Mohon tunggu...
amk affandi
amk affandi Mohon Tunggu... karyawan swasta -

coretanku di amk-affandi.com

Selanjutnya

Tutup

Catatan

(Habibie & Ainun) dan (Syafii Maarif & Nurkhalifah) dalam Sederet Huruf

31 Desember 2010   04:11 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:10 415
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kebiasaanku membaca buku kadang menyesuaikan dengan katagori atau tema. Satu ketika saya senang dengan filsafat, maka dalam rentang tertentu saya focus membaca buku filsafat. Kali lain ilmu-ilmu sosial lebih menggoda, saya juga membaca teknologi sebagaimana basicku, budaya dan juga agama saya baca sesuai dengan rentang tertentu.

Saya tidak bermaksud mempublikasikan atau iklan untuk kepentingan finansial. Namun tetap pada rujukan awal, bahwa kompasiana adalah tempat untuk berbagi.

Akhir-akhir ini saya senang membaca autobiografi tokoh-tokoh yang telah membuat inspiratif. Diantara sekian buku yang aku miliki ada 2 (dua) yang menarik perhatianku, karena buku itu ditulis sendiri. Berbeda dengan buka autobiografi yang biasanya ditulis oleh orang lain. Editing pastilah ada. Mana mungkin penerbit akan melempar ke pasaran tanpa editing.

Ada getaran yang sangat berbeda pada saat membaca, bila tiap huruf diketik sendiri oleh tokoh yang bersangkutan. Sekalipun bahasanya tidak begitu indah dan tidak sejalan dengan norma jurnalistik, tapi memikat. Ada daya magnit yang mampu menyedot perasaan.

[caption id="attachment_82385" align="alignleft" width="300" caption="(inibuku.com)"][/caption] “Titik-titik Kisar di Perjalananku” menceriterakan perjalanan hidup Buya (demikian dia sering dipanggil) sejak lahir sampai beliau mendirikan yayasan Institut Ma’arif adalah buku pertama. Buku ini saya beli saat menjelang lebaran tahun ini. Belum lama memang. Maksud diterbitkannya buku ini adalah menyemarakkan muktamar Muhammadiyah 1 abad.

Diakui oleh Buya sendiri, bahwa buku ditulis secara bertahap san sempat terhenti beberapa lama karena kesibukan beliau.

Buku kedua adalah “Habibie & Ainun”, juga ditulis sendiri oleh Bacharuddin Jusuf Habibie. Buku ini mengisahkan peran Ainun (istri beliau) sejak mulai menikah sampai pasca menjadi Presiden RI. Buku ini terbit atas desakan kolega-kolega beliau. Peran istri yang sangat berpengaruh terhadap karier habibie, selayaknya tidak rasakan sendiri dan keluarga, namun diinformasikan kepada orang lain sebagai bukti berbakti. Demikian maksud rekan beliau atas desakan kemunculan buka ini.

Dari dua buah buku autobiografi itu ada beberapa yang dapat saya tarik benang merahnya.

Pertama : Peran istri sangat vital. Pengakuan beliau berdua, bahwa peran istri-istri beliau sangat menunjang keberhasilan. Lip (Buya sering memanggil istrinya) adalah dari keluarga saudagar yang kaya dan terpandang. Beliau mau menjadi istri Buya yang berasal dari keluarga yang kurang berada. Rekan-rekan Habibie sempat mencemooh, dikala dia memiliki keinginan untuk mempersunting Ainun, mengingat keluarga Ainun dari kalangan pendidik dan terpandang.

Dalam perjalanan, Lip dan Ainun mendampingi suami harus mengatur ekstra ketat mengingat topangan ekonomi tidal kokoh. Lip sempat kehilangan putranya karena sakit. Lip juga sempat menjadi pengasuh seorang anak di luar negeri. Ainun sendiri rela mengundurkan diri dari seorang dokter di rumah sakit, saat thareq jatuh sakit. “Bagaimana mungkin saya merawat anak orang lain supaya sehat, sementara anak saya sendiri justru sakit”. Padahal beliau bekerja dengan maksud memperkokoh pondasi keuangan keluarga.

[caption id="attachment_82387" align="alignleft" width="300" caption="(gramediamatraman.wordpress.com)"]

12937706661129339619
12937706661129339619
[/caption] Kedua : Berani berbeda sekalipun orang itu menjadi atasannya sendiri atau sahabat karib. Syafii berkawan karib dengan Amin Rais. Bahkan Amien sendiri yang memperjuangkan bea siswa buat Syafii agar bisa mengenyam pendidikan di luar negeri. Sekakipun teman, kalau sudah menyangkut kepentingan bisa juga jadi renggang, bahkan nyaris putus. Peristiwa ini berawal menjelang Muktamar Muhammadiyah di Malang. Pimpinan Pusat Muhammadiyah tetap berupaya menghadirkan Presiden (Megawati). Selang beberapa saat muncul SMS dari Amien yang berisi tentang “kita dulu sepakat untuk tidak akan membungkuk dihadapan pejabat". Setelah ditelusuri ternyata itu isu yang beredar di PAN, menyatakan bahwa Syafii siap mendampingi Megawati dalam Pemilu berikutnya.

Habibie pernah diminta hasil master plan tentang strategi pengembangan teknologi tinggi oleh pembantunya Soeharto. Habibie ngotot tidak membolehkan, karena bila diserahkan keesokan harinya master plan itu akan beredar di Hongkong, Singapura atau Glodog. Beberapa hari kemudian beliau dipanggil Soeharto sebagai Presiden. Soeharto marah karena tidak diperbolehkan mendapatkan master plan-nya, sampai Habibie mengucapkan “ ya… sudah…. Ini master plan-nya silahkan Pak Harto pimpin sendiri proyek teknologinya”. Setelah dibolak-balik, buku itu dikembalikan kepada Habibie. “Silahkan kerjakan, saya dibelakangmu” ucap Soeharto.

Masih banyak persamaan dari beliau-baliau sekalipun kedua tokoh itu berbeda jalur. Habibie komitmen di iptek, sementara Syafii menekuni sosial keagamaan.

salam affandi

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun