunjukkan kebenaran kepada siswa. Sehingga, nurani guru dituntut untuk menjadikan siswa terdidik dan memiliki masa depan. Guru yang visioner dalam menangkap persoalan anak didik tidaklah cukup jika tidak dilakukan pendekatan konseling.
Guru yang berjiwa konselor adalah guru yang memiliki kemampuan dalam melakukan terapi siswa mereka untuk meraih kesuksesan dalam belajar dan hidup mereka. Hal ini jauh lebih baik ketimbang menjadi pintar tanpa diiringi sikap mental siswa yang kuat.
Selain itu, siswa yang dikonseling oleh guru akan menemukan peta jalan hidupnya agar irama kehidupannya menjadi lebih baik lagi.
Mungkin tidak semua guru dapat melakukan terapi atau konseling siswanya, tetapi setidaknya menjadi guru yang empati, peduli, beri solusi dan menyemangati siswa akan melahirkan jiwa siswa yang kuat dan kokoh. Siswa yang berjiwa sosial dan bersahaja. Semoga. (***)