Mohon tunggu...
Afandi HR
Afandi HR Mohon Tunggu... Administrasi - Bercerita dengan menulis

Orang biasa yang ingin menikmati keindahan alam Indonesia dari puncak ketinggian......

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pamer Aib

28 Mei 2017   11:39 Diperbarui: 28 Mei 2017   11:44 269
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Tak ada manusia yang terlahir sempurna. Jangan kau sesali segala yang telah terjadi. Syukuri apa yang ada, hidup adalah anugerah.

Cuma mau ngingetin, baca kalimat pembukanya gak perlu pake nyanyi ya, kalau kalian bacanya sambil nyanyi, hampir bisa dipastikan kalau kalian adalah massivers. Pada tau massivers kan? Itu lho, yang megang kemudi kereta api. Krik... krik...

Ngomong-ngomong tentang kalimat pembuka tadi, memang bener ya kalau kita sebagai manusia gak ada yang terlahir sempurna, you know what i mean, tidak hanya secara fisik, tapi juga secara perilaku. Kalau fisik, pasti lah kita gak bisa ngatur seperti apa wujud kita sewaktu dilahirkan ke dunia untuk pertama kalinya. Kita gak bisa menentukan mau dilahirkan dengan wajah seperti apa, oval, tirus, lonjong, bulat, bundar kayak topi saya, atau mau punya rambut lurus, keriting, ikal, gimbal, atau rambut polos sekalipun, kepalanya maksudnya, kita gak bisa menentukan. Mau ganteng kayak david beckham, mau cantik kayak angelina jolie. Gak bisa. Sama sekali gak bisa. Apa yang bisa kita lakuin? Simpel aja, terima apa yang Dia kasih. Ya sebenarnya bukan soal terima atau gak terima sih, karena ketika kita dilahirkan ke dunia, kita sudah dipilih, dari yang terpilih, bukan minta untuk dilahirkan ke dunia.

Lain fisik, lain lagi dengan perilaku. Kalau soal fisik, kita pasti sama sekali gak bisa memilih. Tapi kalau soal perilaku, kita bisa memilih, kita bisa menentukan, mau seperti apa perilaku kita. Santun kah? Sopan kah? Urakan kah? Baik kah? Atau pura-pura baik?, kita yang tentukan.

Bicara soal perilaku, kalian pasti sudah sering nemuin macam-macamnya. Tapi dari semua macam perilaku tadi, semuanya akan terbagi 2 kategori saja. Baik dan Buruk. Disingkat BarBuk. Lah?? Kalau lagi beruntung, kita bakal ketemu dengan orang-orang yang punya perilaku baik. Contoh simpelnya, ketika lagi tanggal tua, duit pas-pasan, ada yang neraktir makan siang. Ketika lagi di angkutan umum, ada orang tua yang gak kebagian tempat duduk, yang lebih muda ngalah, biar orang tua bisa dapat tempat duduk. De el el. Karena ada banyak perilaku baik yang sering kita jumpai.

Ada perilaku baik, ada juga perilaku buruk. Ya simpelnya, kebalikan dari perilaku baik yang ditulis tadi. Udah gitu aja. Karena menulis tentang perbuatan buruk itu jauh lebih gampang daripada yang baik-baik. Apalagi kalau disuruh nulis tentang perilaku orang lain, yakin deh sebagian besar yang ditulis, yang buruk jauh lebih banyak daripada yang baik. Memang ya, nemuin keburukan orang jauh lebih gampang, daripada nemuin kebaikannya. Tapi coba tanya sama diri sendiri, apa kebaikan kita, dan apa keburukan kita. Lalu, coba kita tulis.

Pertanyaannya, apa kita berani mengakui keburukan kita? Apa kita berani nulis tentang semua keburukan kita, semua aib kita? Jangankan untuk nulis daftar keburukan kita, mengakui kalau kita punya sisi buruk saja belum tentu kita bisa. Kalau cuma nulis yang baik-baik dari kita, berapapun halaman yang ada, pasti bakal penuh terisi. Tapi kalau soal pengakuan perilaku buruk, gak bakal ditulis semua, malah kalau bisa gak usah ditulis sekalian.

Ya namanya manusia. Pasti ingin terlihat baik di mata orang. Berlomba-lomba menunjukkan dirinya adalah orang baik, dan berusaha sekuat tenaga menyembunyikan perilaku buruknya. Tapi terkadang, apa yang kita temukan, justru jadi lucu ketika orang berusaha menunjukkan dirinya adalah orang baik. Apalagi di jaman socmed seperti sekarang.

Kalian pasti (pernah) punya teman yang aktif di socmed. Aktif banget malah. Bukan cuma 1, tapi 2, 3, bahkan sampai selusin akun socmednya terus update setiap jam, bahkan mungkin kurang dari sejam selalu update. Kayak udah gak punya kesibukan lain selain update di socmed. Dari mulai ganti foto, nulis status, de ka ka (dkk). Dan status yang ditulis biasanya tentang hal-hal baik. Misal nih, "otw masjid, jumat barokah", atau "alhamdulillah, udah waktunya buka puasa", mungkin juga "3 rakaat udah selesai, lanjut ngaji".

Sebenarnya hal positif yang mereka lakukan, cuma karena mereka tulis, dan dibaca banyak orang, terkesan seolah-olah pamer. Ah, tapi apa ya mungkin perasaan saya saja yang terlalu sensitif ya, gak bisa melihat orang lain berbuat baik. Oke lah, anggap saja mereka tidak pamer. Tapi yang jadi tidak adil disini, kebanyakan dari mereka hanya menulis tentang hal-hal yang baik saja. Sementara yang buruk-buruk gak pernah di share
Misal nih, nulis status "baru aja boongin istri, bilang pulang malam karena lembur, padahal mau ke rumah selingkuhan" atau "pura-pura lapar, biar bisa males-malesan di kantor, padahal gak puasa". Yakin deh, gak bakalan ada yang berani nulis status kayak gini. Apa kata dunia??

Tapi kalau memang ada yang berani nulis status tentang hal buruk dirinya sendiri, salut lah, karena setidaknya mau mengakui kalau dirinya gak sepenuhnya baik. Tapi, yang lebih bagus lagi, hal baik maupun buruk sepantasnya tak perlu dipublikasikan. Toh, Tuhan tidak pernah tidur. Kebaikan dan keburukan sekecil apapun pasti tercatat. Catatan amal tidak akan pernah tertukar satu sama lain. Kebaikan akan dibalas pahala, dan keburukan akan dibalas siksa. Takutnya pahala yang udah kita dapat dari kebaikan kita, hilang gara-gara pamer. Dan Tuhan masih berbaik hati, sebesar apapun keburukan dan aib manusia, akan ditutup rapat, agar orang lain tidak tahu, kecuali mereka umbar sendiri aibnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun