Mohon tunggu...
afida
afida Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pentingnya Imitasi dalam Membangun Interaksi Sosial

30 Oktober 2018   18:03 Diperbarui: 30 Oktober 2018   19:35 446
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa adanya manusia yang lain. Manusia akan saling membutuhkan dalam memenuhi kebutuhannya. Proses interkasi sosial menjadi hal yang sangat penting, jika satu hari saja tidak melakukan interaksi maka kehidupan akan terasa sangat sepi.

Proses kehidupan manusia memang sangatlah panjang, mulai dari janin di dalam rahim seorang ibu hingga beranjak tua dan juga meninggal. Dimana proses tersebut berbagai informasi akan menjadi hilir dalam kehidupannya. Sepasang mata tidak akan pernah ingin lepas untuk memantau tumbuh kembangnya. Ibaratnya permata zamrud yang wajib kita jaga.

Seorang anak akan melihat figur atama dalam lingkungannya. Adanya proses interaksi akan terekam dengan sendirinya dalam benak anak. Lingkungan keluarga adalah lingkup pertama dimana anak-anak memperoleh informasi dan pengalaman hidup. Sebelum mereka mampu beradaptasi mereka akan menyerap informasi terlebih dahulu kemudian melakukan imitasi. Lalu, apa pentingnya imitasi dalam membangun interaksi sosial?

Interaksi sosial merupakan pondasi atas tidakan yang didasari atas nilai-nilai dan norma. Imitasi dapat berkaitan untuk membangun interaksi sosialnya. Tidak hanya melibatkan bahasa tetapi juga pemahaman terhadap pemikirannya.

Usia 3 tahun merupakan usia yang rentan, dimana anak pada usia 3 tahun ini sudah bisa menyerap informasi, akan tetapi belum dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Berbeda dengan usia 8 bulan anak hanya meniru pada gerakan-gerakan saja. Dalam lingkup sebuah keluarga anak lebih besar meniru kebiasaan dari anggota keluarganya mulai dari ayah, ibu, kakek, nenek dan anggota keluarga yang lain. Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya.

Imitasi banyak dilakukan oleh anak-anak dengan meniru orang dewasa, seperti orangtua yang selalu menggunakan tata bahasa yang sopan kemungkinan besar akan dicontoh oleh anak. Tidak hanya di dalam lingkup rumah, di luar pun orangtua juga harus berbicara atau menggunakan tata bahasan yang sopan dan santun juga, maka anak akan terbiasa menggunakan bahasa yang sopan dan santun.

Imitasi sendiri mempunyai dua sisi yaitu sisi positif dan negatif. Sisi positif dapat diperoleh jika lingkungannya memberikan dampak positif begitupun sebaliknya jika sisi negatif yang diperoleh dari lingkungannya maka akan memberikan dampak yang negatif pula. Faktor imitasi akan mempengaruhi keberlangsungan perilaku dalam interaksi sosialnya. Imitasi berfungsi dalam proses pembelajaran terutama pada anak, serta kemmapuan bersosial hingga penurunan budaya pada generasi mendatang.

Sayangnya, kebanyakan orangtua tidak sadar atas imitasi yang dilakukan oleh anak. Kadang, seenaknya mereka melakukan perilaku negatif padahal diam-diam anak menyerap informasi dari apa yang mereka lihat. Setiap anak membutuhkan bimbingan dari orangtua dan lingkungannya. Kondisi seperti apapun anak tetap membutuhkan contoh dalam membentuk jati diri mereka.

Sejatinya manusia adalah makhluk yang bermoral dan berbudi baik. Namun, perilaku buruk dapat mengubah hal tersebut. Sebab pengajaran yang tepat akan menjadi pondasi untuk menjadi manusia yang diharapkan dimasa mendatang tanpa adanya tekanan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun