Mohon tunggu...
Afni Handayani
Afni Handayani Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswi Tasawuf dan Psikoterapi Universitas Muhammadiyah Cirebon

Pembelajar Sepanjang Hayat

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Tengok Lebih Dalam

3 Desember 2020   21:50 Diperbarui: 3 Desember 2020   22:46 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Flower photo created by master1305 - www.freepik.com


Masuk dan menjelajah ke dalam dunia orang tua dan anak, bukan sekedar melongok seberapa cakap peran orang tua.  Seberapa hebat orang tua dalam melakukan pola asuh anak. Berperan sebagai orang tua bukan berarti hanya usia yang menang banyak dari anak-anak. 

Ilmu dan informasi tentang pola asuh saat ini begitu semarak, sampai banyak pasangan orang tua yang rela mengeluarkan dana tidak sedikit untuk bisa menimba ilmu parenting tersebut. 

Era sekarang memang bukanlah macam era para orang tua kita yang sudah menjadi pendahulu. Saat ini berapa banyak orang tua yang tertekan menghadapi pola asuh dalam keluarga. 

Berapa banyak anak-anak yang sama tertekannya karena pola asuh dalam keluarga. Jika saja parenting dimulai ketika masih berstatus sebagai calon orang tua, mungkin bisa lebih banyak membantu. Jawabannya tentu bisa iya dan bisa juga tidak. 

Apakah calon pengantin rela keriaannya "terenggut" untuk mengurusi hal yang masih jauh ke depan. Stigma masyarakat yang terlanjur melekat berabad-abad dalam budaya bahwa menjelang pernikahan hanyalah cukup pikirkan tentang bagaimana pesta itu akan berlangsung, adat apa yang akan digunakan agar kedua belah pihak keluarga terwakilkan. 

Apakah itu salah? tentu saja tidak. Hampir mayoritas para calon orang tua lupa tentang bagaimana menjadi orang tua kelak. Bagaimana bisa berbagi tugas domestik dengan pasangan. 

Lupa juga tentang pembahasan bagaimana jika pernikahannya belum dikaruniai anak dalam jangka waktu yang lama, sudah siapkah masing-masing pribadi untuk menerimanya. Pun sebaliknya bagaimana jika terlalu cepat dianugerahi seorang anak, apakah siap dengan segala konsekuensinya. 

Mungkin era ini bukan lagi tentang bagaimana sebuah keriaan pernikahan berlangsung, tapi lebih bagaimana hidup setelah pernikahan itu berlangsung. 

Tidak melulu soal ekonomi rumah tangga, tapi juga tentang visi dan misi bersama dalam membangun keluarga dan rumah tangga. Jika ditelaah akan sangat mempengaruhi dalam tindak tanduk pola asuh nantinya terhadap anak-anak. 

Jangan sampai obsesi orang tua dilemparkan kepada calon-calon generasi penerusnya kelak. Mengurus manusia-manusia usia 0-6 tahun itu bukanlah sesuatu yang mudah. Tidak berhenti sampai disitu. 

Semua bisa berjalan seirama asalkan mau dan rela melihat ke dalam diri, sudah sanggupkah mengenal diri sendiri, sudah cukupkah mencintai diri sendiri, sudahkah berdamai dengan innerchild  yang mungkin menjadi ada trauma tersendiri. 

Ini semua adalah kunci, untuk masuk ke dalam hidup yang sesungguhnya. Hidup dimana suami, istri dan anak saling berdampingan untuk membangun rumah tangga yang selaras dengan visi dan misi yang senada. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun