Mohon tunggu...
Afirah Nurhodijah
Afirah Nurhodijah Mohon Tunggu... Guru - Math teacher

hobi membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cintaku Bersemi dan Pupus di Bus Transjakarta

4 Oktober 2019   16:07 Diperbarui: 4 Oktober 2019   16:20 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Namaku Fani. Umurku 21 tahun. Aku mahasiswa semester 7 di salah satu universitas swasta di Jakarta. Kegiatanku setiap hari selain kuliah adalah mengajar anak-anak usia SD di salah satu rumah belajar. Dari tempat aku kuliah, biasanya aku naik angkutan umum, yaitu transjakarta, untuk sampai ke rumah belajar.

Setiap hari aku naik transjakarta dari halte Plaza Festival dan turun di halte Dukuh Atas. Awalnya aku tidak sadar ada seseorang yang memperhatikanku, tetapi setelah orang itu menyapaku di halte tempat aku turun, aku baru sadar kalua sudah beberapa kali aku bertemu orang itu. Dia adalah petugas on board laki-laki di transjakarta. Aku beberapa kali secara kebetulan naik bus transjakarta dimana dia yang menjadi petugasnya.

Awal-awal bertemu kami hanya bertukar senyum dan setiap aku akan turun dia mengatakan agar aku hati-hati di jalan. Begitu terus sampai pertemuan keempat dalam jangka waktu sebulan. Pada pertemuan kelima, dia akhirnya memulai pembicaraan dengan menanyakan namaku dan akupun menanyakan namanya yang kuketahui bernama Bobby. Setelah pertemuan kelima itu, setiap kami bertemu Bobby akan memulai pembicaraan dan bertanya padaku. Namun pembicaraan itu tidak berlangsung lama karena halte yang aku tuju tidak jauh.

Pada awalnya Bobby bertanya apakah aku kuliah atau bekerja. Lalu pada pertemuan berikutnya dia bertanya apa saja kesibukanku. Pertemuan berikutnya lagi dia bertanya sudah sampai mana kemajuan penulisan skripsiku, yang sebelumnya sudah kuceritakan bahwa aku kuliah dan sedang menyusun skripsi. Dan di setiap pertemuan itu dia tidak pernah lupa mengatakan agar aku berhati-hati di jalan dan berharap bisa bertemu lagi. Aku hanya bisa tersenyum dan segera turun dari bus.

Pertemuan yang singkat tersebut, obrolan-obrolan sederhana, dan perhatian-perhatian kecil yang dia berikan sangat memengaruhi perasaanku. Aku sangat senang dan berharap bisa lebih sering bertemu dengan Bobby. Lama-kelamaan sampai aku tidak sadar, setiap aku akan naik bus transjakarta aku akan menunggu sampai beberapa bus lewat dan berharap petugasnya adalah Bobby. Memang, dia sudah mengetahui lebih banyak tentangku sedangkan aku hanya mengetahui namanya saja, karena setiap bertemu aku malu dan tidak berani untuk bertanya, tetapi aku sangat senang.

Semakin banyak bertemu semakin banyak pula pertanyaan dan perhatikan yang dia berikan padauk. Namun aku tidak tau akan dibawa ke arah mana perhatian-perhatian yang selama ini dia perlihatkan. Harus kuakui bahwa aku mulai menaruh perasaan padanya dan akupun merasa kalau Bobby juga punya perasaan padaku, namun baik aku ataupun dia tidak pernah menunjukkannya. Hingga pada suatu hari akhirnya dia mengatakannya dan memintaku untuk menjadi pacarnya. Perasaanku sangat campur aduk hari itu, mulai dari senang, berdeba-debar, kaget dan tidak percaya. Setelah berpikir akhirnya aku mengiyakan ajakannya. Kami akhirnya bertukar nomor handphone dan juga media sosial.

Tidaj terasa sudah sebulan aku menjadi hubungan dengan Bobby. Dia memang orang yang sangat perhatian, baik hati, dan penyayang. Kami menghabiskan waktu bersama dengan berjalan-jalan dan menonton film di sela-sela kesibukan dia bekerja dan kuliahku. Namun sejak pertemuan terakhirku dengan Bobby, aku tidak bisa menghubunginya lagi, baik melalui telepon, sms, ataupun media sosial. Aku sangat bingung dan khawatir. Aku juga menunggunya di halte tetapi tetap tidak bertemu dengan dia setelah sekitar dua minggu kutunggu.

Aku sudah putus asa dan hampir menyerah karena tidak bisa menghubunginya sama sekali. Hingga pada suatu hari dia secara tidak sengaja muncul dihadapanku. Aku dan dia sama-sama kaget, terlebih karena kulihat dia sedang bersama dengan seorang wanita. Setelah ku tanya, dia menjelaskan kalau itu adalah pacarnya. Hatiku sangat hancur, sedih, dan tidak bisa berpikir apa-apa. Saat itu juga aku langsung menamparnya dan pergi meninggalkan dia. Dan detik itu juga aku memutuskan untuk melupakannya dan melanjutkan keseharianku seperti saat sebelum aku mengenal Bobby.

Jakarta, 4 Oktober 2019

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun