Mohon tunggu...
Aqiella Fadia Rizqi
Aqiella Fadia Rizqi Mohon Tunggu... Freelancer - Imperfect Zero Waste Fighter

Bumi, yang kuat ya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Memaksa/Dipaksa Kuliah? Renungkan Alasan-alasannya Nak, Pak!

3 Januari 2017   14:20 Diperbarui: 3 Januari 2017   14:32 5057
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hari pertama sekolah, jangan lupa bahagia! Khusus untuk para pejuang UN,sudah sejauh mana persiapanmu?
 Selain Ujian Nasional, kebanyakan siswa kelas 3 SMA kini sudah harus mulai memperhatikan masa depan mereka. Masa depan yang paaaling nampak di depan mata, yaitu jenjang setelah SMA. Entah itu kuliah, kerja, menikah, atau rencana lain,pasti sudah ada di angan-angan masing-masing, bukan?

www.pinterest.com
www.pinterest.com
Mungkin hampir semua dari kita setuju jika pemaksaan orangtua terhadap segala sesuatu yang menyangkut masa depan anak sudah nggak jaman lagi di era se modern ini. Melihat pemaksaan-pemaksaan sebelumnya, yang justru merugikan pada akhirnya, banyak orangtua sudah tidak ingin ikut campur dalam hal ini. Orangtua hanya membimbing dan mengarahkan kemana sebaiknya sang anak harus melangkah selanjutnya.

Namun tidak dapat dipungkiri jika praktek ‘pemaksaan’ ini masih saja ada,walaupun tidak seramai dulu. Biasanya pemaksaan masih terjadi oleh orangtua didesa-desa, yang -maaf sebelumnya- latar belakang pendidikan yang tidak tinggi dan pengetahuan yang kurang. Mungkin bagi orangtua, -lebih-lebih seorang bapak- biasanya tidak setuju jika dibilang ‘memaksa’, “tidak, bapak tidak memaksa, hanya mengharuskan pilihan terbaik dari bapak ini” -_-. Tetapi apa boleh buat, kalau tidak nurut nanti dibilang durhaka.

Ketahuilah, nak! Berikut beberapa pertimbangan orangtua ketika mengharuskan anaknya untuk mengambil kuliah dengan jurusan pilihan mereka:

Dibanding Pilihan Kita, Pilihan Orangtua Lebih Menjanjikan

Apa sih tujuannya kuliah? Menambah ilmu? Menghilangkan kebodohan? Sama saja dong dengan sekolah. Tujuan kuliah –yang paling realistis- adalah untuk mendapat gelar, yang selanjutnya 'memudahkan' kita untuk bekerja. Untuk memilih jurusan apa kita nantinya, kita sendiri pun pasti sudah mulai membayangkan dan meraba-rabanya. Kebanyakan anak memilih jurusan berdasarkan minat mereka, desain, misal, jika mereka menaruh minat pada seni. Sedangkan orangtua lebih melihat pada realitanya jika, mungkin, jurusan yang kita pilih itu pada akhirnya akan banyak menganggur, sedangkan jurusan yang dipilih orangtua lebih jelas memudahkan kita dapat kerja, misal arsitektur, “daripada desain kain mending desain bangunan, lebih mahal”, dengan pembangunan yang makin hari makin pesat, seorang arsitek pasti dibutuhkan.

Pandangan Orangtua Terhadap Jurusan Tersebut

Orangtua tidak akan sembarangan memilih. Orangtua sudah banyak makan garam, lebih pengalaman. Walaupun mungkin tidak pernah merasakan bangku perkuliahan, orangtua bisa menyatakan jurusan itu baik atau buruk berdasarkan yang mereka ketahui dari berbagai sumber. Biasanya mereka mengharuskan karena apa yang mereka ketahui tentang lulusan-lulusan dari jurusan terkait, kebanyakan ‘lebih mudah’ mendapatkan kerja. Misalnya jurusan Kedokteran, ketika mendengar namanya saja pasti sudah terbayangkan ketika lulus besok akan jadi dokter. Mengingat dokter sendiri yang jumlahnya masih kurang untuk menangani masalah-masalah kesehatan di Indonesia. Maka orangtua berinisiatif mengharuskan anaknya masuk Kedokteran karena ingin turut serta mengatasi kekurangan tenaga medis di Indonesia kita tercinta ini.

Kemampuan Finansial, Tuntutan Melanjutkan Usaha

Orangtua dengan tingkat ekonomi tinggi biasanya -seperti di cerita-cerita(sinetron, film)-, menghendaki anaknya meneruskan usaha yang dimiliki keluarga. Sehingga mengharuskan anaknya kuliah di bidang yang bersangkutan dengan usaha tersebut. Bahkan hingga mendaftarkan anaknya di universitas ternama di dalam ataupun luar negeri agar benar-benar dapat dipersiapkan untuk masa depan usaha keluarga. “kalo nggak anak-anaknya, siapa lagi yang mau meneruskan usaha ini? Tega amat anak gak mau nerusin, ini kan buah kegigihan orangtua di masa lampau hingga sampai bisa menghidupi kamu, nak. gak tau terima kasih!” dalem bangeeet...

Kalau sudah begini, anak juga pasti dilema. Sedangkan untuk orangtua,berikut mungkin bisa memberi sedikit gambaran mengapa anak Anda tidak ingin mengikuti keinginan baik Anda untuk memilihkan jurusan yang menurut Anda baik untuknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun