Mohon tunggu...
Afif Auliya Nurani
Afif Auliya Nurani Mohon Tunggu... Guru - Pengajar

Semakin kita merasa harus bisa, kita harus semakin bisa merasa

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Hal yang Perlu Dipersiapkan Sebelum Menemui Psikolog

27 Januari 2023   09:29 Diperbarui: 4 Februari 2023   01:09 390
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi sesi konseling. Sumber gambar dari Kompas.com

Kesehatan mental kini menjadi isu yang banyak dibicarakan oleh masyarakat. Kesadaran akan pentingnya menjaga kondisi psikis agar tetap 'waras' sama besarnya dengan urgensi menjaga kesehatan fisik. Bahkan tak jarang penyakit fisik dipengaruhi oleh kondisi psikis yang terganggu.

Gangguan mental terkadang tidak disadari oleh sebagian orang, sebab gejalanya tidak dapat dilihat secara kasat mata. Gangguan mental memiliki berbagai jenis dan bisa menyerang siapa saja tanpa memperdulikan jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, maupun kondisi ekonomi.

Di Indonesia, rupanya pengidap gangguan mental yang terdata semakin tahun semakin meningkat drastis. Berdasarkan survei dari Indonesian National Adolescent Mental Health Survey (I-NAMHS) menunjukkan bahwa 1 dari 3 remaja Indonesia memiliki permasalahan mental. Ini baru data remaja usia 10-17 tahun saja, ya.

Hasil survei tersebut juga mendapatkan data bahwa gangguan mental yang paling banyak diderita remaja adalah gangguan kecemasan (anxiety) sebesar 3,7%, gangguan depresi mayor kisaran 1%, gangguan perilaku sebesar 0,9%, dan diikuti dengan gangguan lainnya seperti stres pasca-trauma (PTSD), gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas (ADHD), serta masih banyak lagi.

Riset yang dilakukan oleh Divisi Psikiatri Anak dan Remaja dari Universitas Indonesia juga tak kalah memprihatinkan. Berdasarkan hasil survei terhadap penduduk pada rentang usia 'kritis' yakni 16-24 tahun, ditemukan sebanyak 95,4% responden menyatakan pernah mengalami gejala kecemasan, depresi, dan stres.

Sejalan dengan kedua data tersebut, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Masalah Kesehatan Jiwa, Celestinus Eigya Munthe menjelaskan bahwa gangguan mental di Indonesia memiliki prevalensi sekitar 1 dari 5 penduduk. Artinya, sekitar 20% dari populasi penduduk memiliki potensi gangguan mental. Hal tersebut akan berisiko tinggi menjadi lebih buruk di kemudian hari jika tidak segera ditangani.

Meski demikian, kini isu kesehatan mental bukan lagi menjadi aib yang harus ditutupi dan dianggap sepele. Kesadaran masyarakat akan pentingnya isu tersebut membuat sebagian besar dari mereka memutuskan untuk mencari bantuan tenaga profesional. Edukasi mengenai kesehatan mental juga banyak di-follow-up oleh berbagai media maupun influencer.

Ketika seseorang telah memiliki keberanian untuk bertemu dengan psikolog atau psikiater, niscaya seseorang tersebut telah mengambil langkah besar dalam upaya mencintai diri sendiri. 

Keputusan untuk mendapat konsultasi dan/atau terapi bisa jadi menyelamatkan generasi selanjutnya sekaligus orang tercinta. Sebab, tak jarang gangguan tersebut merugikan pihak lain.

Jika pembaca merasa tidak baik-baik saja, berat menjalani rutinitas, kehilangan minat terhadap banyak hal, sering merasa cemas hingga overthinking, dan perilaku lainnya yang menghambat aktivitas sehari-hari, maka gejala tersebut bisa jadi mengarah pada gangguan mental. Jika pembaca telah berniat untuk mengunjungi ahli kesehatan jiwa, perlu adanya persiapan matang agar mendapat hasil maksimal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun