Mohon tunggu...
afriana setiawan
afriana setiawan Mohon Tunggu... Penulis - Ans - Writer and Author

Perjalanan panjang sebagai single mom selama lebih dari dua belas tahun, terlalu berharga untuk disimpan sendiri. Semua akan saya bagi sebagai penguat bagi hati lain yang sedang rapuh dan pengingat bagi hati lain yang sedang bahagia penuh bunga

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Memberikan Pengertian pada Anak Pasca-Perceraian

4 Oktober 2021   18:17 Diperbarui: 4 Oktober 2021   18:23 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tidak tinggal satu rumah lagi.

Hal yang rumit saat sepasang suami istri telah memutuskan untuk bercerai adalah pisah rumah. Dan anak - anak selalu menjadi bagian tersulit untuk ditangani. Meskipun seringkali anak - anak akan ikut bersama ibunya. Terutama untuk anak - anak dibawah usia dua belas tahun. Namun dimanapun dan dengan siapapun mereka tinggal, mereka akan menemukan hal yang berbeda. 

Yaitu ayah dan ibu yang tidak lagi tinggal bersama dalam satu rumah. Untuk anak yang lebih dewasa mungkin secara harfiah mereka mengerti bahwa ayah dan ibu telah bercerai. Pertanyaan akan banyak muncul justru dari anak yang usianya lebih kecil. Yang belum mengerti arti hubungan. Mungkin mereka akan mempertanyakan kenapa ayah dan ibu tidak lagi tinggal bersama.

Awal kehidupan pasca perpisahan memang waktu yang rentan. Dimana seorang wanita sedang proses pulih. Mungkin secara emosi belum stabil dan dalam segala hal masih proses penyesuaian. Sedikit saja sentuhan sensitif sangat bisa mengguncang jiwanya. Pertanyaan anak yang sebetulnya wajar dan sederhana pun bisa membuat buntu untuk memberikan jawaban.

Namun seorang ibu sebaiknya selalu ingat bahwa anak - anaknya juga adalah bentuk dari sebuah jiwa. Mereka pun terluka atas perpisahan orang tuanya. Mereka merasakan kesedihan yang sama. Dan sama seperti kedua orangnya tuanya, butuh tempat berbagi rasa. Cara mereka mengungkapkan kegelisahan tidak sama dengan orang dewasa. Tidak selalu mereka menangis pilu atau teriak melampiaskan emosi.

Anak - anak yang lebih kecil bahkan hanya akan berputar dalam kebingung dengan segala perubahan. Saat itulah orang tua yang mendapatkan hak asuh anak diminta untuk bijak. Dalam emosi sendiri yang sedang labil namun harus stabil. Bahwa tempat terbaik untuk anak - anak ini berlari adalah orang tuanya.

Jadilah pendamping mereka sekaligus mendampingi dirimu sendiri. Berikan pengertian dengan bijak mengapa ayah dan ibu tidak lagi tinggal bersama. Yakinkan anak - anak bahwa semua perubahan ini adalah proses. Dan dengan semua perubahan mereka tetap baik - baik saja. Pastikan mereka mengerti bahwa ayah / ibu yang memiliki hak asuh mereka akan selalu ada untuk mereka.

Memang tidak mudah, saat diri kita sendiri dalam kondisi yang terluka namun kita harus tetap tenang menangani anak - anak kita. Kita pastikan bahwa jiwa dan hati mereka tetap terjaga. Dalam kondisi anak - anak yang sedang rapuh, sebisa mungkin anak - anak tidak mencurahkan perasaan dan kebingungan pada orang lain.

Karena orang lain bisa saja memberikan informasi yang salah atau menggunakan kebingungan mereka untuk suatu tujuan yang tidak baik. Kuatkan diri, menerima kenyataan sebagai konsekuensi sebuah keputusan dan pulihlah dalam kesadaran bahwa tempat terbaik untuk hati anak - anak adalah orang tua mereka sendiri.

Ini bagian dari perjalanan atas keputusan yang kita pilih. Satu - satu lewati dan percaya saja bahwa semua akan berlalu pada akhirnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun