Mohon tunggu...
Afif Auliya Nurani
Afif Auliya Nurani Mohon Tunggu... Guru - Pengajar

Semakin kita merasa harus bisa, kita harus semakin bisa merasa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

3 Jurus Dahsyat Mencerdaskan Buah Hati

3 Maret 2016   08:31 Diperbarui: 5 Maret 2016   09:05 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sejak lahir, manusia telah dikaruniai Allah SWT dengan otak dan hati nurani. Dengan bekal tersebut, manusia dapat mendapat dan menyalurkan informasi, membedakan mana yang baik dan buruk, serta aktivitas berfikir lainnya. Kemampuan tersebut diperoleh seseorang mulai dari nol secara bertahap. Meskipun manusia lahir dalam keadaan lemah dan tidak mengetahui apa-apa, tetapi manusia lahir dalam keadaan fitrah, yakni bersih dari segala macam keburukan. Karenanya untuk memelihara sekaligus mengembangkan fitrah yang ada pada diri anak, orang tua berkewajiban memberikan pendidikan yang positif sejak lahir. 


Perkembangan kognitif anak usia dini adalah perkembangan yang berkaitan dengan otak, yaitu tentang kecerdasan anak yang terlihat melalui kemampuan mengenal, memahami, dan mengingat berbagai obyek. Kemampuan ini sangat penting, karena hal tersebut akan menentukan kepribadian dan sosial anak. Anak akan mudah menyesuaikan pribadi dan sosialnya jika mereka memiliki pemahaman yang cukup banyak tentang orang-orang disekitarnya, lingkungan, peristiwa, atau benda. Jean Piaget, Salah satu penggagas teori perkembangan kognitif menyebutkan bahwasanya anak beradaptasi menggunakan kecerdasannya untuk menghadapi lingkungan disekitarnya. Piaget membagi perkembangan kognitif menjadi 4 tahap yakni periode sensorimotor (usia 0–2 tahun), periode praoperasional (usia 2–7 tahun), periode operasional konkrit (usia 7–11 tahun), periode operasional formal (usia 11 tahun sampai dewasa) dengan indikasi yang bermacam-macam.


Oleh karena itu, dengan bersumber kepada Al Qur-an dan hadits, ada 3 jurus yang layak diterapkan dalam mengembangkan kemampuan kognitif buah hati yang InsyaAllaah manjur yakni sebagai berikut :


1. Melalui Keteladanan (bil Qudwah)
Keteladanan merupakan metode yang sangat berpengaruh dan terbukti berhasil dalam membentuk aspek moral, religi, dan sosial anak usia dini. Hal ini dikarenakan pendidik adalah figure atau tokoh terbaik dalam pandangan peserta didik yang tindak tanduknya disadari atau tidak menjadi perhatian anak-anak dan sekaligus akan ditirunya. Keteladanan menjadi faktor penting dalam menentukan baik buruknya pertumbuhan dan perkembangan anak usia dini.
Allah SWT telah mengajarkan bahwa rasul yang diutus untuk menyampaikan risalah kepada umat manusia adalah sosok yang memiliki sifat-sifat luhur. Sehingga umat manusia dapat meneladaninya. Bahkan Allah SWT mengutus Nabi Muhammad SAW, sebagai teladan yang baik bagi umat Islam. Allah berfirman dalam surah Al Ahzab ayat 21 yang artinya, "Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah."
Jadi, melalui keteladanan, kognisi anak akan bekerja dengan sendirinya. Misalnya, ketika anak melihat gurunya memungut sampah yang ada di sembarang tempat lalu memasukkannya ke dalam tempat sampah, maka anak secara otomatis akan berfikir, “kenapa harus membuang sampah di tempatnya?”. Kemudian guru menjelaskan tentang bencana alam banjir baik penyebab dan akibat yang ditimbulkan, yang salah satunya adalah disebabkan oleh pembuangan sampah yang tidak pada tempatnya. Akhirnya dia akan mengerti betapa pentingnya menjaga kebersihan. Sehingga untuk ke depannya dia akan meneladani apa yang telah dilakukan gurunya dengan harapan dia tidak ingin mengalami kebanjiran. 


2. Dengan Pengamalan dan Latihan (bil ‘Amal wat-Tadrib)
Islam adalah agama yang menuntut umat untuk mampu mengaplikasikan ajaran Islam dalam bentuk amalan yang diridhai Allah SWT. Dalam hal mendidik melalui pengamalan dan latihan, Rasulullah SAW, sebagai pendidik Islam yang pertama dan utama sesungguhnya telah menerapkan metode ini dan ternyata memberikan hasil yang menggembirakan bagi perkembangan Islam di kalangan sahabat. Dalam banyak hal, Rasul senantiasa mengajarkannya dengan disertai latihan pengamalannya, di antaranya; tatacara bersuci, berwudhu, melaksanakan shalat, berhaji dan berpuasa. Atas dasar ini, pendidikan melalui pengamalan dan latihan terhadap anak usia dini merupakan salah satu metode yang dianggap penting untuk diterapkan. Metode belajar learning by doing memang akan lebih memberi kesan dalam jiwa dan menguatkan dalam ingatan. Di antara amalan-amalan yang dapat menjadi latihan bagi anak usia dini antaranya ialah; cara menggosok gigi, latihan mencuci tangan yang benar, cara beristinja, latihan berwudhu', mengucapkan salam ketika masuk rumah, serta beberapa do'a yang harus diamalkan sebagai mengawali berbagai aktivitas sehari-hari yang dilakukan secara istiqomah (terus menerus).

3. Melalui permainan, nyanyian, dan cerita (bil La’ib wal Ghina’ wal Qishah)
Dunianya anak usia dini adalah dunia bermain dan bersenang-senang. Berkaitan dengan hal ini maka pembelajaran melalui permainan merupakan satu metode yang menarik diterapkan dalam pendidikan anak usia dini. Tentu saja permainan yang positif dan dapat mengembangkan intelektual dan kreativitas anak-anak.
Bernyanyi juga salah satu metode yang baik untuk diterapkan dalam mengembangkan kognitif anak usia dini. Tujuannya bukan hanya mengajari anak menyanyikan berbagai lagu, tetapi juga dapat dilakukan untuk mengajarkan anak membaca huruf hijaiyah dengan cara membacanya secara berirama sehingga anak merasa senang dan rilek dalam mengikuti pembelajaran yang diberikan oleh guru-gurunya.
Dan yang terakhir, pembelajaran dengan cara menyajikan kisah-kisah Islami yang bersumber dari Al Qur-an dan Hadis Rasul juga tidak kalah penting. Dalam pendidikan Islam, kisah mempunyai fungsi edukatif yang tidak dapat diganti dengan bentuk penyampaian lain.
Semoga bermanfaat 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun