Mohon tunggu...
Afin Yulia
Afin Yulia Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Writer, blogger

Gemar membaca, menggambar, dan menulis di kala senggang.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Suatu Ketika, Saat Keadaan Tak Berjalan Semestinya

15 November 2018   15:55 Diperbarui: 16 November 2018   06:52 755
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : https://www.pexels.com/

Sumber : https://www.pexels.com/
Sumber : https://www.pexels.com/
Fred, yang fasih berbahasa Indonesia itu tertawa. "Tidak. Aku membunyikan peluit karena pisang ini. Sesungguhnya aku ingin memanggil kalian untuk membantu membawanya. Apa daya aku tak kuat berteriak," katanya jenaka.

"Oh iya, aku menemukan tumbuhan liana. Kita bisa menebang dan mengumpulkan tetesan airnya dengan bambu itu untuk minum semua orang," lanjutnya seraya menunjuk ke arah rumpun bambu yang tumbuh menjulang, tak jauh dari kami.

Tak pikir panjang, kutebang sebatang bambu dan kuambil dua ruas untuk menampung air kucuran liana lantas membawanya ke tempat di mana orang-orang berada. Tiba di sana, semua orang berseru gembira. Tak hanya senang karena melihat Fred dan aku kembali, tetapi juga karena melihat tambahan makanan yang kami bawakan. Tak berapa lama, Pak Jun datang. Kelompok pertama yang dimulai dari Anggi, kemudian Kanaya, Fred, dan Pak Her berangkat bergiliran. Lima belas menit setelah Pak Her pergi, Sofyan tiba. Tak menunggu lama kami segera berangkat bersama mobil sedannya.

Setiba dikota-Pak Lukman, Bu Prita, dan Kevin-bergegas mengemasi barangnya di penginapan. Lalu diantarkan Sofyan ke pelabuhan untuk menaiki speed boat. Lima menit sebelum kapal berangkat, ketiganya sampai, dan langsung menaikinya. Aku begitu lega melihat mereka berlalu sembari melambaikan tangan. Selepas itu aku baru mencari mobil dan mekanik untuk memperbaiki mobil Pak Her dengan bantuan Sofyan. Pukul 23.00 mobil sampai di pondok tempat Pak Jun berada. Kami-aku, Kanaya, Anggi, dan Fred-segera kembali ke kota, sementara Pak Her memilih tinggal untuk menanti mekanik yang hendak memperbaiki mobilnya.

Sepekan berlalu dan semua anggota rombonganku mengirim kabarnya. Rata-rata isinya sama, mengisahkan bahwa kejadian hari itu menjadi pengalaman yang luar biasa. Tak akan bisa dilupakan selamanya. Kanaya si penakut bahkan berkata ,"Jika aku dan kawan-kawanku ke sana liburan nanti, aku berharap kau bersedia memandu kami."

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun