Mohon tunggu...
Afina Nur Aisyah Putri
Afina Nur Aisyah Putri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa PGSD FKIP Universitas Muhammadiyah Surakarta

Mahasiswa PGSD FKIP Universitas Muhammadiyah Surakarta

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Fitrah Anak Muslim: Mengembangkan Fitrah Anak Muslim Melalui Pendidikan

7 Juli 2021   17:11 Diperbarui: 7 Juli 2021   17:19 1219
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

LATAR BELAKANG

            Dalam agama islam telah dijelaskan bahwa seluruh umat manusia dilahirkan atau diciptakan dalam keadaan firtah. Di dalam kamus Lisanul Arab, Ibnu Mandzhur telah menuliskan salah satu dari makna ‘fitrah’ dengan arti (Al-Ibtida wal ikhtiro / memulai dan mencipta). Sehingga bisa disimpulkan bahwasannya fitrah merupakan penciptaan awal atau asal muasal dari kejadian. Fitrah juga dapet diartikan sebagai tabiat, perangau, kejadian, agama, asli, ciptaan. Kata fitrah disebutkan dalam al-Qur’an sebanyak 28 kali, yang dimana 14 kali terdapat dalam konteks uraian tentang bumi dan langit, dan sisanya lagi terdapat dalam konteks manusia. Jadi, fitrah manusia yaitu potensi psikologi dan ruhaniah yang telah ada pada desain awal penciptaannya, baik dari potensi yang mendorongnya pada hal-hal yang mengarah ke hal positif maupun hal negatif. Fitrah manusia dapat diibaratkan sebagai kertas putih pada awalnya maksudnya yaitu bermakna kesucian jiwa dan rohani. Fitrah yang di maksudkan di sini adalah firman Allah SWT yang telah ditetapkan kepada umat manusia, yaitu bahwasannya manusia sejak ia lahir berada dalam keadaan yang suci dalam artian tidak memiliki dosa (al-Qurtubi, 1996: 5106).

            Empirisme yang dipelopori oleh John Locke menyatakan bahwasannya perkembangan fitrah pada diri manusia atau pribadinya telah ditentukan oleh faktor-faktor alam atau faktor-faktor lingkungan, termasuk faktor pendidikan. Fitrah seorang anak tentunya tidak lepas dari orang tuanya seperti pada sabda Rasulullah SAW yaitu “setiap anak lahir (dalam keadaan) Fitrah, kedua orang tuanya (memiliki andil dalam) menjadikan anak beragama Yahudi, Nasrani, atau bahkan beragama Majusi. Fitrah seorang anak yang dibawa sejak ia dilahirkan akan terus mengalami pertumbuhan dan perkembangan seiring dengan berkembangnya akal, pikiran, dan lingkungannya.

            Faktor dasar seperti faktor keturunan, dan lingkungan akan selalu berdampingan dan tidak lepas dari pendidikan. Pendidikan merupakan wadah atau alat yang digunakan untuk mengajari dan memperkenalkan anak untuk menanamkan dan megembangkan karakter pada anak untuk dapat lebih mengenal fitrahnya. Pendidikan yang mampu mengarahkan anak agar dapat mengembangkan fitrahnya dapat melalui pendidikan islam, yaitu pendidikan dimana lebih menekankan kepada hukum-hukum, nilai-nilai, dan syariat agama Islam. Tujuan dari pendidikan islam yaitu dapat diupayakan dengan membimbing anak, mengarahkan, memberi masukan, dan mengontrol anak, kemudian intinya yaitu untuk mengembangkan potensi-potensi anak yang telah ia bawa sejak lahir agar segala potensinya dapat berkembang menuju arah yang benar. Fitrah bukanlah semata-mata sebuah potensi pasif yang diharuskan dibangun dari luar, daripada itu fitrah merupakan sumber yang akan mampu membangkitkan dirinya sendiri yang berada di dalam individu tersebut. Oleh sebab itu, pembentukan perilaku tentunya haruslah sesuai dengan apa yang telah diajarkan oleh agama islam agar fitrah pada seorang anak tidak akan keluar ataupun melenceng. Untuk dapat membentuk perilaku anak yang sesuai dengan fitrah salah satu caranya yaitu dapat melalui pendidikan.

PEMBAHASAN

            Fitrah anak muslim tentunya terhubung dengan agama islam. Agama islam merupakan agama yang didalamnya menyesuaikan dengan fitrah manusia dibuktikan dengan banyaknya dijelaskan dalam alquran mengenai penjelasan manusia dan fitrahnya. Islam merupakan agama fitrah karena islam agama yang mengajarkan kepada taat dan tunduk/patuh kepada Tuhan dan dapat membimbing manusia dalam beribadah yang baik dan benar. Dalam pembentukan kepribadian maupun perkembangan anak didalamnya harus mengaktualisasikan nilai-nilai fitrah, orang tua dan keluarga yang merupakan lingkungan pertama bagi seorang anak, di dalam lingkungan keluargalah anak pertama kali mendapatkan sebuah pengaruh. Pendidikan sejak dini merupakan pijakan dasar yang harus ditetapkan orang tua kepada anak agar firah anak dapat berkembang baik dari segi jasmani dan rohani. Hal yang harus dilakukan oleh orang tua dalam mendidik anak yaitu menempatkan anak atau dibiasakan hidup pada lingkungan yang positif. Orang tua, dan orang-orang sekitar yaitu keluarganya harus dapat mendemonstrasikan dan menerapkan nilai-nilai atau hal-hal positif yang dilakukan dikehidupan sehari-hari. Karena anak tentunya akan mencontoh apa yang dilihatnya yang kemudian kebiasaan mencontoh tersebut dapat menjadi bagian dalam kepribadian dan perkembangan karakternya. Pendidikan dalam keluarga juga telah dianjurkan oleh Rasulullah yang sesuai dengan hadist riwayat muslim yang merujuk pada teori mengenai fitrah yaitu yang pertama adalah pendidikan Iman. Pendidikan iman mencakup dasar-dasar iman, dasar-dasar syariah, dan rukun islam yang bertujuan untuk mengikat anak. Petunjuk pendidikan iman yang diwariskan oleh Rasulullah  meliputi : a) membuka kehidupan anak dengan kalimat Laa Ilaa ha illaulah (tidak ada tuhan yang pantas disembah selain Allah) seperti anjuran untuk mengumandangkan adzan di telinga kanan dan kemudian iqomah di telinga kiri ketika anak lahir, b) Mengenalkan hukum halal dan haram kepada anak, hikmah dari hal tersebut yaitu agar seorang anak tumbuh dengan mengenal hukum-hukum Allah dan terikat dengan hukum-hukum syariat, c) membiasakan anak untuk beribadah sejak dini, sebagai orang tua sudah seharusnya untuk membiasakan dan mengenalkan anak terkait ibadah yang dilaksaknakan. Dengan begitu anak akan mempelajari berbagai macam hukum-hukum ibadah dimasa pertumbuhannya, anak akan terbiasa melakukan dan terdidik untuk mencintai Allah, melaksanakan perintah dan menjauhi larangan-Nya, serta senantiasa berpegang teguh pada-Nya. Pendidikan iman merupakan pendidikan yang paling penting dalam perkembangan anak, karena hal tersebut nantinya yang akan membentuk karakter anak. Pendidikan iman sendiri mencakup segala hal yang berkaitan dengan sang pencipta yang merupakan hal utama dalam fitrah anak muslim. Yang kedua yaitu pendidikan moral. Pendidikan moral yaitu prinsip-prinsip atau akhlak dan nilai-nilai moral yang harus ditanamkan kepada anak agar dapat menjadi kebiasaan anak sejak dini. Prinsip akhlak dan nilai moral tumbuh dari iman yang kokoh dan dari pertumbuhan agama yang benar. Pendidikan moral mengajarkan perihal mengenai perilaku akhlak mulia seperti jujur, rendah hati, sabar dan lain-lain atau perilaku akhlak tercela seperti takabur, dusta, khianat dan lain-lain. Yang ketiga yaitu pendidikan fisik, pendidikan fisik dimaksudkan agar anak dapat tumbuh dengan fisik yang sehat, kuat, dan bersemangat. Dengan mengajarkan cara makan atau minum yang sehat, melindungi diri dari penyakit, membiasakan diri berolahraga dan menghindari hal-hal yang dapat merusak fisik seperti merokok, zina, narkoba, dan lain-lain. Yang keempat yaitu pendidikan rasio/akal. Pendidikan akal berfokus kepada membina anak dengan ilmu pengetahuan dan kebudayaan, dengan begitu diharapkan anak dapat tumbuh menjadi orang yang berilmu dan berbudaya. Pendidikan rasio bertujuan membentuk pola anak dengan hal-hal yang bermanfaat, seperti ilmu peradabah, agama, kebudayaan. Dengan demikian perkembangan pikiran anak akan matang dengan bermodalkan berbagai ilmu pengetahuan. Yang kelima yaitu pendidikan psikologi/kejiwaan. Pendidikan ini yaitu menekankan karakter anak pada sikap mandiri, terbuka, suka menolong, dan bisa mengendalikan amarahnya sebagai keutamaan moral dan keutamaan jiwa pada akhlak. Pendidikan psikolog bertujuan untuk membina dan membimbing serta membentuk keseimbangan pribadi anak, agar kelak seorang anak memiliki dan dapat bertanggung jawab pada segala kewajibannya serta bisa melaksanakan sebaik mungkin berbagai hal ketika dewasa.. Seorang anak dalam perkembangannya tentunya mengalami masalah yang berhubungan psikologinya seperti pemalu, penakut, resah, rndah diri, dan lain-lain. Oleh karena itu pendidikan psikologi sangat dianjurkan agar jiwa anak dalam tumbuh kembangnya dapat berkembang sebaik ungkin dan dapat mengatasi segala masalahnya.

            Selain pendidikan yang diberikan oleh keluarga, untuk mengembangkan fitrah anak dapat juga melaui pendidikan islam dalam cakupan yang lebih luas, yaitu setelah anak menerima pendidikan dasarnya dalam masa pertumbuhan awal. Lingkungan seorang anak tidak berhenti pada lingkungan keluarga oleh sebab itu pendidikan di luar keluarga juga harus dapat disesuaikan dengan fitrah anak. Pada jaman sekarang ini, pendidikan tidak berpacu pada pendidikan islam yang sesuai dengan fitrah, oleh sebab itu penting untuk menerapkan pendidikan islam yang susai dengan fitrah pada pendidikan masa kini. Menurut pemikiran Hamka, pendidikan merupakan rangkaian dari upaya yang dilakukan atau tugas oleh seorang pendidik sebagai upaya membantu untuk membentuk kepribadian, akhlak, budi pekerti, dan watak peserta didik. Pendidikan bukan sekedar mentransfer ilmu, melainkan juga untuk membantu anak didik agar mereka dapat mengembangkan seluruh potensi pada dirinya yang berasalah dari bawaan sejal lahir atau miliknya dengan maksimal. Achmadi sebagai missal, beliau mengatakan bahwa pendidikan islam adalah segala bentuk usaha yang dilakukan untuk memelihara serta mengembangkan fitrah pada manusia dan sumber daya manusia yang terdapat pada dirinya menuju terbentuknya manusia yang seutuhnya yang sesuai dengan norma Islam (Hamka, 1999: 28-29). Demikian dapat dipahami bahwasannya mengembangkan dan membentuk fitrah merupakan tujuan utama didalam pendidikan islam. Hamka juga mengemukakan jika seorang anak didik harus berusaha atau mengupayakan untuk mempunyai akhlak yang mulia dalam mengembangkan seperangkat ilmu pengetahuan yang sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan yang dianugerahkan kepada manusia oleh Allah melalui fitrah-Nya. Pendidikan islam yang lebih menekankan mengenai pentingnya memiliki akhlak dan etika yang baik kepada Allah SWT maupun kepada sesama manusia. Semakin tinggi akhlak yang dimilikinya, maka semakin tinggi pula ilmu yang akan dicapainya. Hamka berpendapat bahwa dengan keluasan ilmu yang dimiliki oleh anak didik serta kehalusan akhlak yang dimilikinya, maka para peserta didik akan mampu membersihkan hati, memiliki wawasan yang luas dan mengendalikan diri, sehingga ia akan mampu dalam meraih kesempurnaan, mampu mengenal sang Penciptanya yang dapat menambah keimanannya (Hamka, 1962: 149-150). Demikian itu telah jelas bahwasannya dalam belajar anak didik tidak hanya semata-mata ingin memperoleh pencapaian duniawi, tetapi meraka para peserta didik ingin dapat lebih giat dalam beribadah agar dapat lebih dekat dengan Allah SWT yang demikian sesuai dengan fitrahnya. Agar fitrah anak sebagai seorang peserta didik dapat bertumbuhkembang secara maksimuml, maka diperlukan kurikulum yang mutlak. Kurikulum yang baik dan sesuai dengan tujuan pendidikan islam maka akan membuat proses belajar dan mengajar menjadi efektif. Kurikulum harus bersifat fleksibel, maksudnya kurikulum tersebut bisa diterima dan juga bisa dilaksanakan. Hal ini telah sejalan dan sesuai dengan berbagai prinsip dasar pada kurikulum yang telah dikemukakan secara umum oleh para ahli bidang pendidikan, yaitu prinsip fleksibilitas, efektifitas, prinsip relevasi, prinsip efisiensi, dan prinsip kesinambungan (Derajad, 2008: 125-128). Kurikulum pendidikan islam menurut hamka setidaknya mencakup dua aspek, yaitu : 1) ilmu-ilmu agama yaitu ilmu yang meliputi al-Sunnah, metafisika islam, syariah, al-Qur’an, teologi, dan ilmu-ilmu linguistic yaitu tata Bahasa, Bahasa arab, kesusastraan dan leksikologi. 2) ilmu rasional, filosofis dan intelektual yang meliputi ilmu-ilmu kemanusiaan atau ilmu sosial, ilmu alam ilmu dan teknologi (Hamka, 1990: 78-86). Namun, materi-materi yang tercantum pada pendidikan islam pun tidak hanya berfokus hanya pada agama semata, tentunya juga harus mencakup ilmu-ilmu yang pasti sangat diperlukan di dalam kehidupan, karena antara akhirat dan dunia harus seimbang. Dalam proses pembelajaran pendekatan dan juga metode merupakan hal yang sangatlah dibutuhkan dan sangat penting pula. Metode dan pendekatan pun harus dilakukan dengan cara yang tepat agar proses pembelajaran yang dilaksanakan dapat diterima dan mudah dipahami oleh para peserta didik. Hamka merujuk kepada ayat-ayat Al-Qur’an yang didalamnya menjelaskan mengenai beberapa bentuk metode pendidikan islam, diantara dari beberapa metode tersebut yaitu metode kebiasaan, nasihat, perumpamaan atau cerita, metode keteladanan, dan metode hukuman. Dengan menerapkan pendidikan yang sesuai dengan ajaran islam atau pendidikan islam tentunya akan membawa peserta duidik kepada penerapan ilmu yang susai dengan fitrah.

            Kemudian di luar pendidikan yang telah diberikan orang tua serta keluarga dan pendidikan islam yang menekankan pada proses pembelajaran untuk peserta didik, seorang anak dalam mengembangkan fitrahnya juga dipengaruhi oleh lingkungan sosial atau masyarakat sekitar. Sehingga peran masyarakat juga sangat diperlukan dalam membantu mengembangkan fitrah anak. Anak juga merupakan bagian dari sebuah masyarakat yang sedang pada fase pertumbuhan dan perkembangan dalam proses berusaha menemukan jati dirinya. Hamka mengatakan bahwasanya anak adalah sebuah bunga dalam masyarakat yang sedang mekar dan tumbuh yang nantinya akan menjadi bagian di dalam masyarakat (Hamka, 1962: 38). Seorang anak tidak akan bisa tumbuh untuk menjadi pribadi yang dewasa tanpa adanya bantuan lingkungan sekitarnya. Oleh sebab itu, orang dewasa yang telah menjadi bagian dari anggota masyarakat seutuhnya juga harus ikut bertanggung jawab dalam menjaga serta melindungi anak dari berbagai hal yang dapat menghambat atau menghalangi kemajuan dan kecerdasannya. Dikarenakan, untuk menciptakan sebuah generasi selanjutnya, yaitu generasi yang memiliki kualitas, peran masyarakat akan banyak mempengaruhi, seperti halnya bagaimana akhlak maupun kepribadian seorang anak yang dipengaruhi oleh masyarakat, bagaimana masyarakat memberi contoh dan masyarakat menjadi cerminan seorang anak dalam perkembangannya. Seperti yang diungkapkan oleh Zakiah Darajat, bahwasanya masyarakat memiliki sebuah tanggung jawab yang amat besar mengenai pendidikan anak yang pada hakekatnya merupakan tanggung jawab perorangan maupun tanggung jawab kelompok. Hamka berpendapat bahwa menurutnya, keberadaan sebuah adat pada suatu komunitas sosial ataupun kebijakan politik pemerintahan pada sebuah negara dapat mempengaruhi proses perkembangan kepribadian anak atau peserta didik di masa yang akan datang. Sistem sosial yang dimana seorang anak tinggal harus bersifat kondusif dan proposional untuk menopang perkembangan fitrahnya yang dimiliki pada setiap anak. Dan yang terpenting adalah, masyarakat dan pemerintah harus memberikan pendidikan kepada setiap anak dengan tidak membeda-bedakan latar belakang, dan daripada itu seharusnya mereka melihat pada fitrah dan berbagai potensi-potensi yang dimiliki dan dibawa peserta didik agar seorang anak dapat tumbuh dan berkembang tanpa adanya suatu hambatan.

            Faktor lain yang dapat membentuk perilaku seorang anak agar dapat sesuai dengan fitrah dalam perkembangannya yaitu seperti faktor insting biologis, kebutuhan psikologis, dan kebutuhan pemikiran. Faktor biologis terbentuk secara genetis atau dibawa dari turunan keluarganya baik sifat fisiknya maupun sifat jiwanya. Schoupenhauer dan Arnold Gessel (tokoh Teori Nativisme) mereka berasumsi bahwasannya setiap anak yang lahir ke dunia akan mebawa faktor-faktor yang merupakan turunan dari kedua orang tuanya (hereditas). Faktor turunan itulah yang akan menjadi penentu terhadap perkembangan para individu. Fitrah yang mengacu kepada kebutuhan psikologis dapat juga disebut fitrah ruhani. Fitrah ruhani tercipta untuk menjadi substansi dan esensi bagi manusia. Fitrah ruhani lebih menekankan kepada bagaimana manusia membutuhkan dimensi spiritual untuk kebutuhan psikologisnya daripada mengejar dimensi material. Dengan begitu jika seorang anak dapat memenuhi kebutuhan psikologisnya dengan baik, maka ia tidak akan mudah goyah maupun melanggar aturan yang dapat melenceng dari fitrahnya. Karena manusia pada dasarnya dalam pikirannya mengerti baik dan buruk akan suatu hal, melalui kebutuhan pemikiran tersebut, manusia akan dapat bertindak secara logis dengan yang seharusnya.

KESIMPULAN

            Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan merupakan sarana yang sangatlah penting untuk membantu dalam mengembangkan fitrah anak. Pendidikan harus ditanamkan dan diajarkan kepada anak sedari dini mungkin. Seorang anak harus diberikan pendidikan dasar sebagai pendidikan awalnya yang akan menjadi fondasinya pada masa perkembangan fitrahnya. Pendidikan dasar berasal dari orang tua atau keluarganya yang merupakan orang terdekat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun