Mohon tunggu...
Afnan Iliya Tsabita
Afnan Iliya Tsabita Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Buku, film, hiburan, curhat, edukasi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Bagaimana Nasib Perasaanku?

18 Mei 2023   22:48 Diperbarui: 18 Mei 2023   23:11 129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Matahari yang sudah seharian menemani dengan 32 derajatnya sudah tenggelam di balik jendela dapurku. Hari sudah mulai memasuki malam tapi aku belum mendapatkan makan siangku. Tidak, bukannya aku tidak mau atau tidak nafsu. Hanya saja tidak ada lauk yang bisa membersamai nasi di piring.

Namun, mau bagaimana lagi? Lambungku sudah menjerit, aku harus makan! Aku lihat di kulkas ada beberapa butir telur, sekeranjang sawi hijau yang sudah dipotong-potong, dan semangkuk sambal. Tidak perlu pikir panjang, langsung saja aku membuat seporsi nasi goreng.

Setelah nasi goreng disajikan, tiba-tiba sepupuku pengidap Autism Spectrum Disorder (ASD) Sanna yang sekarang harus menjadi bagian dari keluargaku melangkah memasuki dapur dan ikut membuat seporsi makanannya sendiri. Tidak perlu repot, dia cukup membuat telur dadar andalannya. Kami makan diwaktu yang sama.

Tidak lama selesai aku menghabiskan makanku, maghrib berkumandang. Langsung saja aku menyegerakan untuk sholat. Lepas sholat, Ibu pulang dari pekerjaannya membawa sekotak nasi yang tidak mampu Ibu habiskan.

Tok..Tok..Tok... "Assalamu'alaykum.." Salam Ayah yang baru saja pulang dari Masjid.

"Wahh, apa tuh? Ayah mau dong." Ucap Ayah sambil melangkah masuk ke dalam rumah.

Tidak jauh dari pintu, ada sepupuku Sanna sedang duduk. "Sanna udah makan?" Tanya Ayah yang begitu masuk melihat Sanna sedang menatap dirinya dicermin ruang tengah.

"Belum." Jawab Sanna.

Aku yang mendengarnya dari kamar seketika kaget. Sudah jelas-jelas dia baru saja makan. "Yeuu, udah makan jugaan, Sanna..." Belum selesai aku berbicara Ayah langsung memotong.

"Stt.. stt.. stt.. udah." Potong Ayah dengan nada tinggi

"Udah, Yah, Sanna udah makan. Orang Sanna makan bareng aku." Lanjut aku yang tidak mau kalimat aku terputus sebagai bentuk protes karena Ayah tidak mau mendengarkan aku hingga selesai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun