Mohon tunggu...
Afdal Aperta Safatullah
Afdal Aperta Safatullah Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat

Suka Baca Buku dan Bermain Musik

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Menelusuri Sisi Gelap Piala Dunia Qatar 2022

1 Desember 2022   13:57 Diperbarui: 1 Desember 2022   14:52 1140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: Unsplash

Piala Dunia Qatar 2022 resmi dihelat. Pesta  paling akbar olahraga sepakbola sedunia itu resmi dibuka pada hari Minggu 20 November 2022  di Al Bayt Stadium, Al Khor, Qatar.Acara Seremoni pembukaan tersebut berlangsung dengan meriah,Mulai dari Penampilan teatrikal Morgan Freeman dan YouTuber Qatar, Ghanim Al-Muftah yang membahas QS Al Hujurat Ayat 13, sampai penampilan Artis K-Pop Jungkook membawakan lagu dreamers yang merupakan official soundtrack Piala Dunia Qatar 2022 membuat pembukaan piala Dunia 2022 ini mengambil banyak hati penonton. Total akan ada 64 Pertandingan  dari 32 Negara mulai dari Minggu 20 November sampai Minggu 18 Desember mendatang.

Selain itu, juga  ada beberapa rekor pada Piala Dunia Qatar 2022 ini. Piala Dunia Qatar 2022 merupakan piala dunia termahal sepanjang sejarah  yang menghabiskan anggaran dana 3.400 Trilyun Rupiah.

Namun, di balik kemewahan dan kemerian itu semua, piala dunia Qatar 2022 menyimpan sisi kelam. Mulai dari dugaan korupsi dan suap kepada FIFA, sampai pembangunan infrastruktur untuk persiapan piala dunia yang banyak menelan korban jiwa.

Qatar terpilih menjadi tuan rumah piala dunia setelah memenangkan  Bidding untuk menyelenggarakan turnamen Piala Dunia 2022 pada 2 Desember 2010. Pada saat itu , tak ada satupun stadion di Qatar yang mempunyai lisensi standar internasional dari FIFA. Alhasil untuk menyambut momen akbar ini, Qatar membangun 8 stadion baru, Akomodoasi seperti hotel, jalan, dan pembangkit listrik tenaga Surya.  

Dalam pembangunan infrastruktur tersebut Qatar memakai system khafala sponsorship.Human Rights Watch menyusun laporan yang merinci bagaimana pekerja migran diduga dieksploitasi menggunakan Sistem Kafala atau kerja paksa.Sistem Kafala mengikat visa pekerja kepada pemberi kerja yang menjadi sponsor dan bertanggung jawab atas status hukum pekerja ini.

Pembangunan Infrastruktur Piala Dunia Qatar 2022 ini mempekerjakan tenaga kerja imigran dari Bangladesh, Nepal, dan Negara Negara Afrika, dan Philipina. Dilansir dari situs  amnesty.org jumlah tenaga kerja yang berkontribusi dalam persiapan piala dunia Qatar 2022 mencapai 1,7 Juta orang.

Usut punya usut, ternyata buruh imigran yang dipekerjakan mendaftar melalui agen jasa konstruksi yang beberapa ternyata illegal. Dimana untuk dapat bekerja di Qatar harus membayar sekitar 15 Juta Rupiah, karena tidak mampu akhirnya mereka berhutang kepada agensi untuk biaya keberangkatan, sangat miris sekali, belum bekerja sudah terlilit hutang.

Sesampainya di Qatar passport buruh imigran tersebut ditahan oleh agensi tempat mereka bekerja, mirisnya lagi mereka tidak diberi kartu tanda pekerja, dalam arti lain mereka tidak diberikan jaminan pekerja misalnya fasilitas untuk air bersih dan fasilitas kesehatan.

Investigasi The Guardian menemukan bahwa Jam kerja para buruh pun dalam sehari bisa mencapai 20 jam. Dalam bekerja buruh tersebut tidak menerima fasilitas air bersih gratis yang membuat para buruh dehidrasi, sehingga mereka sakit dan meninggal.Mereka Juga tidak diberikan gaji yang sesuai dengan perjanjian awal, bahkan da dari mereka yan belum menerima gaji sampai saat ini.

Kejadian ini bagaikan menggengggam pisau bermata dua oleh buruh imigran tersebut.Pasalnya, jika mereka ingin keluar atau lari pun dari tempat kerja mereka, mereka akan ditangkap oleh polisi lokal dan agensi mereka tidak bertanggung jawab untuk itu. Jika Hal itu terjadi maka  mereka akan dideportasi ke Negara asal dan terpaksa menanggung segala hutang ke agensi tempat mereka bekerja.Situasi ini bagaikan penjara tak berjeruji bagi mereka.
   
Para Buruh imigran juga tidak diberikan tempat tinggal yang layak, dimana seharusnya pada peraturan ketenagakerjaan Qatar ysng disetujui oleh FIFA, satu kamar hanya boleh berisi 4 orang dan tidak boleh memakai ranjang tingkat, namun pada prakteknya satu kamar diisi oleh 12 orang buruh dan memakai ranjang tingkat. Statistik mencatat setidaknya ada 1 orang Nepal meninggal setiap harinya selama pembangunan infrastruktur piala dunia di Qatar.

Data statistik mencatat sudah lebih dari 15.000 orang buruh migran yang tewas dalam pembangunan infrastruktur piala dunia Qatar 2022. Setelah diselidiki ternyata pekerja yang meninggal tergolong masih muda dan penyebab kematiannya dianggap tidak wajar, seperti serangan jantung, stress, dan depresi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun