Mohon tunggu...
amk affandi
amk affandi Mohon Tunggu... karyawan swasta -

coretanku di amk-affandi.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kaget 2/3-nya Saja

7 Juni 2011   06:30 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:47 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Tempointeraktif pagi ini menurunkan tulisan yang membuat saya tidak percaya sepenuhnya. Nilai ujian matematika SMP di Yogyakarta sangat rendah. Membaca judulnya saja sudah sangat miris. Bagaimana tidak? Saya sebagai salah satu pengajar matematika, melihat hasilnya seperti itu, sangat memilukan. Apakah label Yogyakarta sebagai “Kota Pendidikan” telah pudar?

Namun setelah ditelisik lebih dalam lagi, saya baru menyadari bahwa, kota pelajar tidak menjamin hasil ujiannasional lebih unggul. Bali, sebagai tempat tujuan wisata justru melesat naik menjulang. Demikian pula daerah-daerah yang lain berlomba untuk menjadi yang terbaik. Terlepas dari pelaksanaan ujian yang dianggap penuh kecurangan karena tidak melaksanakan asas kejujuran, nilai matematika seperti kapal karam perlu dibenahi dan dievaluasi.

Ada dua hal yang perlu mendapat pembenahan yang serius :

Kedisiplinan

Disiplin dalam segala cabangnya. Disiplin masuk kelas (tidak terlambat), ketidakhadiran baik guru maupun siswa, keterlambatan dalam penanganan pembelajaran, merupakan rongga-rongga yang terangkai dalam jaring manajemen sekolah. Bila rongga itu dibiarkan membesar, maka satu persatu kekuatan pendidikan di sekolah akan runtuh. Alhasil outpun akan segera meluncur kebawah, proses pembelajaran menjadi amburadul, dan input siswa akan didapat seadanya.

Menganaktirikan Pelajaran

Sudah jamak, dan ini telah berlangsung lama, bahwa pelajaran tertentu (terutama yang di uji nasionalkan) mendapat porsi yang istimewa. Mulai dari waktu yang berlimpah, porsi pembagian kompensasi yang menjanjikan, sampai kepada memperlakukan pelajarannya yang diluar batas kewajaran. Sebaliknya pelajaran-pelajaran yang tergabung dalam kelompok ujian sekolah diberi peringkat nomor 2, toh yang nguji gurunya sendiri. Mosok tidak diluluskan. Lebih merana lagi, adalah mata pelajaran yang hanya diujikan praktek saja. Itupun sudah diberi ultimatum oleh sekolah, bahwa dalam melaksanakan ujian praktek harus lulus, sekalipun siswa tidak berbuat apa-apa.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun