1.
Perjalanan estesia bertahun-tahan kita adalah
gelora yang lindap dalam detak waktu.
Satu jam kita, barangkali
adalah alinea masa yang impas. Pertemuan kita dalam tanah
dan kaki tanpa alas atau wajah tanpa kepala adalah potret paling liris dalam sejarah
peradaban rasa kita.
Setelah lama berserak lembar-lembar kabar
dalam kepala masing-masing kita, rupanya
dingin angin dan hangat dekat
kita di kota itu tetap rapi. teringat tanpa terserat.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!