Mohon tunggu...
Muh Afifuddin
Muh Afifuddin Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mendeteksi Bakat Anak

16 November 2017   04:23 Diperbarui: 16 November 2017   04:32 459
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Bergelar dokter tapi berprofesi penyanyi. Bertitel insinyur tapi profesinya tenaga pemasaran. Berlatar -- belakang pendidikan hukum, tapi menggeluti usaha tanaman hias. Adakah yang salah dengan pernyataan di atas? Bisa salah, bisa juga tidak. Kenyataannya memang demikian itulah yang terjadi di tengah lingkungan kita. Banyak orang yang profesinya tidak sesuai dengan gelar pendidikan yang disandangnya. Contoh yang nyata adalah kolonel sanders. Ia adalah pendiri restoran cepat saji Kentucky fried chicken (KFC). Prajurit berpangkat terakhir kolonel ini menemukan bakatnya sebagai pengusaha justru setelah pension.

Gerai ayam goring khas amerikanya bertebaran di seantero dunia. Ia mendirikan KFC pada usai 74 tahun dan baru menyadari bakatnya ketika sudah berusia sangat gaek. Mengapa itu terjadi? Pemicunya adalah karena gelar atau title pada bidang tertentu sering kali diperoleh karena tuntutan lingkungan, bukan dipilih karena dasar bakat atau minat seseorang. Padahal kalau latar-belakang pendidikan sesuai dengan bakat dan minat, maka hasilnya mungkin akan lebih dahsyat. Seorang arsitek lulusan arsitektur, tentu akan menghasilkan karya bangunan yang indah. Pelukis yang lulusan sarjana seni rupa dan hobi "corat --coret" tentu akan menghasilkan karya lukis yang jauh lebih artistik dan bernilai tinggi.

Sebetulnya tidak terlalu sulit dan tidak perlu menunggu waktu yang sangat lama untuk mendeteksi bakat seorang anak, khususnya pada bidang -- bidang tertentu. Kecenderungan bakat anak bisa dibaca sejak masih usia dini sehingga banyak waktu untuk mengasah bakatnya. Jalan menuju puncak tangga prestasi akan terbuka lebar. Terkadang untuk mengenali bakat seorang anak bisa dilihat dari minatnya. Anak yang bermain perang-perangan. Kemungkinan bakatnya adalah menjadi tentara. Anak yang suka bicara dan di dengar, kemungkinan bakatnya menjadi orator. Anak yang suka "corat-coret" kemungkinan bakatnya menjadi desainer atau penulis, tapi sebenarnya. Memang masih tidak begitu banyak.

Setiap anak mempunyai bakat yang sebagian sudah bisa di tengarai pada usia dini. Memasuki usia remaja (12-15 tahun). Kecenderungan  bakat anak akan mengerucut dan semakin terlihat. Antusiasme pada bidang mata pelajaran tertentu juga bisa menjadi indikator bakat dan minatnya. Ke arah mana bakat seorang remaja akan bisa dilihat dari tokoh idolanya. Sebagai contoh seandainya orientasi anak itu ke ilmu fikih, biasanya bukan sastrawan yang menjadi idolanya, melainkan ulama' fikih. Oleh karena itu dengan bimbingan yang terarah, masa remaja bisa menjadi masa yang menguntungkan bagi anak untuk mengembangkan bakatnya. Jangan biarkan bakat anak sirna begitu tanpa guna.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun