Mohon tunggu...
Afandi HR
Afandi HR Mohon Tunggu... Administrasi - Bercerita dengan menulis

Orang biasa yang ingin menikmati keindahan alam Indonesia dari puncak ketinggian......

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tidakkah Kita Malu pada Tuhan?

22 Maret 2018   11:36 Diperbarui: 22 Maret 2018   11:47 226
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
masamudamasakritis.wordpress.com

Manusia pada dasarnya memiliki sifat yang tak pernah puas dalam dirinya. Apalagi jika urusan duniawi menjadi prioritas nomor 1, maka tidak heran manusia akan selalu berusaha untuk memuaskan apa yang menjadi hasratnya. Bahkan tidak menutup kemungkinan, segala cara bisa dilakukan, meskipun harus melawan norma hukum dan agama. Padahal, tanpa disadari, sekuat apapun usaha manusia, dan sampai kapanpun juga, manusia tidak akan bisa memenuhi segala hasrat dan keinginan seumur hidupnya, kecuali dengan satu hal, merasa cukup dengan apa yang dimilikinya saat ini.

Karena merasa cukup dengan apa yang dimiliki, jauh lebih sulit daripada terus menerus berusaha untuk memenuhi segala hasrat duniawi. Karena pada akhirnya, akan ada satu waktu dimana manusia akan merasa lelah atas apa yang dilakukannya selama ini, karena dia merasa banyak keinginannya yang tidak dapat dia wujudkan. Dan ketika frustasi melanda, barulah dia ingat kepada-Nya, kepada Tuhan-Nya. Bahwa selama ini dia terlalu sombong akan dirinya sendiri yang merasa mampu untuk mencapai segala apa yang menjadi keinginannya, terlalu sibuk mengejar dunia, sampai-sampai dia lupa akan Tuhan-Nya. 

Seharusnya, manusia menyadari bahwa 'tugas' utamanya di dunia ini, adalah menjalankan segala kewajiban yang diperintahkan oleh Tuhan, menjauhi segala apa yang dilarang-Nya. Menyadari bahwa kehidupan di dunia ini hanyalah bersifat semu dan sementara. Meluangkan waktu lebih banyak untuk mengingat kepada-Nya, kapanpun, dimanapun, dan dalam kondisi apapun. Bukan justru sebaliknya. Mengagungkan kehidupan dunia, hingga lupa memikirkan kehidupan sesungguhnya setelah di dunia, dan bahkan hingga lupa akan Tuhan-Nya. Bukan hanya ketika ada masalah, ketika frustasi, baru mengingat dan menyebut nama-Nya. 

Tidakkah malu menjadi seorang manusia seperti itu? Tuhan menciptakan diri kita sebagai seorang manusia di dunia ini, dengan bentuk yang sempurna. Tuhan memberikan kesempatan bagi kita untuk hidup di dunia. Tapi Tuhan memberikan kita kewajiban untuk mentaati-Nya, mengingat-Nya kapan dan dimanapun. Sesederhana itu. Tapi ternyata, banyak diantara kita masih belum bisa memenuhi kewajiban-Nya. Alih-alih mengingat-Nya, berdoa kepada-Nya saja, terkadang kita enggan. 

Padahal Tuhan Maha Pengasih dan Penyayang. Betapa tidak, sekalipun kita sebagai manusia sering enggan mendekat kepada-Nya, tapi Dia masih memberikan kasih sayangnya, kepada seluruh makhluk ciptaan-Nya. Bahkan kita yang sering lupa kepada-Nya, Dia masih memberikan kita kehidupan di dunia ini. Memberikan rezeki kepada kita. Sehingga kita masih bisa melanjutkan kehidupan di dunia ini. Tapi apakah kita akan terus menerus menjadi manusia seperti itu?

Ibarat seorang orang tua terhadap anak. Orang tua akan selalu berusaha memberikan apa yang menjadi keinginan anaknya, agar si anak merasa senang dan bahagia. Sekalipun si anak tidak memberikan balasan apa-apa. Jangankan memberikan balasan baik, sekedar mendengarkan dan mematuhi apa yang dikatakan orang tua, kadang si anak tidak melakukannya. Tapi orang tua akan terus selalu memberikan kasih sayang terbaik untuk anak. Memang itu adalah kewajiban orang tua, tapi seorang anak juga punya kewajiban terhadap orang tuanya. Menghormati dan patuh kepada orang tua adalah kewajiban anak. Apakah pantas jika orang tua selalu menunaikan kewajiban terhadap anak, sementara si anak tidak menunaikan kewajiban terhadap orang tua.

Kita diibaratkan sebagai seorang anak. Dan Tuhan sebagai orang tua kita. Apakah kita tidak merasa malu kepada Tuhan. Kita telah diberikan banyak sekali karunia dan rezeki. Kita diberikan kehidupan oleh Tuhan. Sementara Tuhan hanya meminta kepada kita untuk selalu mengingat-Nya, mendekatkan diri kepada-Nya, menjalankan apa yang diwajibkan dan menjauhi segala apa yang dilarang. Tapi seringkali kita terlalu sibuk dengan urusan dunia, melupakan-Nya, kita jauh dari-Nya, seakan-akan apa yang kita miliki adalah hasil usaha kita sendiri. Sedangkan jika pada saat terpuruk, sedang terimpa masalah, kita baru mau mengingat-Nya, kita baru mau mendekat kepada-Nya.

Tidakkah kita malu kepada-Nya? 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun