Mohon tunggu...
Affa Esens
Affa Esens Mohon Tunggu... Lainnya - @affa_esens

*ما حفظ فر، وما كتب قر*⁣ Bahwa, apa yang kita ingat-ingat saja, pasti akan lari (lupa). Dan apa yang kita tulis, pasti akan kekal.⁣ #bukutentangjarak #bukutuanrumah

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Nostalgia Koko Putih

9 Juli 2019   09:16 Diperbarui: 9 Juli 2019   15:28 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebenarnya aku sedikit risih. Tapi entah, aku merasakan ketenangan. Degup jantungku yang sebelumnya berantahkan lamat-lamat mulai beraturan. Seakan percakapan singkat kami tak ubahnya tali perekat, merekatkan kedua sisi yang sebelumnya berjarak. Benar dawuh Mbah Yai pada pengajian ba'da subuh tadi "Ojo alok mundak melok, Ojo gething mundak nyanding".

"Aku minta maaf soal tadi Le...". Tutur lelaki dengan suara berat itu. Aku hanya diam.

"Ya sudah, samian kembali ke kamar, sebentar lagi kegiatan dimulai..".

Aku bangkit, begitupun Kang Maman. Dengan membawa busana pemberiannya aku kembali dengan sedikit senyuman, hati yang lega. Tapi keesokan harinya, batang hidung mancung pria itu tak terlihat lagi. Pun saat jamaah berlangsung, tak terlihat menjaga. Begitu pula dengan hari-hari selanjutnya. Nihil.

            Entahlah. Setidaknya untuk hari-hari berikutnya kejadian seperti ini tak akan terulang lagi. Ah, aku belum mengucapkan terimakasih padanya. Aku menghela nafas daalam-dalam. Sambil duduk termangu menapaki lantai masjid dan menatap tatanan lentera indah, aku terpejam dan berkata lirih; "Terimakasih Kang Maman".

# # # #

"Mas... Mas". Suuara dan goyangan tangan istriku membuatku tersentak.

"Mas kecapek'an ya? Nanti kalau sampai rumah istirahat ya.. Mau dibuatkan makan apa?". Ungkap istriku sambil memasukkan beberapa bungkusan dibagian tengah mobil.

"Terserah samian saja.. Gimana Naufal?". Ucapku sambil mencari-cari keberadaan anak kebanggaanku itu.

"Ayaaaahhh!!!!". Lagi-lagi aku tersentak. Anak hiperaktif yang berada tepat dibelakangku itu mengagetkanku. Aku terkekeh. Meraihnya, lantas memeluknya erat-erat.

"Aaaaaaa, Ibu.... Ayah ini lo Bu.....  Aaaaaaa....". Aku makin terkekeh melihat tingkah lucunya. Lantas ku kecup pipinya. Ia terperanjat. Berpindah kekursi sebelah sambil merapikan koko putih baru yang ia kenakan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun