Mohon tunggu...
Afifah U.dan Alfina D.
Afifah U.dan Alfina D. Mohon Tunggu... Mahasiswa - Psikologi

Semoga bermanfaat!

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Pentingnya Peran Orangtua Mendampingi Anak ADHD dalam Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ)

6 Juli 2021   06:49 Diperbarui: 6 Juli 2021   07:50 1266
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pandemi Covid-19 telah mengubah berbagai sektor kehidupan manusia, salah satunya adalah pendidikan. Perubahan ini meliputi ditutupnya sekolah-sekolah, serta pembelajaran tatap muka yang berubah menjadi daring melalui berbagai platform online seperti Zoom, Google Meet, Google Classroom, WhatsApp, dan lainnya. 

Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) ini sesuai dengan keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia pada Surat Edaran Nomor 4 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan dalam Masa Darurat Penyebaran Covid-19, dan Surat Edaran Mendikbud Nomor 36962/MPK.A/HK/2020 tentang pembelajaran secara daring dan bekerja dari rumah dalam rangka pencegahan penyebaran (Covid-19). Kebijakan ini memaksa guru dan murid untuk tetap bekerja dan belajar dari rumah (kemdikbud.go.id, 2020).

Pelaksanaan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) bukan hanya dilakukan oleh siswa reguler saja, namun juga siswa dengan kebutuhan khusus, salah satunya adalah siswa ADHD (Attention Deficit-Hyperactivity Disorder). Dengan kondisi ADHD yang memiliki kesulitan dalam memusatkan perhatian, berperilaku impulsif, dan hiperaktif, namun siswa dengan ADHD tetap harus berkutat dengan kegiatan sekolah meskipun terjadi perubahan proses kegiatan belajar mengajar. Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) bagi anak ADHD tentu memiliki tantangan tersendiri. Beberapa tantangan tersebut adalah:

  1. Anak dengan ADHD membutuhkan struktur dan prediktabilitas lebih dari teman-temannya.
  2. Anak dengan ADHD mungkin mengalami kesulitan dalam melawan hiperaktif yang di milikinya serta berjuang melawan rasa bosan. Pembelajaran virtual yang mengharuskan untuk duduk di depan komputer tanpa berpindah dari satu tempat ke tempat lain, sehingga memberikan kesempatan yang lebih sedikit dalam bermain secara aktif dengan teman-teman lainnya. Hal tersebut juga dapat membuat mereka lekas bosan sebab tidak terlibat langsung secara nyata dalam pembelajaran.
  3. Berkurangnya kesempatan interaksi dalam membangun hubungan. Anak ADHD cenderung susah dalam membangun hubungan sosial dengan teman sebayanya. Mereka seringkali di cap nakal dan dijauhi oleh teman-temannya. Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) mungkin membuat anak ADHD memiliki kesempatan lebih sedikit untuk melatih keterampilan sosial dan membangun hubungan tersebut.
  4. Perubahan kondisi belajar. Transisi dapat menjadi tantangan bagi anak-anak dengan ADHD. Keharusan menghabiskan waktu melakukan tugas sekolah, pekerjaan rumah, dan aktivitas keluarga di ruang yang sama di mana orang tua mungkin juga harus melakukan pekerjaan mereka sendiri dapat membuat stres tambahan bagi siswa dan orang tua. Oleh karena itu peran orangtua dan keluarga penting dalam mendampingi anak ADHD saat pembelajaran jarak jauh. Keberhasilan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) bagi anak ADHD sendiri dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti lingkungan/fisik, cuaca, ruangan, dan dukungan sosial serta moral dari orangtua.

Dari seluruh faktor tersebut dukungan dari orangtua memainkan peranan yang sangat penting dalam menentukan kesuksesan PJJ bagi anak ADHD. 

Agar mengetahui keadaan sebenarnya di lapangan, penulis telah melakukan wawancara dan observasi mengenai ADHD yang dilakukan kepada salah satu Sekolah Berkebutuhan Khusus di Jakarta pada 7/3/2021 melalui via zoom dan whatsapp. 

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi daring tersebut, diketahui pada awal PJJ diterapkan, siswa dengan ADHD cukup sulit untuk mengikuti kegiatan pembelajaran tersebut. Oleh Guru (M) yang menjadi narasumber menyatakan bahwa kesulitan dirasakan pada masa awal PJJ diberlakukan. 

Terdapat salah satu siswanya yang ADHD (X) dengan usia SD dan berjenis kelamin laki-laki. Sewaktu pembelajaran masih dilakukan tatap muka siswa (X) juga sering naik ke atas kursi atau meja sambil menyerukan kata-kata yang sedang ia sukai atau meniru peran yang ia kagumi. Hal tersebut masih dapat diatasi karena pembelajaran dilakukan secara langsung.  

Setelah PJJ diberlakukan, diketahui X sering beranjak dari tempat duduknya ke tempat lain di rumahnya. Selain itu, karena kegiatan sekolah dilakukan di rumah, guru maupun orang tua jadi lebih sulit lagi untuk membuatnya fokus sebab mudah terganggu dengan keadaan atau barang di rumahnya. 

Dalam mengatasi hal tersebut, sekolah menyediakan program pemberdayaan orang tua dalam mendampingi anak PJJ. Program tersebut merupakan kegiatan sosialisasi maupun konsultasi yang diadakan sekolah dengan jadwal tertentu untuk mengembangkan kemampuan orang tua dalam mendampingi anaknya PJJ. 

Menurut informasi dari Guru (M), selain itu orang tua ADHD juga disarankan untuk memilih makanan yang baik dan bergizi, terutama mengurangi konsumsi gula. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun