Pandemi covid-19 belum berakhir. Berdasakan data dari Kemenkes, hingga tanggal 30 Juni 2021 pemerintah telah melaporkan sebanyak lebih dari 2,1 juta penduduk Indonesia terkonfirmasi positif Covid-19, ada lebih dari 58 ribu kematian  yang dilaporkan, dan lebih dari 1,8 juta yang telah sembuh[1]. Angka ini terus bertambah seiring berjalannya waktu sampai saat ini. Hingga pada tanggal 1 Juli 2021, Presiden Joko Widodo resmi putuskan adanya  Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) yang dilaksanakan pada tanggal 3-20 Juli 2021.
Disamping angka penyebaran Covid-19 yang terus naik, kegiatan belajar mengajar siswa harus tetap berjalan. Berdasarkan Surat Edaran MENDIKBUD Nomor 4 Tahun 2020, kegiatan belajar mengajar diberi batasan-batasan tertentu. Diantaranya adalah kegiatan belajar mengajar dilaksanakan dengan sistem dalam jaringan (daring).Â
Tentunya seluruh partisipan belajar mengajar harus bisa menyesuaikan diri dalam kondisi ini. Terkhusus para pengajar yang harus 'banting stir' untuk mencari metode mengajar yang tepat.
Melihat kondisi dan situasi saat ini, penulis teringat dengan perkataan Ali bin Abi Thalib "Ajarilah anak-anakmu sesuai dengan zamannya, karena mereka hidup dizaman mereka, bukan zamanmu". Kondisi di masa pandemi tentu sangat berbeda dengan kondisi sebelum adanya pandemi. Maka sudah menjadi kewajiban seorang guru memiliki metode lain dalam mengajar di masa ini. Telah banyak inovasi metode pembelajaran sebelum masa pandemi ini, tetapi inovasi harus tetap berkembang meskipun adanya keadaan darurat.
Mata pelajaran metematika sering dianggap sebagai mata pelajaran yang sulit dipahami. Entah dari mana dan kapan pendapat itu muncul. Yang jelas, pendapat itu telah masuk kedalam mindset masyarakat. Sekalipun seorang guru telah menjelaskan secara rinci dan sabar, namun tetap saja sebagian siswa masih kesulitan dalam memahaminya. Mata pelajaran ini memang membutuhkan perhatian dan metode yang khusus untuk menyampaikannya kepada siswa. Jika penjelasan didalam kelas saja masih sulit, bagaimana dengan pembelajaran virtual?
Terdapat hambatan-hambatan dalam pembelajaran daring ini. Pertama adalah kesulitan mendapatkan jaringan internet khususnya bagi siswa yang bertempat tinggal diwilayah minim internet. Kedua adalah telepon genggam yang dipakai siswa untuk belajar merupakan milik orang tua yang sering dibawa ketika orang tua bekerja. Dan hambatan yang ketiga adalah siswa kesulitan memahami materi yang diberikan guru.
Tips dan metode pembelajaran yang dapat diterapkan guru pada masa seperti ini antara lain :
- Menerapkan metode audio visual. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Utami, respon dan aktivitas guru maupun siswa mengalami peningkatan dengan menggunakan metode audio visual (Utami & Julianto, 2013).
- Menggunakan aplikasi matematis yang memiliki fitur interaktif untuk memperkuat pemahaman siswa. Contohnya adalah menggunakan aplikasi Geogebra.
- Memberikan tugas berupa quis berisikan permainan yang menyenangkan namun masih dalam lingkup materi yang dibahas
- Memantau tugas siswa. Guru sebaiknya memberikan batasan waktu pengumpulan tugas dan jika ada siswa yang melewati batas pengumpulan, guru mengontak siswa secara pribadi dan menanyakan keluhan serta kesulitan yang mungkin dialami siswa.Â
ReferensiÂ
Kemkes. Diakses pada tanggal 12 Juli 2021, pukul 09.54
Anugrahana, A. (2020). Hambatan, Solusi dan Harapan: Pembelajaran Daring Selama Masa Pandemi Covid-19 Oleh Guru Sekolah Dasar. Scholaria: Jurnal Pendidikan Dan Kebudayaan, 10(3).Â
Utami, K., & Julianto. (2013). Penggunaan Media Audio Visual untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Siswa di Sekolah Dasar. Jurnal Penelitian Pendidikan Guru Sekolah Dasar, 1(2).
