Mohon tunggu...
afifah musyiratul
afifah musyiratul Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

seorang mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Nature

Pemuda Trasformatif untuk Mewujudkan Indonesia Emas 2045

9 Desember 2022   15:33 Diperbarui: 9 Desember 2022   15:37 310
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Indonesia Lestari. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

PEMUDA TRANSFORMATIF UNTUK MEWUJUDKAN INDONESIA EMAS TAHUN 2045

Oleh : Afifah Musyiratul Khairiyah

"Bila kaum muda yang telah belajar di sekolah dan menganggap dirinya terlalu tinggi dan

pintar untuk melebur dengan masyarakat yang bekerja dengan cangkul dan hanya memiliki cita-cita yang sederhana, maka lebih baik pendidikan itu tidak diterima sama sekali"

(Tan Malaka-Pahlawan Kemerdekaan Indonesia)

Pemuda menurut Undang-Undang No. 40 tahun 2009 tentang kepemudaan, bahwa pemuda adalah warga negara Indonesia yang  memasuki periode penting  pertumbuhan dan perkembangan dari  usia 16 sampai  30 tahun. Pemuda  yang berjiwa intelektual,  kritis, dan berkarakterlah yang memiliki potensi untuk membangun Indonesia dan mewujudkan cita-cita Indonesia Emas pada tahun 2045. Dalam cita-cita Indonesia emas 2045, ada dua faktor yang menghalangi peran pemuda untuk aktif dalam mewujudkan Indonesia Emas di tahun 2045. Dua faktor itu adalah faktor internal dan eksternal. Faktor internal pemuda adalah faktor yang berasal dari diri pemuda itu sendiri. Faktor itu biasanya dicirikan dengan adanya rasa kurang percaya  diri,  kurangnya  pengetahuan  akan  bakat  dan  minat  dalam  diri  sendiri,  serta kurangnya motivasi  dari orang-orang  yang terdekat khususnya  orang tua.  Faktor eksternal pemuda dipengaruhi oleh pergaulan-pergaulan bebas yang akan memicu terjadinya kenakalan remaja, perkembangan teknologi yang semakin masif, dan adanya dekadensi moral sebagai akibat dari globalisasi. Faktor internal dan faktor eksternal tersebut seakan menjadi tembok penghalang bagi pemuda untuk dapat menjadi agent of change, social control, dan iron stock bagi  bangsa  dan  negara.  Oleh  karena  itu,  dalam  menghadapi  faktor  internal  dan  faktor eksternal yang  dihadapi para  pemuda, maka  perlu  suatu gagasan  tentang pemuda  idaman Indonesia  di  masa  depan  untuk  menyongsong  dan  mampu  mengoptimalkan  kesempatan Indonesia  Emas  tahun  2045  di  mana  ide saya  tentang  pemuda saya  beri  nama  Pemuda Transformatif.  Mengapa Indonesia  membutuhkan  pemuda transformatif  ? Hal  itu  karena kelemahan  mencolok  dari  pemuda  adalah  kontrol  diri  yang  lemah  dalam  artian  mudah emosional,  sedangkan  kelebihan  pemuda  yang  paling  menonjol  adalah  kemauan  dan keberanian  dalam  menghadapi  perubahan,  baik berupa  perubahan sosial  maupun  kultural dengan menjadi pelopor perubahan itu sendiri. Ketika kelemahan itu dibiarkan, maka hal itu akan menjadi kebiasaan yang dapat dikhawatirkan merubah eksistensi pemuda menjadi lebih buruk. Dengan adanya idealisme pemuda transformatif ini maka diharapkan kelemahan atau kesenjangan tadi dapat diatasi.

Menurut penulis, pemuda transformatif adalah pemuda yang memiliki kriteria yaitu: Character,  Culture,  dan  Intellectual  untuk  mewujudkan  Indonesia  Emas  di  tahun  2045. Aspek character menekankan bahwa pemuda harus memiliki kesadaran dan kepekaan sosial yang tinggi, selain itu aspek character juga menekankan bahwa pemuda harus memiliki etika dan sopan santun  sesuai  dengan  adab  ketimuran  bangsa  Indonesia.  Aspek  culture menekankan bahwa pemuda Indonesia harus memiliki kesadaran untuk mencintai budaya dan kearifan lokal di daerahnya, karena selain menunjukkan eksistensi suatu daerah kebudayaan juga memiliki nilai-nilai filosofis yang sangat baik untuk diterapkan di zaman milenial ini dimana saat  ini nilai-nilai  filosofis tentang  budaya mulai dilupakan oleh  pemuda Indonesia.

Aspek  intellectual  menekankan  adanya  kecerdasan  dari  setiap  pemuda  Indonesia  sesuai bidang keahlian  dan keilmuan  masing-masing untuk dapat mengaplikasikan  ilmunya demi kepentingan bangsa dan negara. Oleh karena itu, pemuda transformatif merupakan solusi dan konsep  pemuda idaman  untuk  mewujudkan Indonesia  Emas  pada tahun 2045.  Tentunya, proses untuk membentuk pemuda transformatif tidaklah instan dan memerlukan proses yang cukup  panjang  di  mana  proses  tersebut  akan  dijelaskan  lebih  lanjut  dalam  pembahasan. Untuk menutup pendahuluan kali ini, penulis menegaskan bahwa pemuda transformatif tidak akan pernah terwujud tanpa adanya pendidikan.

Menurut teori utilitarianisme yang dikemukakan oleh Jeremy Bentham, bahwa tujuan perbuatan manusia adalah memaksimalkan kegunaan atau manfaat dirinya kepada orang lain dan sekurang-kurangnya menghindari kerugian yang diakibatkan oleh perbuatan yang telah dilakukan, baik itu bagi diri sendiri maupun orang lain. Salah satu upaya yang harus dimiliki oleh  pemuda  Indonesia  untuk  memberikan  manfaat  kepada  orang  lain  adalah mengoptimalkan fungsi dan peran pendidikan. Perlu diketahui bahwa data ketenagakerjaan di Indonesia tahun 2016 yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah lulusan SD dan SD ke bawah  mencapai 43,37%,  lulusan SMP  mencapai 38,57%,  dan lulusan  SMA/SMK sebesar 25,09% dari jumlah total angkatan kerja yang mencapai 127,67 juta orang. Berangkat dari situlah, penulis merasa bahwa esensi dari sebuah pendidikan di Indonesia masih belum berjalan dengan  baik. Manusia hanya  merasa bahwa sisi  pendidikan di  sini hanya  sebagai "angin yang  lewat  begitu  saja",  sehingga  tidak  ada  rasa  atau  niatan  yang  mana  akan memunculkan sebuah usaha dari manusia itu sendiri untuk mencari ilmu pengetahuan yang lebih.  Penulis  sebagai  pemuda  Indonesia  berpendapat  bahwa  pemuda  dan  pendidikan layaknya dua koin mata uang yang saling melengkapi. Menurut  T.Jacob,  bahwa  tujuan  pendidikan  adalah  sosial  futuristik,  maksudnya pendidikan  dijadikan sebagai  sarana  untuk menggerakkan para  pemuda  supaya peka dan dapat  memberikan  sumbangsih  bagi  masyarakat  serta  pada  tujuan  akhirnya  pendidikan sebagai  sarana  humaniorisasi  yang  akan  berpengaruh  pada  tujuan  pembangunan

berkelanjutan  (Sustainable  Development  Goal's/SDG's).  Salah  satu  pilar  dari  tujuan pembangunan  berkelanjutan  adalah  pendidikan.  Hal  ini  dapat  dimengerti  bahwa  pada hakikatnya  pendidikan  dapat  mengarahkan  pemuda  dari  pandangan  konservatif  menuju pandangan progresif yang pada muaranya menjadikan pemuda tersebut berjiwa aspiratif.

Dari segi teknis, perubahan-perubahan sistem dan kurikulum pendidikan juga dapat menunjang  efektivitas  dalam  pembelajaran.  Namun,  seluruh  hal-hal  tersebut  akan  sia-sia apabila  sistem  dan  kurikulum  pendidikan  yang  ada  justru  "mengekang"  pemuda  untuk berekspresi  serta  mengurung  pemuda  dalam  "jeruji  akademisi".  Oleh  karenanya,  pemuda transformatif  yang  dihasilkan  oleh  sistem  pendidikan  yang  sesuai  menjadi  solusi  untuk mewujudkan Indonesia Emas tahun  2045 serta  menjadi pemuda  milenial yang  peduli dan solutif  dengan  permasalahan-permasalahan  sosial.  Pemuda  harus  memiliki  ambisi,  yaitu ambisi yang mengarah  kepada kebaikan. Jika  tidak  ada  ambisi,  maka tidak  ada dinamika kehidupan, dan tidak  adanya pula perubahan-perubahan ke  depan. Sehingga  dikhawatirkan jika tidak ada ambisi maka pemuda-pemuda Indonesia akan mengalami degradasi dari segala aspek, termasuk pemikiran serta tanggung jawab. Salah satu ambisi yang baik adalah menjadi pemuda yang berintelektual, berkaraker, dan berbudaya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun