Mohon tunggu...
Avizena Zen
Avizena Zen Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis buku, Blogger, Penulis konten, dan Penerjemah bahasa Inggris

Penulis buku Kakeibo. Blogger. Hobi menulis, memasak, dan menggambar.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Nasi Kuning

30 Juli 2022   14:33 Diperbarui: 30 Juli 2022   14:53 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Kuaduk santan yang berwarna kuning karena bercampur dengan kunyit bubuk. Pikiranku juga sama, teraduk-aduk. Masih jelas dalam ingatan ketika tadi pagi bertemu dengan Nyonya Juminten di warung.

"Ngapain beli santan dan kunyit instan?" Ia menyelidiki sambil mengintip-intip belanjaanku.

"Oh, Reno minta dibuatkan nasi kuning, Bu. Kalau pakai kelapa dan kunyit asli kan lama bikinnya. Maaf saya permisi dulu."

Sudahlah, buat apa mengingat nyonya sepuh itu? Rasanya aku bagai memasak di dapur MasterChef dan mendapat skor buruk dari Chef Juna karena pakai kunyit instan. Padahal sebenarnya malas marut kunyit.

Sejam kemudian, nasi kuning matang. Aku mengambil sepiring nasi kuning, kusandingkan dengan telur dadar dan kering tempe. Untung masih ada tempe goreng sisa kemarin, kupotong-potong dan kubumbui lagi. Untung juga kemarin Mbok Warni memberi 2 butir telur si blorok, ayam betina piaraannya.

Di tanggal tua, makan nasi kuning dengan lauk ini berasa sangat mewah. Semoga Reno lekas pulang dari masjid sehingga kami bisa makan bersama. Ayahnya? Aku hanya bisa bertemu dalam mimpi karena ia telah gugur setahun lalu.

Tok-tok-tok!

Kubuka pintu dengan segera. Ternyata ada Mbak Ir.

"Maaf Bu, saya disuruh ama Nyonya Juminten. Katanya mau minta nasi kuning." Ujarnya sambil membawa piring kosong.

Masya Allah! Masakanku yang sangat sederhana masih diminta oleh sang nyonya yang memakai gelang entah berapa puluh gram beratnya? Namun aku ingat pesan almarhum suamiku untuk selalu berbagi.

Segera kuambil piring itu lalu kuisi dengan nasi kuning dan lauknya. "Bilang ya ke Nyonya Juminten, maaf saya masih belajar masak. Takutnya keasinan."

Mbak Ir pun permisi pulang. Alhamdulillah masih ada nasi kuning di dapur yang cukup sampai malam nanti.

Keesokan harinya.

"Bu, tunggu!"

Aku yang akan naik sepeda langsung menengok. Padahal sudah jam 8 pagi. Seharusnya aku langsung ke lapak buku bekas di ujung kota untuk kulakan. Stok daganganku sudah nyaris habis. Sepeda pancal butut ini menjadi satu-satunya alat transportasi.

Ternyata Mbak Ir. Ia memberi kotak, entah apa isinya?

"Saya pamit ya, mari!"

Aku sandarkan sepeda ke pagar rumah. Dengan penasaran kubuka kotaknya. Ternyata berisi seekor ayam bakar dari restoran terkenal! Aku hafal betul karena dulu mendiang suamiku sering membelikannya.

Di atas ayam ada plastik berisi kertas, ternyata selembar surat.

"Assalamualaikum Mbak Ninik. Masakan Mbak enak betul. Maaf kemarin saya kepo, soalnya gak pernah pakai kunyit instan. Bisakah Mbak membuatkan nasi kuning 40 kotak untuk acara pengajian minggu depan di rumah saya? Kalau bisa, panggil saja Mbak Ir buat membantu. Nanti saya kasih DP-nya."

Air mata mengalir tak terasa, alhamdulillah. Ternyata Nyonya Juminten orang baik.

#catatanbundasaladin

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun