Mohon tunggu...
Afifah Sholihatus Syahriah
Afifah Sholihatus Syahriah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Fighting!

Mahasiswi Universitas Islam Negeri Malang

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Dianggap Tidak Penting, Inilah Sebenarnya Yang Didapat dari PAUD

28 November 2022   22:00 Diperbarui: 28 November 2022   22:09 262
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Foto:NUSABALI.com

       Seperti yang telah kita ketahui bersama, bahwa pada zaman seperti saat ini hampir seluruh orang tua menyekolahkan anaknya di PAUD. Baik orang tua yang ada di kota maupun di desa, kini sudah merasakan bahwa PAUD penting bagi anak-anaknya.  Walaupun demikian, tidak semua orang tua menganggap PAUD itu penting bagi anak-anaknya, kemunculan PAUD ini juga menimbulkan perdebatan di kalangan para orang tua. Ada orang tua yang berpendapat bahwa anak pada usia di bawah 5 tahun tidak perlu mengikuti PAUD, anak cukup belajar dan bermain di rumah saja. Namun, di sisi lain juga terdapat orang tua yang menganggap bahwa kehadiran PAUD sangat penting bagi anak dalam mendukung tumbuh kembang si buah hati secara optimal

       Lantas, sebenarnya PAUD itu penting atau tidak sih bagi anak?

        Menurut kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI mengemukakan bahwa peran PAUD sangatlah penting dalam membantu mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan anak baik secara fisik maupun mental.

        Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk implementasi pendidikan atau  pelatihan yang berfokus pada penciptaan landasan untuk pertumbuhan dan perkembangan, yaitu: perkembangan moral dan agama, perkembangan fisik, kecerdasan/kognitif, sosio-emosional, bahasa dan komunikasi yang tepat agar anak tumbuh dan berkembang secara optimal (Mansur, 2013 dalam Madyawati, Lilis 2015: 2). Sehingga dapat disimpulkan, bahwa Pendidikan Anak Usia Dini ini merupakan sebuah pendidikan yang khusus diberikan untuk anak sejak lahir sampai usia 6 tahun sebagai upaya pembinaan dengan memberikan beragam rangsangan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan secara optimal pada anak

       Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, anak usia dini diartikan sebagai individu yang berusia 0-6 tahun, sedangkan menurut UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 ayat 1 mengatakan demikian "Yang termasuk anak usia dini adalah anak usia 0 sampai 6 tahun Fadlillah, (2014: 19) menunjukkan bahwa "masa kanak-kanak adalah sekelompok anak yang sedang dalam masa pertumbuhan dan perkembangannya itu unik."

            Hurlock (1999), Aziz, Syarifudin (2017: 2), menyatakan bahwa " Kelas anak usia dini atau taman kanak-kanak awal atau prasekolah termasuk dalam kelompok umur 2-6 tahun. Bachrudin Mustofa (2002: 35) Dalam Susanto Ahmad (2018: 1) berpendapat bahwa Anak usia dini adalah anak yang berusia antara 1-5 tahun yang mengalami perkembangan dan pertumbuhan sangat pesat.

            Pada hakikatnya, anak usia dini (Augusta, 2012) merupakan individu yang unik dikarenakan  memiliki pola pertumbuhan serta perkembangan dalam aspek fisik, kognitif, kreativitas, bahasa, komunikasi khusus dan sosial emosional. Definisi lain mengemukakan bahwa anak usia dini merupakan anak yang berusia 0-8 tahun yang sedang dalam perkembangan secara fisik maupun mental

            Anak pada usia tersebut tentu mengalami perubahan dalam fase kehidupannya, masa anak usia dini ini disebut "golden age" atau masa emas. Pada masa ini potensi anak akan mengalami masa kepekaan untuk tumbuh dan berkembang secara hebat dan tepat. Dan perkembangan setiap anak tidak sama karena setiap anak memiliki perkembangan yang berbeda-beda.

            Dalam membantu anak yang terkait dengan perkembangan dalam aspek fisik, kognitif, kreativitas, bahasa, komunikasi khusus dan sosial emosional, peran PAUD sangat dibutuhkan. Menurut Prof. Dr. Lydia Freyani, Professor-Majelis Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, kegiatan PAUD dapat menstimulasi atau merangsang pendidikan sesuai dengan tahap tumbuh kembang anak prasekolah. Semua kegiatan dilakukan dengan pendekatan bermain sambil belajar.

            Para ahli sering mengemukakan bahwa dunia anak adalah dunia bermain. Dengan bermain, anak dapat belajar, yang memiliki artian bahwa anak yang belajar adalah anak yang bermain, dan begitupun sebaliknya anak yang bermain adalah anak yang belajar. Bermain merupakan sebuah metode yang sangat baik dalam mengembangkan kemampuan anak. Selain itu, bermain juga menjadi cara yang baik untuk anak dalam upaya untuk memahami diri sendiri, orang lain, serta lingkungan. Bermain juga dapat menjadi sebuah kebutuhan dan tuntutan yang esensial untuk anak, hal ini dikarenakan dengan melalui bermain, anak dapat memuaskan kebutuhan dan tuntutan perkembangan dimensi kognitif, motorik, kreativitas, bahasa, nilai dan sikap hidup, sosial, emosional (Moeslichatoen, 1998: 32).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun