Mohon tunggu...
Wafaul Ahdi
Wafaul Ahdi Mohon Tunggu... Jurnalis - MAHASISWA

Affah

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Keluh Kesahku Kutumpahkan di Secarik Kertas Lusuh

6 Desember 2020   08:07 Diperbarui: 6 Desember 2020   08:10 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tak perlu berfikir banyak, kertas lusuh yang sudah tak terpakai itu menjadi sasaran utamaku untuk meluapkan segala yang aku rasakan di hari ini.

Entah mengapa obat dari segala obat yang paling manjur ketika aku merasa suntuk seharian karena di terpa banyak tugas ataupun hal lainnya adalah secarik kertas dan sebatang pulpen yang tercecer di area kamar ku. Se-random itu aku memilih, tanpa memperhatikan apakah kertas tersebut masih rapih atau bahkan sudah lusuh akibat di remas sekalipun, yang terpenting ada media yang bisa menjadi bahan luapan apa yang aku rasakan hari ini.

Kata demi kata ku tulis dengan sepenuh hati sampai tak terasa kertas yang sudah ku dapat ternyata hampir habis. Karena terlalu asyik meluapkan segala sesuatu yang di rasakan pada hari ini. Kebetulan cuaca sedang dingin, hujan begitu deras mengguyuri daerah tempat tinggalku. Sebagai penghangat, di sela-sela aku menulis aku memutuskan untuk menyeduh secangkir kopi yang tidak terlalu manis. Menulis sambil menyeruput kopi hangat di tengah-tengah hujan begini nikmat sekali ternyata dan menghilangkan penat sejenak.

Hari ini aku capek sekali, karena aku terlalu banyak menghabiskan waktuku di depan laptop. Mengerjakan project ujian akhir semester yang sangat menumpuk. Padahal setiap hari aku sudah berusaha untuk mencicilnya, tetapi entah kenapa kok rasanya aku belum melihat puncak terselesaikannya semua tugas-tugasku ini. (Menghela nafas)

Apakah ada yang sama denganku, sangat bersahabat dengan kertas?

Banyak orang yang berpendapat bahwasannya untuk apa curhat dengan benda mati. Apakah benda tersebut dapat memberikan solusi?

Jawabku sangat sederhana, keluh kesahku adalah sumber solusi untuk diriku.

Mengapa demikian?

Setelah aku menuliskan segala apa yang aku rasakan di hari ini, aku membacanya kembali. Dari situlah aku menemukan solusi untuk diriku sendiri. Ya, benar. Tulisan yang sudah ditulis merupakan bahan evaluasi yang paling terbaik versi ku. Terkadang jika aku meluapkan segala apa yang aku rasakan kepada orang lain, solusi yang diberikan tidak cocok dan aku ragu untuk mengikuti solusinya.  Selain itu, aku juga merasa bahwasannya ketika aku lebih jujur dan lebih terbuka dengan diriku sendiri tidak akan ada orang lain yang berhak menghakimi, because I will judge my self. 

Alasan itulah yang menjadikan diriku lebih memilih secarik kertas dan sebatang pulpen itu untuk dijadikan sebagai tempat keluh kesah yang terbaik.

Mimpiku, kegagalanku, perasaan kecewaku, perasaan lelahku, perasaan senangku dan perasaan apapun itu semuanya aku tumpah ruahkan di sana sampai-sampai terkadang kamarku di penuhi kertas-kertas karena di hari itu aku menulis banyak hal yang sedang di rasakan. Terlebih ketika aku sedang merasakan patah hati, kamarku bak kapal pecah berisikan kertas dimana-mana.

Namun, kebiasaan demikian mungkin tidak berlaku bagi semua orang atau mungkin anda yang membaca artikel ini. Ada sebagian dari mereka yang memang merasa lebih nyaman jika menceritakan segala apa yang ia rasakan kepada orang lain, mungkin teman dekatnya atau bahkan orang tuanya sekalipun. No problem, life is a choice. Kita tidak bisa menyamakan standar kenyamanan seseorang, menurut kita nyaman belum tentu menurut orang lain nyaman. Begitu bukan?

Namun kita ketahui dan pelajari lebih mendalam yuk manfaat dibalik menulis diary.

"Keeping a personal journal a daily in-depth analisysis and evaluation of your experiences is a high-leverage activity that increases self-awarness and enhances all the endowments and the synergy among them." -- Stephen R.Covey

Menurut salah satu tokoh di atas Stephem R.Covey mengemukakan bahwasannya  menulis diary atau jurnal pribadi dapat dijadikan sebagai bahan analisis serta evaluasi mengenai pengalaman yang telah dialami, dan aktivitas tersebut sangat berpengaruh untuk meningkatkan kesadaran diri seseorang dan sinergi antara mereka.

Selain itu, ternyata dengan menulis diary dapat mengasah kreativitas seseorang loh, karena ketika seseorang sedang menulis di buku diary tersebut tidak menutup kemungkinan seseorang akan membuat lirik lagu, menulis cerita pendek, atau bahkan menulis puisi sehingga dapat menjadikan individu tersebut lebih kreatif dalam membuat karya-karya tulis. Karena inspirasi bisa datang kapanpun, dimanapun, dan sedang dalam kondisi apapun. Percaya tidak percaya anehnya inilah yang aku sering aku rasakan, ispirasi banyak berdatangan ketika kondisiku sedang tidak baik-baik saja. entah inspirasi membuat lirik lagu, cerita-cerita pendek, puisi dan apapun itu. Hal ini tidak pernah ku dapat ketika mood ku sedang baik, karena ketika mood ku sedang baik-baik saja aku lebih banyak memikirkan hal lain-lain. 

Pendapat lain menurut Stuff, ia beranggapan bahwasannya menulis diary dapat membantu dalam hal kesehatan mental seseorang. Sayangnya di zaman sekarang ini kebanyakan orang sudah tidak mengenal diary. Diary banyak di kesampingkan karena dianggap terlalu jadul, kebanyakan dari mereka terlalu sibuk dengan gadgetnya saja padahal diary sendiri nyatanya sangat bermanfaat untuk kesehatan mental seseorang loh.

Tidak berhenti sampai disitu saja, Seorang konselor bernama Jaime Malone berpendapat bahwa dengan menulis diary dapat menjadikan seseorang mengembangkan rasa kepemilikan dan kontrol positif atas emosinya sendiri.

Masih banyak lagi manfaat-manfaat yang tersimpan di balik menulis diary yang mungkin belum banyak di ketahui. Untuk itu jangan pernah beranggapan bahwasannya menulis diary merupakan suatu kegiatan yang tidak berguna, karena anggapan tersebut bukanlah anggapan yang benar.

Semoga Bermanfaat! 

Selamat pagi, dan selamat menikmati hari libur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun