Mohon tunggu...
Afifatul Khoirunnisak
Afifatul Khoirunnisak Mohon Tunggu... Petani - Sarjana Pertanian

Menikmati perjalanan hidup dengan belajar dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Wonosantri, Tentang Trail dan Cinta dalam Secangkir Kopi

16 Januari 2021   04:20 Diperbarui: 16 Januari 2021   07:26 1330
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Beberapa anggota perkumpulan Wonosantri (Dokumentasi Wonosantri)

Berbicara mengenai kopi memang tidak ada habisnya. Kalau jaman dulu budaya ngopi identik dengan bapak-bapak atau mbah-mbah, sekarang ngopi tidak mengenal usia, bahkan menjadi tren anak muda.

Secangkir kopi yang tersaji, yang menurut anak muda instagramable, ternyata telah melalui serangkaian proses yang sangat panjang. Mulai dari pemilihan bibit kopi yang baik, penanaman, perawatan, pemanenan, hingga pengolahan pasca panen sampai tersaji diatas cangkir. Sehingga apabila kita maknai, secangkir kopi yang kita minum mengandung sumbangsih dan ladang rezeki bagi petani, pengepul, barista dan banyak orang yang terlibat di dalamnya.

Proses panjang tersebut juga dilakukan oleh "Wonosantri", perkumpulan petani kopi yang terletak di Desa Toyomarto, Singosari. Perkumpulan yang diprakarsai oleh Gus Ulum ini bertujuan untuk membentuk pertanian kopi dengan prinsip konservasi lingkungan dan pemberdayaan petani lokal.

Ide awal terbentuknya "Wonosantri" pun sangat unik, berawal dari hobi ngetrail yang dimiliki Gus Ulum. Merasa penat dengan kehidupan perkotaan, beliau ngetrail ke lereng Gunung Arjuno yang berjarak 40 menit-an dari rumahnya.

Sepanjang mata memandang terlihat hamparan agroforestri kopi (sebutan perpaduan pohon tahunan diselingi kopi atau tanaman semusim) sampai hutan konservasi, yang membuat hati beliau terasa tentram. Yah, mungkin ada benarnya ungkapan "Untuk mencintai sesuatu terkadang tidak perlu alasan". Itulah yang menjadi awal mulanya Gus Ulum terjun ke dunia pertanian dan sangat mencintai kopi.

Gus Ulum, ketua perkumpulan Wonosantri (Dokumentasi pribadi)
Gus Ulum, ketua perkumpulan Wonosantri (Dokumentasi pribadi)
Belajar dari nol, beliau lakukan karena memang sebelumnya tidak ada pengalaman bidang pertanian. Namun, hal tersebut tidak menjadi hambatan untuk terus berproses. Akhirnya bertani kopi menjadi sebuah hobi baru bagi Gus Ulum yang ditunjukkan oleh perawatan kopi dengan sepenuh hati selama bertahun-tahun.

Selama perjalanan menjadi petani kopi, Gus Ulum menyaksikan sisi lain yang dialami petani. Mendapati kenyataan di lapang, yang masih menjadi benang kusut sistem pertanian di Indonesia, tak terkecuali petani hutan, membuat Gus Ulum berpikir ulang.

"Kalau saya hanya memikirkan keuntungan pribadi, tanpa mengindahkan prinsip konservasi lingkungan, kebagian apa anak cucu kita kedepan?"

 "Kalau semua sumberdaya alam kita habiskan (budidaya tanpa prinsip keberlanjutan) akan mendapatkan air darimana anak cucu kita?"

Hal tersebut yang membuat hati Gus Ulum tergerak untuk melakukan perubahan.

Sebenarnya masih banyak fakta-fakta miris yang beliau temui di lapang, yang dalam hal ini saya juga menyaksikan sendiri karena pernah mempelajarinya di bangku kuliah. Hampir setiap pagi menjelang fajar petani berangkat ke kebun kopi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun