Mohon tunggu...
Afin Yulia
Afin Yulia Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Writer, blogger

Gemar membaca, menggambar, dan menulis di kala senggang.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Art4All : Bergelut dengan Seni Kriya dan Merasakan Manfaat Positifnya

15 Agustus 2017   12:51 Diperbarui: 15 Agustus 2017   13:06 6201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Memanfaatkan sumber daya, menjadikan kain perca sebagai benda bernilai guna (sumber gambar : Afin Yulia)

Mengenal Seni Kriya Sejak Kecil

            Sejak kecil saya memang sudah akrab dengan seni kriya. Lewat seni yang menitikberatkan pada ketrampilan tangan ini saya mengolah kain dan benang di sekitar saya menjadi sesuatu yang bernilai pakai sekaligus indah. Semua berawal dari kegemaran saya bermain dengan kain-kain sisa jahitan Bapak di masa kecil. Saya kerap memanfaatkannya jadi selendang atau bandana yang diikat di kepala begitu saja. Terkadang menjadikannya umbul-umbul kecil yang dikaitkan dengan bambu jika saya dan teman-teman bermain perang-perangan di halaman. Atau kalau tidak, saya gunakan kain perca untuk membuat boneka sederhana. Hanya mengisi bagian tengah kain dengan kapas lalu diikat dan diberi gulungan kain kecil melintang sebagai tangan. Pakaiannya pun tidak rumit, cukup digunting dibentuk serupa baju lalu bagian tengahnya dilubangi dan dipakaikan ke badan boneka.

            Dari benda-benda sederhana, saya terpacu untuk memanfaatkan kain perca menjadi benda-benda bernilai guna lainnya. Seperti gantungan kunci, pita rambut, boneka, tas serut sederhana, taplak meja, hingga tas selempang. Selain karena hobi, faktor pendorong lainnya adalah bagaimana caranya bisa tampil gaya tanpa mengeluarkan banyak biaya. Maklumlah saya berasal dari keluarga sederhana, uang saku saya tidak banyak. Saya harus pandai-pandai memanfaatkan sumber daya yang ada untuk bisa tampil keren seperti lainnya.

Gantungan kunci badut dari kain perca, salah satu kerajinan tangan yang saya buat saat SMA (sumber gambar : Afin Yulia)
Gantungan kunci badut dari kain perca, salah satu kerajinan tangan yang saya buat saat SMA (sumber gambar : Afin Yulia)
            Saya ingat di masa remaja, ketika musim pita rambut cantik dari kain perca melanda, uang jajan yang cekat menghalangi saya untuk membelinya. Agar bisa memilikinya, saya memutuskan untuk membuat sendiri. Berbekal memperhatikan pita rambut teman, saya mereka-reka bagaimana proses pembuatannya, dari mulai pola sampai kemudian cara menyatukan kain tersebut. Dengan cetak biru yang menempel di kepala saya pulang ke rumah, membongkar harta karun berupa berkresek-kresek kain perca, dan mulai membuat pita rambut sesuai keinginan saya. Anehnya, meski anak penjahit saya tidak pandai menjahit. Oleh karena itu setelah menggunting kain sepanjang 30 cm dengan lebar 8 cm saya menjahitnya dan menyambung pita tersebut dengan tangan. Memang memakan waktu yang lebih lama, tetapi saya puas karena bisa berkreasi sendiri.

            Saat anak-anak lain memiliki gantungan kunci lucu, saya tinggal membongkar kain perca. Memilah dan memilih kain yang ada, membuat sketsa, kemudian mewujudkannya. Memang tidak selamanya berhasil sesuai rencana, bahkan beberapa dicemooh juga. Tetapi, situasi ini justru memberi memacu saya untuk membuat sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya.

Manik-manik cantik dari penanggalan bekas bisa dimanfaatkan untuk membaut gelang, kalung, dan tas (sumber gambar : Afin Yulia)
Manik-manik cantik dari penanggalan bekas bisa dimanfaatkan untuk membaut gelang, kalung, dan tas (sumber gambar : Afin Yulia)
            Semakin dewasa hasrat saya di bidang seni kriya semakin besar. Jika semula hanya kain perca, saya mulai menggunakan bahan lain untuk kerajinan tangan, misalnya penanggalan bekas. Penanggalan bekas saya olah terlebih dahulu menjadi manik-manik, baru kemudian dimanfaatkan menjadi gelang, kalung, atau bahkan dompet. Memang butuh proses cukup lama untuk membuat manik-manik dari limbah kertas ini. Tetapi, begitu jadi hasilnya tak kalah menarik dengan manik-manik dari kaca atau plastik.

            Bahan berikutnya yang kerap saya gunakan adalah benang rajut, baik wol, katun, atau polyester. Secara otodidak saya belajar merajut dan mendapatkan manfaat yang baik darinya. Tidak hanya bisa menghasilkan uang, saya juga dipacu untuk belajar beragam bentuk dan model rajutan yang sebelumnya tidak saya kuasai berkat pesanan-pesanan yang datang. Saya ingat betul, pertama kali menerima pesanan topi rajut, saya bahkan belum tahu bagaimana cara membuatnya. Waktu itu saya baru bisa merajut bentuk bunga, itupun bunga sederhana. Merasa tertantang, saya mengiyakannya. Dari sini ketrampilan saya berkembang. Tidak hanya bentuk bunga, tetapi juga bentuk lain seperti syal, dompet berhias boneka kokeshi, dompet untuk kamera poket, hingga tas selempang.

Seni Kriya dan Manfaatnya

            Bergelut dengan seni kriya rupanya memberi faedah lain pada diri saya. Tidak sekedar mendapat uang dan mengisi waktu luang, tetapi stress dan amarah pun bisa teredam. Saya merasa lebih santai dan ringan beberapa saat setelah berkutat dengan kain perca, penanggalan bekas, atau benang rajutan. Rupanya gerakan berirama dan berulang-ulang itu membantu mengalihkan fokus kita dari permasalahan. Sehingga kita bisa terhindar dari rasa tertekan, cemas, dan marah yang tak berkesudahan.

Berkutat dengan kerajinan tangan, stress dan amarah pun teredam (sumber gambar : Afin Yulia)
Berkutat dengan kerajinan tangan, stress dan amarah pun teredam (sumber gambar : Afin Yulia)
             Dikutip dari CNN (5/1/2015), sebuah sebuah studi online yang melibatkan 3500-an perajut menunjukkan adanya hubungan signifikan antara rasa tenang dan bahagia dengan frekuensi merajut. Lewat studi yang dipublikasikan di The British Journal of Occupational Therapy ini pula terungkap bahwa 81% responden merasa bahagia dan lebih dari separuhnya mengaku lebih bahagia.  Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan yang melibatkan ketrampilan tangan memberikan efek serupa dopamin pada diri kita. Membantu kita menekan rasa cemas, sulit konsentrasi, serta mood yang berubah-ubah.

            Tidak hanya itu saja, kegiatan ini juga membantu saya untuk bersikap lebih sabar dan tenang dalam menghadapi masalah. Waktu yang panjang dan kerapnya menghadapi hambatan selama proses pengerjaaan kerajinan tangan, mengajari saya untuk sabar, tekun, sekaligus kreatif mencari solusi permasalahan. Pencapaian macam ini tak pelak memberikan kita kebanggaan. Terlebih jika hasil karya kita mendapat penghargaan, meski hanya berupa pujian kecil atau tatapan senang dari teman. Imbasnya kepercayaan diri pun meningkat tanpa kita sadar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun